Kedua sudut bibir Neon terangkat membentuk senyuman yang begitu indah. Ia merasa sangat beruntung setelah penantian bertahun-tahun. Neon sudah lama mendambakan sosok Eisha, tetapi tuan muda kedua Evander yang pernah menjadi rekan satu tim dalam menjalani misi dunia bawah tak memberinya izin bertemu dengan gadis kecil yang menggemaskan itu.
Tubuh Neon terhuyung ke sisi kanan kala seseorang mendorongnya. Neon masih belum tersadar dari lamunan pun kembali dikejutkan oleh sebuah bogem mentah yang mendarat di wajahnya. Eisha terbelalak saat darah segar mengalir dari sudut bibir Neon. Dengan cepat, ia menarik tangan Narendra menjauhi pria yang mengaku kenal dengan kakak laki-laki keduanya.
"Apa yang kau lakukan, Narend?" bentak Eisha menatap tajam pelaku kekerasan pada pria yang asyik menikmati raut kemarahan di wajah sang nona.
"Apa? Kau masih bertanya? Aku mencoba melindungimu dari pria kurang ajar ini!!" pekik Narendra menunjuk pria yang tersenyum tak karuan. Hati Neon terasa berbunga-bunga menyaksikan gadis tersebut bercekcok dengan sahabatnya demi membela dirinya.
"Kau salah paham. T-tadi—"
"Tadi apa?! Aku dan semua orang di sini menyaksikan pria itu mencium keningmu, Ca! Katakan, ada hubungan apa kau dengannya. Kau tidak menjadikan dia sebagai sugar daddy mu, 'kan?" Narendra terlalu terbawa emosi hingga tak sadar bahwa ucapannya telah menyakiti hati nona muda Evander. Ia sangat kalut saat melihat pria yang tak dikenal mencium kening gadis yang selama ini dijaga dari lawan jenis. Ia, Naufal, dan Emmanuel sebisa mungkin menutup akses Eisha menjalin hubungan asmara demi kebaikan gadis itu sendiri. Namun, usaha mereka seperti sia-sia karena keberuntungan yang menimpa Neon di pagi ini.
"Meski kekurangan kasih sayang tak membuatku hilang kewarasan. Mulai detik ini, berhenti mencampuri urusanku, Narend!" desis Eisha dengan tangan terkepal.
Kemudian, ia menyapu pandangan ke sekitar. Senyumnya terpatri kala bertatapan dengan Emmanuel yang sejak tadi diam mengamati. Lelaki itu tak jadi mendekat saat kejadian tak terduga menimpa sang adik perempuan, bertepatan dengan Narendra yang baru tiba di area sekolah. Adik laki-laki Zia itu terkejut dan refleks meneriaki nona muda Evander. Entah mengapa, amarahnya langsung tersulut setiap kali Eisha bersentuhan dengan lawan jenis.
"Hei, Om! Antar aku pu—hei!! Siapa yang menarik tasku!" teriak Eisha mencoba menggapai tangan seseorang yang menarik tas di pundaknya ke arah atas. "Jangan menyeretku! Aku bisa jalan sendiri!!"
Nona muda Evander mendengkus saat mengetahui pelaku yang dengan tega menyeretnya meninggalkan area parkir sekolah. Ia menepis kasar tangan Naufal dan mencoba melarikan diri, tetapi terhenti saat sosok tuan muda kelima Evander muncul secara tiba-tiba. Eisha berdecak, lalu dengan terpaksa dirinya melangkah menuju kelas.
"Eca! Kau kemana saja? Kami merindukanmu!!" teriak Naira berhambur memeluk gadis yang sudah beberapa absen sekolah.
"Aku tidak," sahut Eisha sambil melerai pelukan.
Naira dan dua gadis lainnya tertegun melihat perubahan sikap sang nona yang berubah dingin. Tak ada raut ceria yang terpancar di wajahnya. Senyum kepalsuan Eisha sudah benar-benar terlepas. Gadis itu mulai menunjukkan dirinya yang sebenarnya kepada orang-orang.
Bisik-bisik mulai terdengar. Eisha memilih abai dan mendudukkan diri di bangku kosong paling belakang. Bangku yang sudah lama tak ditempati sebab pemiliknya pindah sekolah saat kenaikan kelas.
"Bagaimana ini, Nad? Eca berubah," ucap Naira pelan. Ia menatap dua sahabatnya bergantian.
Nadine mengedikkan bahunya tak acuh. "Biarkan saja. Aku capek terus-terusan terlibat dalam permasalahan keluarga dia yang tidak jelas itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
EISHAYANG
Teen FictionKasih sayang dan cinta tak lagi melimpah ruah. Eisha tidak lebih dari seorang anak bungsu yang tak seberuntung bungsu lainnya. Hanya ada sosok kakak laki-laki kelima yang selalu berada di sisi Eisha. Lelaki yang tiba-tiba muncul di sekolah SMA Pelit...