Seorang gadis melirik sinis ke arah pemuda yang terduduk di sisi lapangan. Ia tengah dihukum berjemur di bawah sinar matahari sambil hormat kepada sang saka merah putih. Ia terlambat dua puluh menit dan Nathan—selaku ketua OSIS memberinya hukuman tersebut. Sementara siswa-siswi yang lain dihukum membersihkan toilet sekolah. Entah, Eisha harus bersyukur atau mengeluh.
"Nathan, sudahi, ya! Aku letih," bujuknya menatap memelas pada Nathan yang mengedikkan bahu tak acuh.
"Tanggung setengah jam lagi. Kau itu harusnya berterima kasih, Sha. Hukuman yang aku berikan tak membuatmu banyak bergerak," celoteh Nathan.
"Iya-iya!" seru Eisha mengalah.
Suara bel berbunyi membuat nona muda Evander menghela napas panjang. Dengan tertatih, ia berjalan menghampiri Nathan yang memberinya air mineral. Eisha menerima air mineral tersebut, lalu duduk di sebelah Nathan. Kemudian melepas kerudung dan memasukkannya ke dalam tas.
"Sial! Mengapa gerah sekali!!" keluh Eisha sembari melipat lengan kemeja sampai siku, lalu melepas rok panjangnya.
Nathan terkesiap dan segera memalingkan wajah yang sedikit memerah. "Sha, apa yang kau lakukan?!"
"Apa? Apa yang aku lakukan? Aku kegerahan, Nathan! Lagi pula aku pakai celana training. Jadi, tak masalah, bukan?" tanya Eisha menatap polos ke arah pemuda yang bernapas lega.
"Hm."
"Aku mau jajan di kantin. Bye, Nathan!" pamitnya terburu-buru meninggalkan Nathan seorang diri di lapangan.
Mengabaikan berbagai tatapan yang menyergap, ia mengayunkan kakinya menuju kantin. Akan tetapi, tujuannya berubah saat melihat sang kakak kelima keluar dari salah satu ruang kelas. Dengan semangat, ia menghampirinya.
"Mas Nuel!" panggil Eisha sedikit berteriak.
Si empu nama tak menoleh sedikit pun. Seketika, langkah nona muda Evander terhenti. Ia menatap nanar punggung sang kakak yang semakin menjauh. Bisik-bisik para siswi mulai terdengar. Mereka menganggap Eisha aneh sebab memanggil sang guru muda dengan sebutan 'mas'. Banyak praduga yang mereka lontarkan, tetapi tak satu pun yang ditanggapi oleh gadis tertawa hambar.
"Kasihan sekali dirimu, bungsu yang terbuang," ucap seorang siswi tepat di depan Eisha. "bagaimana rasanya? Sekarang kakak-kakakmu sudah tak peduli denganmu, Eisha. Kakak terakhirmu juga sepertinya baru tersadar, jika kau itu PEMBAWA SIAL!!"
"KAU PEMBUNUH!!!" teriaknya membuat suasana koridor menjadi ricuh.
Gadis yang disudutkan masih terlihat tenang dengan dua tangan yang terkepal. Matanya menyorot tajam sang musuh bebuyutan. Ia tersenyum menyeringai membuat Naomi tertegun sejenak. Naomi tak menampik jika senyum nona muda Evander begitu menyeramkan, tetapi ia tak boleh gentar.
"Kalian semua ingin tahu tentang kisah gadis yang dipuja oleh most wanted sekolah ini? Aku tahu, banyak dari kalian yang tak menyukai Eisha. Tapi kalian sengaja menyembunyikan, karena tak mau berurusan dengan para pawang Eisha. Siapa lagi? Kalau bukan Narendra, Naufal, Noland, Nando, dan mungkin Nathan juga termasuk," beber Naomi memanas-manasi oknum yang membenci sosok gadis tersebut.
Eisha bagaikan seorang ratu yang dilindungi. Naomi adalah satu-satunya orang yang berani mengusik nona muda Evander sejak dulu. Mereka teman sejak sekolah dasar, tetapi Naomi tak pernah menganggap Eisha sebagai teman. Gadis itu merasa iri pada Eisha yang memiliki segalanya. Harta yang melimpah dan juga kasih sayang keluarga.
"Dia, Eisha Eliora Evander. Putri bungsu keluarga Evander yang menyebabkan tuan muda kedua Evander kecelakaan lima tahun silam. Mobil yang dikendarai kakaknya jatuh ke dalam jurang. Dia seorang pembunuh kawan. Karena dia, istri tuan muda kedua Evander kehilangan suaminya dengan usia pernikahan mereka yang belum genap dua bulan. Selain itu, dia juga penyebab Naufal kehilangan ayahnya!" jelas Naomi membuat telinga Eisha berdenging.
KAMU SEDANG MEMBACA
EISHAYANG
Teen FictionKasih sayang dan cinta tak lagi melimpah ruah. Eisha tidak lebih dari seorang anak bungsu yang tak seberuntung bungsu lainnya. Hanya ada sosok kakak laki-laki kelima yang selalu berada di sisi Eisha. Lelaki yang tiba-tiba muncul di sekolah SMA Pelit...