18. Malam Di Mansion Ersyand

332 27 4
                                    

Seorang gadis menelan ludah melihat banyak makanan yang tersaji. Ia menatap wajah pria paruh baya yang terkekeh atas tingkahnya yang malu-malu kucing itu. Ersyand mengusir para pelayan dan bodyguard dari ruang makan. Menyisakan mereka berdua. Eisha semakin bimbang dan gelisah. Akan tetapi, perutnya sudah tak bisa dikompromi lagi. Dengan ragu, ia mengambil nasi serta lauk-pauknya.

"Eca, mengapa kau kabur kemarin, hm?" tanya Ersyand membuat pergerakan gadis tersebut terhenti.

"Eca sudah hafal kebiasaan Paman, ya! Kemarin Eca teringat masih ada urusan, terpaksa deh Eca berulah dan kabur. Karena Paman pasti tak mengizinkan Eca pergi," jawabnya tanpa rasa takut sedikit pun.

"Tentu saja. Hari libur sekolahmu harus dihabiskan bersama Paman. Sudah lama kita tidak bertemu, Ca. Paman sangat-sangat merindukanmu," ujar Ersyand menatap dalam manik mata nona muda Evander yang menenangkan itu.

Wajahnya cantik alami tanpa polesan make up, lagi-lagi membuatnya jatuh pesona. Ia terpaku pada bibir ranumnya. Bibir yang seolah menggodanya untuk dicicipi. Eisha yang tersadar akan fantasi liar sang paman segera mendorong kursi yang diduduki, lalu berlari ke arah kamar mandi dekat dapur. Ia kembali memuntahkan makanan yang dimakannya tadi. Akibat terlambat makan, perutnya pun merajuk.

"Sial! Karena tua bangka yang memaksa ingin sarapan bersama, penyakit maag ku kambuh," gerutu Eisha.

Saat perjalanan, ia tak diizinkan mengemil. Sudah dikatakan bahwa kehidupan Eisha akan diatur olehnya jika dia berada di sini. Membuat Eisha merasa sangat muak. Ia memutar bola matanya malas saat mendengar suara gedoran pintu dan teriakan khawatir seseorang.

"Eca! Paman sudah menelepon Nicholas. Sebentar lagi dia sampai. Kau cepatlah keluar!!" teriak Ersyand.

Eisha membuka pintu kamar mandi. Ia terkesiap saat tubuhnya digendong ala bridal style. Di mansion ini, ia diperlakukan bak seorang putri. Tidak seperti di kediamannya. Ersyand membaringkan tubuh sang keponakan dengan hati-hati, lalu menarik selimut sampai menutupi dadanya.

"Suruh dokter Nicholas pulang saja, Paman. Maag ku kambuh juga karena Paman yang melarangku makan dan mengemil." Eisha mencebikkan bibir melihat pamannya yang tersenyum kecil. Ia menggeser tubuhnya menjauh ketika Ersyand mendudukkan diri di pinggiran kasur. Tangan pria itu terulur mengelus surai hitamnya.

"Maafkan Paman. Kau istirahat saja. Paman akan minta bibi buatkan bubur untukmu," ujar Ersyand, lalu mendaratkan kecupan hangat di kening gadis yang mengepalkan tangan di balik selimut.

Selepas kepergian sang paman, Eisha langsung menyibak selimut. Ia meraih tas ransel dan mengambil sarung yang dibawanya dari rumah. Sarung itu adalah peninggalan kakak keduanya yang sangat jarang dipakai. Tanpa memedulikan kamera cctv yang menyorotnya, ia memakai sarung tersebut hingga menutupi kaki jenjangnya.

Sudah hampir setengah jam gadis tersebut menunggu. Namun, tak ada tanda-tanda pria itu akan kembali ke kamarnya. Tanpa berpikir panjang, ia beranjak menuju kamar mandi di kamar ini. Tak lupa membawa tas ranselnya. Sudah menjadi kebiasaan seorang Eisha makan sambil duduk di atas kloset. Jika ketahuan, semua camilan yang dibawanya akan dibuang begitu saja oleh pria tua tersebut.

"Eca! Kau di mana?" teriak seseorang yang tak terdengar asing di telinganya.

Nicholas. Satu nama yang terbersit di benak nona muda Evander. Gadis itu segera menyembunyikan tas ransel dan bergegas keluar. Ia berdeham saat tatapan tajam menyergapnya. Ia menjadi salah tingkah saat Nicholas mengamati penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dress yang seharusnya terlihat indah membalut tubuh Eisha, kini malah terlihat aneh dengan tambahan sarung yang membelit di pinggangnya.

"Kebiasaan anehmu itu tak pernah hilang, Ca," dumel Nicholas merasa tak habis pikir.

Eisha cengengesan. Tak ayal ia mendekati lelaki berprofesi sebagai dokter itu. "Bagaimana, ya? Aku tak betah memakai dress seperti ini. Tapi paman selalu menyuruhku memakai dress setiap kali berada di mansionnya."

EISHAYANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang