BCB 21

4.1K 183 6
                                    

Mood ku mendadak baik ketika rekan guru Cahaya memberitahu bahwa ada perempuan paruh baya sesuai kriteria yang ku ajukan akan bertandang ke rumah. Tak hanya itu, hari ini adalah Minggu ketiga magang, itu artinya waktuku ditempat ini sisa seminggu lagi. Plus Clara hari ini mulai masuk, aku semakin bersemangat untuk menjalani hari-hari berikutnya dalam hidupku, meski momen menjengkelkan kemarin malam masih belum bisa ku lupakan. Bukan sok udzon, tapi aku merasa Michelle sengaja menjadikan ku obat nyamuk saat berada diantaranya dan Rangga.

"Ahhh kangen..." Sambut Clara saat aku bertemu dengannya di parkiran.

"Lama banget sakitnya..." Omelku lalu menggandengnya memasuki gedung perkantoran.

"Aman aja kan semingguan ini Kak?"

"Aman..."

"Hatinya?"

"Nggak usah ngaco..."

"Seminggu lohh berduaan sama Pak Rangga... Masa nggak ada apa gitu hatinya?" Tanya Clara yang membuatku mengernyitkan dahi. Sepertinya bocah disebelahku ini sudah terbius dengan ketampanan Rangga. Ohh seandainya dia tahu betapa kejam laki-laki itu.

"Apaan sihh Cla... Yahh enggaklah... Kayak nggak ada cowok lain aja..."

"Jarang loh Kak yang kayak Pak Rangga didunia ini... Ganteng, tinggi, baik, ramah, nggak pelit, nggak galak, pinter terus..."

"Terus aku harus naksir dia gitu? Menurut aku biasa aja sihhh, banyak kok modelan Pak Rangga diluar sana. Bahkan mungkin lebih baik kelakuannya..." Ocehku tak sadar mulai memancing Clara untuk berpikir yang tidak-tidak.

"Emang kelakuan Pak Rangga gimana Kak?"

"Yahh nggak gimana-gimana. Maksud aku... Jangan terlalu kagum sama orang yang kita nggak tahu keseharian dia gimana atau masa lalunya gimana? Jangan mudah tertipu sama penampilan... Wajarlah dia baik, dia kan pamong kita..."

Keluar dari lift menuju ruangan aku menempelkan jariku ke bibir untuk memberikan tanda pada Clara agar berhenti membahas Rangga.

Sampai di ruangan aku agak terkejut ketika mendapati seseorang tengah tiduran di sofa dengan wajah tertutup bantal.

"Siapa?" Bisik Clara.

Aku menggeleng meski dari bau parfum aku mengenali siapa laki-laki itu.

"Akhirnya datang juga..." Kata Samuel yang langsung bangun, nyengir ke arahku dan juga Clara.

"Welcome to office room anak magang hehehe..." Katanya lagi tak jelas seperti orang gila yang asal bicara.

Beberapa detik akhirnya laki-laki itu menyadari ketidakjelasannya karena tidak ada yang menyahut ocehannya diantara kami berdua, ditambah Clara yang garuk-garuk kepala, bingung ingin merespon seperti apa.

"Sorry nggak jelas... Aku lagi nunggu Rangga..." Katanya.

Aku diam saja sementara Clara menganggukkan kepala.

Tak lama Rangga datang. Hampir sama seperti ku, laki-laki itu terkejut melihat Samuel sudah duduk didalam.

"Kenapa? Kok kaget kayak liat tuyul?" Oceh Samuel. Karena laki-laki itu bicara lumayan keras, aku dan Clara bisa mendengarnya dengan jelas.

"Akhirnya ngaku juga kalo jelmaan tuyul. Dari dulu dateng nggak diundang pulang nggak dianter..." Sahut Rangga yang membuat Clara membekap mulutnya setelah menyenggol lenganku. Ia terkekeh, sementara aku merasa tak ada yang lucu, bahkan mungkin aku tak akan bisa tertawa meski Rangga berubah profesi jadi komedian.

Setelah keduanya mengobrol panjang lebar, Samuel akhirnya keluar ruangan.

"Selamat bergabung kembali Cla... Udah sehat kan?" Sapa Rangga.

Bersama Cahaya Bintang (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang