BCB 46

3K 148 37
                                    

"Wehhh berani banget yaa videoin anak pejabat + konglomerat... Mentalmu sejuta kali lipat daripada polisi!!!"

"Boleh speak up nggak sih? Dia dulu pernah bully aku guys... Tapi aku yang dikeluarkan dari sekolah 🙄😬 Keren kan sekolahku🤮 Menyala SMP Bunga Bangsa🔥🔥"

"Ytta 🤡"

"Definisi jelmaan 🤡🤡🤡"

"Mbak kamu kayak 👹👹👹"

"Takuttt ada Michelle. Michelle siapa? Michelle itu 🤡 🔪"

"Hai Michelle si anak kesayangan guru. Selalu masuk 10 besar padahal otaknya ☠️☠️☠️. Nggak heran sih, amplop bapaknya lebih besar daripada gaji guru... Menyala Pak Sanusi 🔥🔥🔥"

"Faktanya Mbak yang divideo itu adalah satu diantara puluhan bahkan mungkin ratusan korban yang pernah digituin Michelle. Percaya nggak percaya, nih selebgram kelakuannya diluar ekspektasi guys. Bukan jahat lagi sihh menurutku, tapi sakit. Btw aku kerja disalah satu teman selebgramnya. Tahu dari temen-temennya juga."

"Ngefans sama dia karena cantik dan kelihatan berkelas, eh ternyata kelakuannya diluar batas😭"

"Padahal kamu cantik loh Mbak, wangit duitmu juga tercium, tapi kenapa malah doyan ngebully. Emang nggak rugi??"

.
.
.

"Aaaaaaaaaaa!!! Aku nggak mau tahu! Papa harus cari cara supaya yang ngerekam video aku ditangkap!!!" Pekik Michelle seperti orang gila. Ia bahkan tak tidur semalaman karena membaca semua komentar orang-orang yang sekarang memenuhi kolom komentar Instagram dan tiktoknya. Jika sebelum video itu viral yang berkomentar hanya puluhan orang, kini jadi ribuan.

Sanusi menatap putrinya dingin, tanpa berkata apapun laki-laki itu merebut ponsel Michelle geram.

Plakk!

"Dasar anak bodoh! Papi nggak larang kamu melakukan hal-hal diluar batas, tapi bukan dengan jarak sedekat ini! Kamu tahu? Apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini itu juga menjadi ancaman buat Papi Cel! Apa kata orang-orang diluar sana! Apa kata teman bisnis kita kalau mereka sampai ikut menyaksikan video yang sekarang sudah tersebar kemana-mana! Ingat, kalau sampai kasus kecelakaan waktu itu terbongkar juga, kamu yang harus bertanggung jawab, bukan Papi!" Kata Sanusi menatap geram Michelle. Meski anak itu putri satu-satunya yang sudah ia manja sejak kecil, laki-laki berumur itu murka juga dengan kelakuan putrinya, yang entah menurun dari siapa.

Michelle tersenyum sinis, "Tega banget yaa Papi sama anak sendiri kayak gini?! Ohhh ini pasti pengaruh dari perempuan itu kan? Perempuan mandul yang berharap aku ngilang dari Papi supaya harta Papi jadi punya dia semua!" Ucap Michelle yang membuat Sanusi kembali menamparnya.

"Jangan sembarangan ngomong kamu! Kamu harusnya berterima kasih karena Sofia sudah merawat kamu dari kecil! Bukan malah menuduh dia yang enggak-enggak!"

"Terima kasih Papi bilang?! Ngapain aku berterima kasih sama seorang baby sitter yang pada akhirnya nikah sama majikannya?! Buat apa?! Karena sampai kapanpun, dimata aku perempuan itu tetap pembantu, meskipun sudah dia nikah sama Papi! Dia memang istri Papi, tapi dia bukan Mama aku!"

Pusing karena perselisihan diantara mereka malah merembet kemana-mana, Sanusi bergegas keluar kamar putrinya lalu mengunci Michelle dari luar. Michelle berteriak-teriak seperti orang gila yang dikurung dirumah sakit jiwa.

Diluar kamar, istrinya Sofia tersenyum tipis dengan tangan membawa nampan berisi makan malam untuk Michelle. Ibu kandung perempuan itu meninggal karena kanker rahim saat Michelle kelas 2 SMP.

"Mulai sekarang kamu nggak usah mau disuruh-suruh Michelle. Kan di rumah sudah ada pembantu. Biar aja yang nyuci, masak, sama bersihin kamarnya itu dikerjain pembantu." Tegur Sanusi pada istrinya itu, entah susah berapa ratus kali itu mengatakan itu, nyatanya istrinya itu masih seperti pelayan jika berhadapan dengan putri semata wayangnya.

Bersama Cahaya Bintang (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang