BCB 3

11.3K 324 8
                                    

"Masa laluku yang kelam membuat ku tanpa sadar menghukum diriku sendiri. Hidup tidak tenang dan diliputi rasa kebencian. Untuk mendapatkan kata bahagia, aku harus berusaha memaksa merasakannya"

🍁 Rangga POV 🍁

Kesendirian adalah hal yang paling menyenangkan untukku sejak tujuh tahun terakhir.

Usiaku sudah tak muda lagi, setahun lagi aku genap kepala tiga. Dan aku masih tidak tahu apa yang saat ini sangat ku inginkan.

Semenjak ibuku meninggal tiga tahun lalu, perasaan bersalah itu semakin menyeruak. Menghantam hatiku setiap detik, membuatku tak pernah merasakan yang namanya tenang dan damai.

Aku tampan, kata orang-orang. Aku mapan, kenyataannya begitu. Pendidikan ku cukup di apresiasi dengan IPK yang selalu di atas 3.75. Pekerjaan ku juga membuatku dilirik banyak wanita. Tak hanya yang seumuran, beberapa mahasiswa yang belum genap 20 tahun pun ada yang terang-terangan menyatakan perasaannya padaku. Lalu apa yang membuatku begitu terpuruk saat ini?

Beginilah keadaan ku setiap harinya. Datang ke kantor, masuk, menguncinya, lalu diam dengan tatapan kosong, mencoba menenangkan diri yang tak pernah merasa tenang.

Bahkan aku beberapa kali konsultasi ke psikologi hingga bertandang ke rumah Kiayi, tak ada satupun dari mereka yang bisa membuatku keluar dari kegelisahan ini.

Sungguh aku lelah hidup seperti ini. Masa lalu itu dengan kejam menghukum ku. Aku si laki-laki bejat tujuh tahun lalu, aku si pembunuh masa depan dan seorang makhluk tanpa dosa yang Allah SWT ciptakan. Aku tahu inilah hukuman yang tengah aku jalani.

Ponselku berdering. Sebenarnya sejak tadi, tapi detik ini aku membaliknya, menatap nama yang tertera dilayar.

Masih orang yang sama.

Kesekian kalinya orang itu menelfon, aku mengangkatnya malas.

"Sayang bukain pintunya... Aku dari tadi loh ngetok-ngetok nggak dibukain. Ditelponin nggak di angkat..." Suara mendayu dan sedikit merajuk dari dalam ponselku membuatku bangkit dari kursi, melangkah ke arah pintu ruangan. Membukanya pelan.

Seorang perempuan tinggi semampai, langsing dengan kaki indah yang jenjang memelukku erat. Takut ada karyawan yang melihat, aku lekas menutup pintu dengan kakiku.

"Aku kangen..." Katanya masih memelukku.

Aku hanya diam. Seperti biasa aku tak pernah membalas pelukannya. Aku merasa aku sudah terlalu tua untuk melakukan hal-hal romantis dengan seseorang yang entah akan menjadi istriku atau tidak.

Atau mungkin aku tidak akan pernah bisa menikah karena rasa itu sudah menguap lama. Meninggalkan penyesalan tiada tara didalam hatiku.

Aku, si laki-laki brengsek yang menyakiti dua perempuan yang ku sayangi sekaligus.

Calon istri ku dan adikku sendiri.

- 7 tahun lalu -

Aku pikir setelah keluarga ku memutuskan mengusir gadis malang itu, hidupku akan kembali seperti dulu.

Namun nyatanya malam itu, awal sebuah masalah yang kutakutkan datang bergantian.

Dia, perempuan yang ku puja, perempuan yang tiga bulan lagi akan menjadi pendamping hidupku, perempuan yang akan menemaniku melanjutkan pendidikan di luar negeri, datang mengembalikan cincin yang sudah ku sematkan dijari manisnya sebulan yang lalu.

Aku kira dia bercanda, karena besok adalah tepat hari ulang tahunku. Nyatanya setelah itu, perempuan yang sudah menemani masa remaja hingga beranjak dewasa ku itu tak pernah kembali. Kenangan kami selama 6 tahun terakhir, sejak kelas dua SMA menghilang tanpa jejak seiring dirinya yang tak pernah bisa kutemukan.

Bersama Cahaya Bintang (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang