02. Gagal Beraksi

332 33 0
                                    

Selama perjalanan pulang ke rumah, Eisha tak henti-hentinya tersenyum. Gadis itu merasa puas akan tindakan kakak kelimanya yang memasukkan Noland ke dalam daftar hitam, meski dia tidak mendaftarkan diri secara langsung. Selama ada seseorang yang mendekati nona muda Evander, keluarganya telah menganggap orang tersebut sebagai kandidat calon suami Eisha kelak. Namun, tak ada satu pun yang mengetahui fakta tersebut. Kecuali dua pemuda dipercaya oleh keluarga Evander.

"Assalamu'alaikum, Mommy... Eca pulang!!" teriaknya saat tiba di rumah yang memiliki banyak kenangan tersebut.

Di rumah berlantai dua itu, menyisakan nona dan tuan muda kelima Evander yang belum berumah tangga. Sementara tuan muda lainnya sudah memiliki keluarga kecil masing-masing. Eisha berlari mendekati wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini. Ia mencium punggung tangan dan kedua pipinya. Tak lupa, memeluknya sebentar. Emmanuel yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat kebiasaan adik perempuannya yang tak pernah berubah.

"Mom, Abang kapan main ke sini? Eca sudah kangen loh..."

Eleana mengulum senyum. "Hari minggu sepertinya Abang akan kemari. Kak kembar juga sama. Akhir-akhir ini, mereka sangat sibuk."

Suara pintu terbuka membuat Eisha mengalihkan atensinya. Ia buru-buru berpamitan dan berlari ke kamarnya. Ia memegangi dadanya yang berdebar kencang. Perang dingin selama bertahun-tahun, membuatnya begitu tersiksa. Eisha tidak sebahagia yang kalian kira. Gadis itu selalu menyembunyikan luka dibalik senyumnya yang indah.

Setelah membersihkan diri, ia mengunjungi kamar sang kakak laki-laki. Sudut bibirnya tertarik melihat Emmanuel yang tengah bersiap-siap pergi ke masjid. Lelaki itu tengah memakai sarung. Seketika ide jahil terlintas di benaknya. Eisha menarik ujung bawah sarung dengan kencang membuat lipatan sarungnya yang rapi pun terlepas.

"Ecaa!!!" geram Emmanuel melirik adik perempuannya yang tertawa lepas.

"Mas Nuel, Eca ikut ke masjid, ya!" pintanya menghentikan pergerakan Emmanuel yang terpaksa melepas sarung yang membalut tubuh bagian bawahnya.

"Tidak. Mas Nuel tahu, tujuanmu ke masjid itu untuk melihat remaja tampan yang ada di sana, 'kan?"

Eisha berlari menyusul Emmanuel yang telah pergi meninggalkan dirinya di kamar. Gadis itu tergopoh-gopoh karena langkah kaki kakak laki-lakinya yang lebar. Saat melewati ruang keluarga, ia berlari—melewati Emmanuel yang berpamitan dengan kedua orangtua mereka.

Sembari menunggu, ia mendudukkan dirinya di jok motor. Tangannya melambai pada Emmanuel yang tersenyum menyeringai. Lelaki tersebut berlari meninggalkan Eisha yang tercengo. Gadis itu mengira jika kakak laki-lakinya akan menaiki kendaraan beroda dua. Namun, kenyataannya Emmanuel lebih memilih berjalan kaki.

"MAS NUEL! TUNGGUIN ECA!!" teriaknya menggelegar.

Dari balik jendela, seorang wanita menahan buliran bening yang terus mendesak keluar. Ia memejamkan mata sesaat. Keceriaan nona muda Evander hanyalah sebuah kepura-puraan.

Sesampainya di masjid, Eisha tersenyum sumringah melihat banyak remaja yang duduk di bagian luar tempat ibadah umat muslim ini. Ia melirik sekilas ke arah Emmanuel yang tertinggal di belakang. Tersadar akan kesempatan yang ada, ia segera berlari menghampiri mereka semua.

"Assalamu'alaikum, Abang ganteng...," sapanya pada mereka yang langsung menundukkan kepala atau memalingkan wajah ke arah lain.

"Wa'alaikumussalam," jawab seseorang yang tak asing baginya.

Mata Eisha membulat melihat keberadaan Naufal di antara para remaja. Ia mendudukkan dirinya di tempat kosong sebelah Naufal yang masih enggan menatap ke arahnya.

EISHAYANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang