Seorang gadis menundukkan kepala di depan pintu berwarna biru. Ia menunggu tuan rumah membuka pintu tersebut setelah diketuknya. Tak lama pintu terbuka, menampilkan seorang pemuda yang menyipitkan mata melihat sosok gadis yang dapat dihitung jari menginjakkan kaki di sini.
"Eca? Masuk," ujar Naufal mempersilakan nona muda Evander yang begitu berat melangkahkan kaki memasuki rumah malaikat penyelamatnya.
"Eh, ada Eca! Naufal, cepet suruh masuk anak gadis tuan Erland!!" seru seorang wanita paruh baya berjilbab merah muda. Ia tersenyum lebar menyambut kedatangan Eisha yang gugup.
Suara grasak-grusuk dari dalam kamar membuat Naufal dan Eisha menoleh ke sumber suara. Kemunculan seorang gadis berparas ayu membuat tubuh Eisha menegang. Air matanya meluruh saat Nafisa memeluk erat tubuhnya.
"Kakak kangen banget sama kamu, Ca. Kamu, sih, jarang banget main ke sini. Kalo nggak dipaksa Mas Nuel nggak akan mau," cerocos Nafisa merasa gembira.
Sejak dulu, ia mendambakan sosok adik perempuan. Memiliki adik laki-laki yang dinginnya hampir menyamai kutub utara membuatnya sering menggerutu. Mereka sering berkunjung ke kediaman Evander. Nafisa selalu berusaha untuk mengambil perhatian Eisha yang kala itu hilang ingatan hingga kini. Namun, Eisha tak pernah meladeni. Ia terlalu hanyut dalam lamunannya sendiri.
"Naufal, buat minum untuk Eca, sana!" suruh Nafisa yang bertepatan dengan kedatangan sang ibu yang membawa minuman dan camilan.
"Nih, Ibu buatkan es susu kesukaan Eca," ucap Ibu meletakkan segelas es susu tersebut di atas meja.
Keterdiaman Eisha membuat ketiga orang itu saling memandang. Mereka mencoba menerka-nerka apa yang dipikirkan oleh sang nona muda Evander. Suara isak tangis membuat mereka terkesiap. Kepala Eisha yang tertunduk dan beberapa helai rambut yang menutupi wajah tak menyadarkan mereka jika dua anak sungai berlomba-lomba mengalir dari pelupuk matanya.
"Ibu," panggil Eisha bangkit dari duduk dan bersimpuh di kaki wanita yang mencoba menyuruhnya untuk berdiri. Namun, ditolak oleh Eisha yang kini memeluk erat kakinya. "Eca sudah ingat semuanya. Eca mohon, maafkan Eca... Eca berdosa. Paman meninggal karena Eca, Bu! Eca memang seorang pembunuh!! Eca pembunuh!!"
Tangis keluarga kecil itu akhirnya pecah. Naufal memalingkan wajah. Hari kesedihan dalam hidupnya kembali terbayang. Ia mengingat jelas luka-luka yang memenuhi jasad sang ayah. Keluarga Evander menjelaskan detail kejadian tersebut. Melihat kondisi Eisha yang kala itu sangatlah buruk, membuat mereka tak bisa membiarkan rasa benci dan dendam mendominasi. Ibu mengikhlaskan kepergian suaminya. Nafisa dan Naufal pun sedikit demi sedikit menerima takdir ini.
Keluarga Evander bertanggungjawab atas kehidupan mereka. Ibu tak perlu bersusah payah untuk menghidupi anak-anak. Nafisa dan Naufal bisa bersekolah dengan tenang. Tanpa memikirkan biaya yang dikeluarkan. Mereka juga ikut membantu Eisha menyembuhkan luka mentalnya. Lambat-laun hubungan dua keluarga itu semakin erat saja.
"Istigfar, Nak, istigfar. Eca bukan pembunuh. Kami sudah ikhlas, Nak," tutur Ibu merengkuh tubuh Eisha yang gemetar hebat.
"M-mereka menyiksa paman karena Eca, Bu! Eca penyebab paman meninggal!! Eca penyebab Opal dan Kak Fisa jadi anak yatim... Eca mohon, benci Eca!! Marahi atau pukuli Eca!! Jangan seperti ini...," racau Eisha.
Elusan di punggungnya membuat tangis gadis itu perlahan mereda. Ibu melerai pelukan dan mengusap jejak air mata Eisha. Wanita itu mencoba tersenyum di tengah duka yang kembali terasa. "Eca, dengarkan Ibu, Nak. Apa yang terjadi di masa lalu itu sudah menjadi suratan takdir. Berhenti menyalahkan diri sendiri, karena Eca tidak bersalah. Ibu bersyukur, Eca selamat dari penculikan itu. Karena apa yang ayah Naufal lakukan sudah benar. Beliau lebih memilih melindungi bidadari kecil ini dari kebiadaban mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
EISHAYANG
Teen FictionKasih sayang dan cinta tak lagi melimpah ruah. Eisha tidak lebih dari seorang anak bungsu yang tak seberuntung bungsu lainnya. Hanya ada sosok kakak laki-laki kelima yang selalu berada di sisi Eisha. Lelaki yang tiba-tiba muncul di sekolah SMA Pelit...