16. Flashdisk

205 24 2
                                    

"Paman!!" teriak seorang gadis berlari menghampiri pria paruh baya yang memiliki wajah duplikat dengan sang daddy.

Dia adalah Ersyand—kembaran Erland. Ersyand dan keluarganya tinggal di luar negeri di kediaman utama keluarga Evander. Erland memiliki dua orang adik, yaitu Ersyand dan Elyand. Elyand ikut tinggal di kediaman utama bersama sang kakak kedua.

"Mengapa tidak bilang-bilang, kalau Paman akan ke sini?" tanya Eisha yang kini dalam dekapan pamannya.

Ersyand mengelus puncak kepala sang keponakan. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. "Kejutan."

"Apa yang lain juga ikut?" Eisha mendongakkan kepala, menatap penuh harap ke arah pria paruh baya itu. Namun, yang diharapkan lagi-lagi dipupuskan saat pria tersebut menggelengkan kepala.

"Jangan bersedih. Nanti Paman akan mengajak mereka saat ke Indonesia lagi," bujuk Ersyand tak tega melihat wajahnya berubah sendu.

"Baiklah, ayo kita makan! Eca sudah sangat lapar!!" Eisha terkesiap saat sebuah tangan menggenggam tangannya. Ia mengulum senyum dan mengikuti langkah sang paman menuju mobil. Mereka menuju salah satu restoran yang selalu dikunjungi setiap kali tuan kedua Evander datang ke negara ini.

Sepanjang perjalanan, sepasang mata tak luput memandang wajah seorang gadis yang sampai kini masih memakai kerudungnya. Wajah gadis itu terlihat semakin menggemaskan saja. Rasanya, ia tak percaya jika gadis kecilnya telah tumbuh dewasa. Enam bulan lagi, keponakannya akan genap berusia tujuh belas tahun. Ia tak sabar menyiapkan pesta meriah di kediamannya.

"Eca, sudah sampai, Sayang," ujar Ersyand lembut.

Eisha bergegas keluar tanpa menunggu dibukakan pintu oleh bodyguard sang paman yang sejak tadi mengawal mereka. Ia memicingkan mata melihat salah seorang pria berbaju hitam yang membisikkan sesuatu kepada pamannya. Ia yang berseberangan dengan Ersyand, tak dapat mendengar. Namun, ia bisa menebak jika hal itu adalah hal yang baik. Terbukti dari senyuman yang terbit di wajahnya.

"Paman! Jangan bisik-bisik! Eca juga mau dengar apa yang dia bisikkan pada Paman!!!" rajuk Eisha menghentak-hentakkan kakinya. Gadis tersebut menghampiri Ersyand yang terkekeh.

"Bukan apa-apa. Tidak terlalu penting," sahutnya sambil mencubit gemas pipi gembul Eisha.

Mereka memasuki restoran yang sudah disewa. Nona muda Evander melirik pamannya yang sangat suka menghamburkan uang. Dengan alasan demi kenyamanan mereka saat makan, padahal Eisha tak keberatan suasana restoran yang ramai akan pengunjung. Tak lama setelah mereka duduk, para pelayan tiba. Membawa berbagai jenis makanan untuk mereka. Diam-diam Eisha tersenyum miring. Ia tiba-tiba bangkit dan menyenggol lengan sang pelayan. Mengakibatkan sepiring spaghetti yang seharusnya diletakkan di meja malah berakhir mengotori jas mahal tuan kedua Evander.

"Maafkan atas kecerobohan saya, Tuan!" ucap pelayan yang langsung bersimpuh di lantai.

Tak mau membuang kesempatan atas kericuhan yang terjadi, Eisha mengendap-endap keluar dari restoran ini melalui pintu belakang. Restoran ini sebenarnya milik Ersyand yang hanya diketahui oleh Eisha. Sementara anggota keluarganya yang lain tak pernah tahu. Ersyand sengaja menyembunyikannya. Dan Eisha tak akan tertipu untuk kesekian kalinya.

"Tuan! Nona Eisha kabur!" ucap asisten pribadi Ersyand yang menangkap basah aksi sang nona. Akan tetapi, nonanya itu berhasil lolos dari kejaran para bodyguard.

Prraanggg

Ersyand melempar semua makanan yang tersaji ke lantai. Aura mencekam menyelimuti tubuh pria yang mengepalkan kedua tangannya erat. Para pelayan menggigil ketakutan melihat amarah tuan mereka. Ersyand yang tak bisa lagi menyembunyikan amarahnya langsung menyerang para bodyguard yang tersisa. Termasuk asisten pribadinya yang tak becus menjaga keponakannya agar tetap berada di sini.

EISHAYANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang