BCB 6

8.6K 309 6
                                    

Akhirnya hari itu datang juga mempertemukan kita

Mempertemukan dua manusia yang saling bertolak belakang

Kau yang berharap aku menghilang selamanya

Dan aku, manusia brengsek yang mencari mu kemana-mana

🍁 Rangga POV 🍁

"Assalamualaikum..."

Aku sedikit terkesiap mendengar salam itu. Suara itu membuatku terlempar ke masa lalu dalam hitungan detik.

"Yaa, waalaikumsalam, masuk aja nggak dikunci pintunya." Sahutku mengeraskan suara, lalu berdoa seadanya dan langsung melipat sajadah yang barusan ku gunakan untuk shalat.

Beberapa tahun terakhir, lebih tepatnya setelah mama meninggal, perlahan aku mulai bertekad untuk menjadi seorang yang lebih baik. Terkadang ketika ada waktu luang, aku menyempatkan diri ikut serta duduk di kajian-kajian. Menambah wawasan agamaku yang begitu kurang.

Jika awalnya aku memaksakan diri untuk tak meninggalkan shalat wajib lima waktu, kini aku mulai memaksa diriku untuk sedikit demi sedikit menjalankan sunah-sunah Nabi Muhammad saw. Jujur hal itu memberikan ketenangan, meski tidak sepenuhnya rasa bersalah ku hilang begitu saja.

Belum aku berbalik untuk menyapa dua orang mahasiswa yang akan magang disini, suara dering ponsel yang begitu nyaring membuat ruangan ku yang tadinya senyap menjadi bising seketika. Aku berbalik ke arah mereka, terlihat satu mahasiswa yang tengah berdiri didepan pintu, sedang seorang lagi baru saja keluar sepertinya.

"Silakan duduk disini Dek..." Sapaku padanya. Terlihat sekali mahasiswa itu tegang berada di ruangan ini.

"Iya Pak..." Sahutnya tapi tak beranjak sesenti pun dari tempatnya.

"Duduk aja nggak papa. Saya ambil minum sama cemilan bentar yaa, biar nggak tegang kita ngobrolnya hehehe..." Kataku mencoba seramah mungkin agar mahasiswa itu tak tegang seperti tengah berhadapan dengan penagih hutang.

Setelah ia terlihat melangkah pelan, aku meninggalkannya untuk mengambil minum dan cemilan.

Menyiapkan semuanya diatas nampan, aku kembali ke ruang tamu dan mendapati mahasiswa yang satunya sudah ikut duduk didalam.

"Silakan diminum dulu adek-adek airnya. Pasti dari lantai satu ke lantai tiga butuh tenaga..." Kataku lagi sambil sedikit melirik mahasiswa berjilbab yang malah asyik menunduk.

Ikut duduk bersama mereka, aku memeriksa surat yang tadi diberikan si mahasiswa pertama. Mataku langsung saja terfokus pada nama kedua mahasiswa tersebut.

Anggun Belvia Grizelle?

Aku menelan liur berulang kali, melirik mahasiswa yang menunduk saja sejak aku duduk disini. Ku usap dahiku pelan mencoba menguasai diri, mencoba tak bersikap gegabah di situasi seperti ini. Aku harus profesionalitas sebagai pimpinan redaksi, bukan laki-laki brengsek itu.

"Oke jadi..." Kataku tercekat sambil melirik Anggun yang tak juga mengangkat kepalanya. Aku bisa melihat jari perempuan itu bergerak gelisah. Itu tandanya Anggun sudah tahu aku siapa. Aku meneguk air mineral sebelum bersuara lagi.

"Ini suratnya sudah saya tanda tangani. Karena sebelumnya pihak kampus kalian memang sudah ngirim email tentang pemberitahuan, minta izin untuk menempatkan beberapa mahasiswanya untuk bisa ikut praktek di perusahaan ini." Kataku lagi.

"Oh iya Pak, terima kasih..." Sahut Mahasiswa yang bernama Clara.

Sedang Anggun masih menunduk dengan tubuh kaku mematung. Hanya jemarinya yang bergerak-gerak. Aku tahu ia sekarang tengah sekuat tenaga menahan gejolak emosi karena bertemu denganku kembali.

Bersama Cahaya Bintang (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang