Para siswi berteriak histeris saat seorang guru baru melalui koridor sekolah. Mereka semua terpesona oleh ketampanan dan manik mata biru yang sangat menghanyutkan itu. Sementara lelaki yang digadang-gadang bakal menjadi selebriti sekolah terlihat biasa saja. Tak ada senyuman di wajahnya, karena ia tak mau membuat situasi sekolah ini semakin riuh.
Kaki jenjangnya melangkah menuju ruangan kepala sekolah. Setelah mengucapkan salam dan dipersilakan masuk, ia segera menutup pintu rapat-rapat. Emmanuel menghela napas lega. Akhirnya, ia terbebas dari tatapan memuja para kaum hawa.
"Pilihan Daddy kalian sangatlah tepat," ucap kepala sekolah—yang tak lain adalah kawan tuan Evander.
"Benar sekali, Paman," sahut Emmanuel mengangguk-anggukan kepalanya.
Suara bel berbunyi menandakan bahwa perbincangan mereka harus segera diakhiri. Emmanuel berpamitan dan bergegas menuju kelas sepuluh IPS 2. Kelas yang menjadi tempat pertamanya mengajar. Senyum terpatri di wajah tampan Emmanuel. Lelaki itu menghela napas panjang melihat ke arah siswi-siswi yang memakai kerudung. Sesuai informasi yang didapatinya, sekolah ini membebaskan para siswi untuk berkerudung atau tidak.
"Assalamu'alaikum," ucap Emmanuel memasuki kelas.
"Wa'alaikumussalam...," jawab mereka semua kompak.
"Selamat pagi, semua..." sapanya sambil tersenyum lebar.
"Pagi!" seru semua warga kelas sepuluh IPS 2.
"Perkenalkan nama saya Emmanuel. Kalian bisa panggil saya Pak Manu. Saya di sini menggantikan Pak Taufik yang mengajar pelajaran Pendidikan Agama Islam," ujar Emmanuel memperkenalkan diri. "jujur, saya merasa takjub dengan kalian yang menutup aurat dengan memakai kerudung seperti itu."
"Keliatan lebih cantik, ya, Pak?!" celetuk seorang siswi yang dibalas anggukan singkat oleh Emmanuel.
Seketika, suasana menjadi riuh. Para siswi merasa salah tingkah atas pujian secara tak langsung yang mereka dapatkan. Sementara para siswa menatap jengah ke arah gadis-gadis yang terlihat seperti haus akan pujian itu.
"Pak Manu sudah memiliki kekasih?" tanya seorang siswi yang duduk berhadapan dengan meja guru.
Emmanuel menggeleng pelan. Membuat siswi tersebut berteriak histeris. Kemudian, satu per satu dari mereka mulai mengajukan pertanyaan. Dengan senang hati, Emmanuel menjawab. Setelah dirasa banyak waktu yang terlewat, ia pun mengakhiri sesi pertanyaan.
"Sudah selesai, ya? Boleh saya lihat materi terakhir yang disampaikan Pak Taufik?"
Seorang siswa yang tampaknya memiliki rasa tidak suka pada teman perempuan di kelas ini segera menghampiri meja guru. Ia memberikan buku catatan pelajaran agama padanya. Selama Emmanuel melihat-lihat buku miliknya, ia tersenyum menyeringai ke arah para gadis yang mencebikkan bibir kesal.
Emmanuel membaca nama yang tertulis pada bagian cover buku, lalu menghampiri pemilik buku tersebut. "Terima kasih, Nazzar."
"Baiklah, karena bab sebelumnya sudah selesai. Maka kita akan masuk ke bab baru, yaitu tentang pembaharuan islam," ucapnya menatap ke seluruh penjuru kelas.
Pelajaran agama yang biasanya sangat membosankan, kini terasa berbeda setelah kehadiran guru baru itu. Mereka merasa jika lelaki yang dipanggil 'Pak Manu' sangatlah menyenangkan. Jika guru agama sebelumnya selalu serius mengajar, berbeda dengan Emmanuel yang sering memberikan candaan hingga suasana kelas terasa hidup.
Suara bel berbunyi membuat anak kelas sepuluh IPS 2 berubah murung. Mereka tak rela jika pelajaran hari ini berlalu dengan cepat. Emmanuel tertawa kecil melihat anak muridnya yang memasang wajah lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EISHAYANG
Teen FictionKasih sayang dan cinta tak lagi melimpah ruah. Eisha tidak lebih dari seorang anak bungsu yang tak seberuntung bungsu lainnya. Hanya ada sosok kakak laki-laki kelima yang selalu berada di sisi Eisha. Lelaki yang tiba-tiba muncul di sekolah SMA Pelit...