Rangga POV 🍁 Jangan lupa voment 🩸
Semenjak momen pagi itu, Anggun tak masuk magang lagi. Tanpa kabar, tanpa ijin, bahkan Clara pun tidak bisa menghubunginya. Aku jadi merasa bersalah karena terlalu nekat melangkah lebih jauh untuk tahu tentang kehidupannya sekarang. Dengan sisa magang yang tinggal seminggu, aku tidak ingin Anggun merasa terganggu dan semakin dendam padaku.
Sebenarnya aku tak berniat apa-apa, aku hanya ingin memastikan dia sudah bahagia. Itulah kenapa aku penasaran siapa suaminya. Namun fakta bahwa suami Anggun tidak ada bahkan anak-anaknya besar tanpa seorang ayah, aku sepertinya tak akan berhenti sampai disini. Anggap saja memastikan dirinya bahagia adalah caraku menebus kesalahanku dimasa lalu.
Tak hanya aku, Clara sejak kemarin-kemarin tampak uring-uringan sambil sesekali menelfon Anggun. Tapi perempuan itu samasekali tak bisa dihubungi. Aku juga mendapat telfon dari Pak Devan kalau Bintang juga tak masuk sekolah seminggu ini.
"Emm... Kamu kalau nggak ada yang dikerjain boleh pulang Cla... Kebetulan saya ada urusan diluar... Tapi kalau mau disini sampai jam pulang juga nggak papa..." Kataku pada Clara.
Tak seperti biasanya, Clara tampak biasa saja seraya mengangguk. Tak ada raut sumringah yang tercetak diwajahnya.
Sesaat sebelum Clara keluar, aku tahu anak itu memandangiku.
"Kenapa Cla? Ada yang mau disampaikan?" Tanyaku to the poin.
Clara terdiam, jelas ada yang ingin sekali ia katakan namun ditahan.
"Ngomong aja nggak papa..." Kataku lagi.
Clara tampak masih berpikir, aku jadi penasaran apa yang membuatnya tak berani mengatakan apa itu.
"Saya pamit pulang duluan Pak..." Kata Clara lalu tampak berjalan terburu-buru seperti orang ketakutan. Aku yakin ada hal penting yang anak itu simpan.
Belum kelar urusan itu di kepala, aku menatap aneh ponselku yang berdering. Tak langsung mengangkatnya, aku mencoba menebak masalah apa yang membuat pemilik perusahaan fashion dan majalah ini menghubungiku.
"Halo Pak..." Sapaku duluan.
"Jangan formal-formal dong sama calon mertua. Panggil aja ayah..." Kata Pak Sanusi yang menurutku terlalu mendadak untuk bersikap ramah.
Belum aku menyahut, laki-laki itu bersuara lagi.
"Gini Nak Rangga, malam ini kira-kira bisa enggak datang ke rumah sama Papanya? Ada hal penting yang mau saya obrolkan tentang kamu sama Michelle. Sekalian dinner yaa..."
"Oh iya, nanti saya hubungi papa." Sahutku.
"Ya sudah, ketemu nanti malam yaa?"
"Baik Pak." Jawabku lalu menunggunya memutuskan sambungan ponsel duluan.
Aku langsung menghubungi Papa untuk memberitahu undangan Pak Sanusi barusan.
Seperti biasa, canggung ku terlalu besar untuk ukuran anak laki-laki kepada ayahnya. Padahal kalau dipikir-pikir seharusnya kami menjadi lebih dekat disituasi seperti ini. Hanya laki-laki itu yang ku miliki.
Panggilan ku diangkat, papa mustahil bersuara duluan.
"Halo Paa..." Kataku terlalu kaku.
"Kenapa Ga?"
"Habis Isya aku jemput Papa yaa, Papa Michelle ngajak dinner dirumahnya sekalian ada yang mau di obrolkan..."
Papa belum menyahut, terdengar suara mematikan kompor. Aku jadi tahu Papa sekarang tengah berada di dapur. Lalu terdengar lagi laki-laki itu membuka kulkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama Cahaya Bintang (✔)
Romance🌻 FOLLOW SEBELUM BACA 🌻 Anggun masih ingat, bagaimana hari itu Rangga dan keluarga mengusir dirinya yang tengah berbadan dua. Di usianya yang baru lulus SMA, Anggun menghentikan mimpinya demi bayi yang dikandungnya. ••••• "Kak Angga aku hamil..." ...