19. Kasus

225 20 1
                                    

Ada sebuah alasan mengapa gadis yang masih bergelung selimut itu tak melarikan diri dari sini. Ia tak mengindahkan gedoran pintu dan teriakan Nicko yang menyuruhnya untuk segera bangun. Di hari minggu ini, ia ingin bermalas-malasan. Tak peduli dengan kemurkaan pamannya.

"Nona! Cepatlah bangun!! Masih ada waktu dua puluh menit untuk bersiap-siap!!" teriak Nicko ketar-ketir akan kemalasan gadis tersebut. "Nona! Kasihanilah kami!!"

Eisha menyerah. Ia menyibak selimut dan beranjak menuju pintu. Mendengar suara pintu yang dibuka membuat Nicko bernapas lega. Pria itu menyuruh salah satu pelayan untuk membantu sang nona bersiap. Sementara gadis yang hampir membuat nyawa mereka diujung tanduk, menatap malas ke arah wanita yang tergesa-gesa menuju kamar mandi.

"Nicko, Nicki ke mana? Sejak di sini aku tidak melihatnya," tanya Nona muda Evander saat mereka berada di dalam lift. Gadis itu sengaja bertanya mengenai asisten pribadi sang paman yang tidak terlihat batang hidungnya.

Nicko meliarkan pandangan agar tak bersitatap dengan gadis yang sibuk menutupi asetnya menggunakan rambut panjang yang tergerai. Ia tahu jika gadis tersebut merasa tak nyaman. Namun apalah daya, tuannya itu sangat menyukai pemandangan gadis yang memakai pakaian seksi.

"I-itu Nona—"

"Aku tahu. Pasti karena aku kabur kemarin, ya?!" potong Eisha merasa bersalah.

Nicki dan para bodyguard yang lain harus menanggung hukuman karena gagal menjaga nona muda Evander. Gadis yang kabur dengan mudahnya saat di restoran kemarin.

Keterdiaman kembaran Nicki membuat gadis itu menerka bahwa kondisi asisten pribadi sang paman tidak dapat dikatakan baik-baik saja. Tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya. Sedikit bermain-main tidak masalah, bukan? Toh, selama usianya belum genap tujuh belas tahun, ia masih terlindungi. Karena pamannya mengincar semua kekayaan yang diwariskan kepada cucu perempuan semata wayang keluarga Evander.

"Nicko, kau ambil jaket di kamarku dan letakkan di sofa. Aku akan pastikan tua bangka itu minggat malam ini," titahnya berbisik.

Setelah tiba di lantai satu, Nicko menggiring sang nona menuju ruang makan. Ia sudah menugaskan salah satu bodyguard yang berjaga di lantai atas untuk mengambil jaket milik nona mereka. Ia segera memalingkan wajah saat Ersyand tersenyum lebar seraya melambaikan tangan kepada nonanya. Hatinya memanas melihat gadis yang tak seharusnya berpakaian mini itu duduk di pangkuan pria paruh baya tersebut.

"Nona, air hangatnya sudah Bibi siapkan. Apa Nona ingin dibantu membersihkan diri?"

Lamunannya membuyar. Ia menggelengkan kepalanya pelan, lalu melangkah ke arah kamar mandi. Tanpa membutuhkan waktu lama, ia sudah membersihkan diri dan memakai sebuah dress berwarna navy. Lagi-lagi, ia mendesah menatap pantulan dirinya di cermin.

"Nona, tuan mengabari bahwa beliau tak pulang malam ini. Nona diizinkan pulang," papar Nicko di ambang pintu kamar nona muda Evander.

"AKHIRNYA!!!" soraknya kegirangan.

Nicko terkekeh melihat tingkah gadis yang berjoget-joget itu. Ia memundurkan langkah saat pintu kamar yang tadi terbuka lebar, kini ditutup rapat olehnya. Pelayan yang tadi membantu Eisha bersiap sudah mengundurkan diri. Gadis itu sudah tak sabar memakai pakaiannya yang kemarin yang sudah dicuci bersih oleh pelayan di sini.

Senyuman ceria yang menghiasi wajah cantiknya membuat banyak pasang mata ikut tersenyum saat melihatnya. Senyuman yang bertahan hingga esok hari. Gadis yang dengan semangat berangkat ke sekolah.

Gadis itu menggunakan ojek online untuk mengantarnya menuju gedung tempat menimba ilmu. Sudah banyak siswa-siswi yang berlalu-lalang di koridor sekolah. Eisha tidak melangkahkan kakinya ke arah kelas, melainkan gudang kosong tempat favoritnya. Sebelum itu, ia menghentikan salah seorang siswa yang di mana kelasnya bersebelahan dengannya. Ia  menyuruh siswa tersebut untuk menaruh tasnya di kelas.

EISHAYANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang