BCB 52

3.4K 129 7
                                    

Aku tidak tahu apakah peraturan di lapas tahanan yang ada di Indonesia semuanya sama. Diberi waktu 30 menit dan hanya tiga orang saja yang diperbolehkan masuk.

"Pelan-pelan yaa Bang..." Pesanku pada Bintang yang mendorong masuk kursi roda Papa menuju ruangan dimana mereka bisa menemui Rangga. Cahaya berjalan sempoyongan mengikuti dibelakang dengan tangan kiri kanan membawa beberapa kantong makanan. Aku sendiri dan Bu Diah yang juga ingin ikut menjenguk menunggu diruang tunggu depan karena memang tidak bisa lebih dari tiga orang.

Kurang lebih tiga menit, aku menatap layar ponselku bingung sambil celingak-celinguk menatap sekitar. Papa menelfon, ada apa?

"Tuuu Anggun sama Bu Diah diluar mau liat kondisi kamu jugaa..." Kata Papa.

Aku cukup terkejut dan langsung menutup sedikit wajahku karena wajah Rangga memenuhi layar ponsel.

"Mama!!!" Teriakan Cahaya yang tengah dipangku Rangga membuatku mencoba memasang telinga dengan benar, kalau-kalau suara bocah itu terdengar sampai keluar.

"Ihh Ayah kok sekarang ada ininya?" Oceh Cahaya lagi. Terlihat anak itu tengah memandangi janggut dan kumis tipis Rangga yang sekarang tampak menghiasi wajahnya. Pantas saja tadi aku agak terkejut melihatnya tampak berbeda, itu rupanya.

"Masih ganteng nggak?"

"Ayah tambah ganteng..." Sahut Cahaya tersenyum genit sambil mengusap-usap kumis Rangga.

"Ayah kayak bapak-bapak jadinya..." Lanjut Bintang yang membuatku sontak terkekeh mendengar penuturan anak itu. Rangga juga terlihat menahan tawa namun tetap meladeni anak-anaknya.

"Kan kalau udah jadi ayah berarti Bapak-Bapak Bang..."

"Tapi kayak bapak-bapak yang jual cilok..." Kata Bintang lagi.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar percakapan mereka.

Mereka makan bersama dan entah ponselnya di letakan dimana hingga aku bisa melihat mereka semua.

"Ayah kenapa nggak pindah kerja aja? Bantuin Mama dibutik?" Tanya Cahaya yang sejak tadi tak berhenti bicara. Anak itu juga sampai sekarang masih stay dipangkuan Rangga sambil disuapi.

"Kan dibutik udah banyak yang bantuin"

"Ayah kok nggak pulang ke rumah?"

"Kan ayah kerja"

"Habis kerja pulang kemana?"

"Nggak pulang, nginep disini..."

"Tidur disini?"

"Iyaa..."

"Adek kalau gitu mau nginep..."

"Abang juga Yahh!" Tambah Bintang yang rupanya tak paham juga. Aku pikir sejak tadi anak itu diam karena paham ayahnya dipenjara.

"Anak kecil nggak boleh nginep disini." Jawab Papa menyahuti.

"Kenapa nggak boleh Kek?"

"Karena disini tempatnya orang jahat..."

"Berarti ayah jahat?" Ceplos Cahaya yang membuatku menelan liur.

"Ayah jagain orang jahat Dek... Biar nggak kabur. Iyakan Yahh?" Ucap Bintang.

Cahaya tak lagi bicara karena sibuk mengunyah dan menunjuk makanan apa saja yang setelah ini harus di siapkan Rangga masuk ke dalam mulutnya.

Selesai makan aku menatap jam tangan. Tersisa waktu sekitar 10 menit lagi. Antrian besuk cukup panjang hari ini.

"Pak Devan gimana Bang?" Tanya Rangga. Meski tak keras, aku bisa mendengarnya dengan jelas.

"Ada Yahh..."

Bersama Cahaya Bintang (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang