BCB 9

6.2K 228 5
                                    


Anggun POV 🍁

Sehari rasa setahun.

Itulah ungkapan yang pas untuk keadaan ku saat ini. Satu ruangan dengan seseorang yang kamu benci dan begitu kamu hindari, apalagi terpaksa harus berinteraksi dengannya, itu adalah hal yang sangat melelahkan.

Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa aku tidak meliburkan diri selama dua bulan saja seperti rencana ku sebelumnya? Ya awalnya aku berpikir kesana. Tapi mengingat magang adalah salah satu syarat yang harus ku penuhi untuk tugas akhir kuliah ini, mau tak mau aku harus melaksanakannya. Aku ingin segera lulus agar bisa fokus pada anak-anak dan butikku.

Tak apalah, anggap saja rasa tersiksa ku ini ialah sebagai bentuk pengorbanan seorang ibu agar memberi contoh yang baik kepada Bintang dan Cahaya, bahwa ditengah kesibukan ku sebagai single parent dan pengusaha, aku menyempatkan diri untuk menambah wawasan ku di bangku perkuliahan.

Yah, meski jujur kadang pusing juga. Aku merasa tidak memiliki waktu santai. Pulang kuliah langsung mengurus Bintang dan Cahaya, lalu sesekali bertemu klien yang ingin bertemu, atau mengerjakan tugas kuliah yang tidak berkesudahan.

Aku melirik Rangga yang tengah fokus memeriksa berkas-berkas yang sebelumnya telah aku dan Clara periksa. Melihat laki-laki itu aku jadi ingat Mbak Dine yang tengah hamil besar beberapa minggu lalu. Jadi mereka nggak jadi nikah? Itulah pertanyaan sekaligus kenyataan yang seharusnya tidak butuh jawaban. Namun lagi-lagi diujungnya aku menambahkan kata kenapa?

Atau Rangga bohong saat di kafe beberapa hari lalu?

Atau?

Berbagai spekulasi bermunculan di kepalaku hingga aku tersadar ketika pintu ruangan terbuka dan seorang perempuan masuk dengan langkah terburu-buru menuju Rangga.

Aku dan Clara bersamaan menoleh ke arah yang sama. Perempuan itu terlihat memeluk Rangga, lalu mencium pipi laki-laki itu. Aku merasa ruangan yang dilengkapi pendingin ini menjadi panas seketika.

"Sayang kangennnnnn..." Kata perempuan itu dengan manjanya. Sepertinya ia belum sadar bahwa di ruangan ini Rangga tak seorang diri, tapi ada kami berdua.

Aku memperhatikan dengan seksama perempuan yang membelakangi kami itu. Dari postur, rambut, warna kulit, hingga aroma parfum yang sekarang memenuhi ruangan, aku seperti tidak asing dengannya.

"Michelle?" Batinku menebak dan mengiyakan itu sendiri. "Jadi calonnya Michelle itu Rangga?"

Setelah memastikan perempuan itu benar-benar Michelle, aku beringsut keluar ruangan dengan alasan ada barang yang ingin ku ambil di jok kendaraan pada Clara. Jika Michelle sampai melihat ku, apalagi menegurku, aku takut perbincangan jadi kemana-mana. Dan aku berharap jangan sampai perempuan itu membahas ku, apalagi menceritakan soal Bintang dan Cahaya yang pernah ditemuinya pada Rangga.

Keluar dari ruangan itu, aku memandangi para karyawan yang tampak sibuk. Entah akan ada acara apa, yang pasti saat ini langkahku menuju salah satu dari mereka yang melambaikan tangannya ke arahku, meminta bantuan ku.

"Lagi nggak ada kerjaan kan?" Tanyanya.

Aku mengangguk.

"Beneran? Nanti Pak Rangga nyariin kamu lagi?"

"Enggak kok Bu... Pak Rangganya lagi ada tamu..."

"Tamu? Siapa? Perasaan dari tadi nggak ada tamu lewat?"

"Ada Bu didalam, cewek cantik..." Kataku sembrono meski aku tahu kalau itu adalah Michelle tunangan Rangga, sekaligus anak dari pemilik perusahaan ini.

"Ya Allah itu bukan tamu. Itu pacarnya Pak Rangga. Namanya Michelle, anaknya yang punya nih perusahaan..." Kata ibu berkacamata tebal itu seraya tertawa, mentertawakan ku yang kini berupaya ikut tertawa juga.

Bersama Cahaya Bintang (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang