15. Tamu

218 25 5
                                    

Tatapan kebencian mengarah pada seorang gadis yang melangkahkan kakinya dengan angkuh. Ia tak segan menatap balik mereka dengan tatapan tajam yang mematikan. Sontak, mereka yang tertangkap basah segera memutuskan kontak mata dan berpura-pura memandang ke arah lain.

"Minggir, kau menghalangi jalanku!" desis Eisha pada seorang siswa yang tiba-tiba muncul di depannya. "aku tak memiliki urusan denganmu!"

"Kata siapa? Kau melupakan kejadian dua hari yang lalu. Karena kau, kepala Naomi terluka!" seru siswa tersebut semakin mengikis jarak di antara mereka.

Eisha terkekeh. Gadis itu melipat kedua tangan di depan dada. Mengangkat dagunya angkuh. Nuga. Pemuda yang tergila-gila pada Naomi yang jelas-jelas menyukai Naufal. Cinta sepihak di antara mereka terjadi semenjak bangku menengah pertama. Nuga tak menyerah mengejar cinta Naomi. Begitu juga dengan Naomi yang tak gentar mengambil perhatian seorang Naufal. Perbedaan keyakinan antara Naomi dan Naufal, tak membuat semangat gadis tersebut surut.

"Ah, rupanya kau tidak terima. Bagaimana jika aku melakukan hal yang sama kepadamu?" ujarnya sambil tersenyum manis.

Nuga dan dua temannya tertegun. Untuk kali pertama, mereka melihat senyuman seorang nona muda Evander. Senyum yang selama ini jarang ditunjukkan kepada khalayak ramai.

Angin yang berhembus membuat rambut Eisha yang tergerai beterbangan. Banyak pasang mata yang terpesona. Termasuk Nuga. Pemuda yang baru menyadari, jika Eisha jauh lebih cantik dari gadis tambatan hatinya—Naomi.

"ECA!!" Teriakan seorang pemuda berlari membelah kerumunan. Ia melayangkan tatapan mengintimidasi ke arah Nuga yang tersenyum mengejek.

"Mau sampai kapan kau memprioritaskan Eisha, Narend? Katakan saja, jika kau lelah. Maka dengan senang hati aku akan menggantikanmu. Kau harus fokus mengejar dia. Sebelum ada pemuda lain yang mendapati gadis incaranmu itu," tuturnya membuat Narendra bergeming, sedangkan Eisha mengerut bingung.

Kedua teman Nuga saling memandang. Bagaimana bisa seorang pemuda yang memiliki rasa kepada Naomi selama bertahun-tahun, kini berpindah haluan? Pesona Eisha Eliora Evander memang tidak main-main. Salahkan saja mereka yang tak pernah memerhatikan sosok Eisha.

"Narend lagi suka sama cewek? Sejak kapan? Siapa orangnya? Mengapa tidak pernah cerita?" tanya nona muda Evander beruntun.

Narendra tidak menjawab. Ia menggandeng tangan Eisha menuju kelas. Ada berbagai macam pertanyaan dibenaknya. Selama mereka bersahabat, Narendra tak pernah menunjukkan ketertarikan kepada lawan jenis. Pemuda itu selalu memprioritaskan Eisha di atas segalanya. Namun, kenyataan hari ini membuat angan yang sempat ada menjadi lenyap. Seharusnya sejak awal, Eisha tidak berharap lebih. Narendra bebas melabuhkan hatinya pada gadis manapun. Kecuali dirinya yang sudah dianggap seperti seorang adik.

"Siapa Narend?" Eisha sedikit meninggikan suara saat mereka tiba di kelas. Ia mengikuti arah pandang Narendra yang tengah mengamati Nafiza. Gadis yang diam-diam menyimpan rasa kepada ketua rohis di sekolah ini.

Narendra terhanyut memandangi Nafiza yang fokus membaca buku agama. Ia mengulum senyum. Nafiza selalu terlihat cantik dengan balutan kerudung di kepalanya. Gadis itu tak pernah memperlihatkan mahkotanya kepada siapa pun. Pertemuan mereka di bangku menengah pertama Nafiza sudah menutup aurat dengan sempurna. Membuat rasa kekaguman itu semakin bertambah seiring berjalannya waktu.

"Eca," panggil Naufal untuk kesekian kali. Ia mendengkus sebal seraya meraih bolpoin dan menusuk pelan ke bahu Eisha yang melamun. "Eisha!"

"H-hah? Iya? Ada apa?" Eisha terkesiap. Ia menoleh ke belakang. Mendapati Naufal yang mengangkat sebelah alis. Pemuda itu menatap curiga ke arahnya.

EISHAYANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang