BCB 44

2.7K 124 9
                                    

Anggun POV 🍁

"Iya itu memang benar saya Pak..." Ucapku pada Pak Brata, ketua dekan fakultasku.

Beberapa dosen tampak menatapku tak percaya. Sama dengan diriku yang tak percaya akhirnya ada di momen seperti ini.

"Jadi kamu masuk kuliah itu pakai data palsu?" Tanya dekan yang lain, yang ternyata ikut hadir juga.

"Asli Bu..."

"Kok bisa? Disini keterangannya kamu belum menikah, tapi fakta kamu punya anak dua itu ternyata benar. Bisa kamu jelaskan kenapa bisa seperti itu saudari Anggun?"

Aku menggenggam jemariku erat dibawah meja. Malu rasanya menceritakan apa yang ku anggap aib diriku yang berusaha ku sembunyikan kepada orang lain seperti ini.

"Ayo jawab! Kamu tahu, gara-gara berita yang muncul, universitas khususnya fakultas kita kena teguran dari Mentri pendidikan. Apalagi dua bulan lagi akan ada kunjungan untuk penilaian akreditasi. Saya mau kamu segera bertanggung jawab dan membersihkan kembali nama fakultas kita..." Tegur salah satu dosen yang tidak ku ketahui namanya.

"Sabar Pak..." Tegur Pak Rektorat yang sejak tadi diam. "Jadi begini, kami bukannya mau mengorek-ngorek sesuatu atau masa lalu kamu Nak. Tapi penjelasan kamu terkait berita ini sangat penting. Mengingat mungkin ini untuk pertama kalinya kampus kita menjadi berita miring diluaran sana. Apalagi tahun depan kan kampus kita menjadi satu-satunya kampus swasta yang ikut studi banding dengan kampus-kampus di Malaysia." Kata Pak Rektorat menengahi.

Aku terdiam, mengumpulkan keberanian mengungkapkan semuanya. Semua hal yang ku anggap memalukan.

"Saya hamil diluar nikah pada tahun 2016. Semua itu perbuatan kakak angkat saya, karena kebetulan saya diadopsi orang tuanya sejak kecil. Dia meminta saya menggugurkan kandungan, tapi saya nekat mempertahankannya." Mulaiku, menunduk dalam menahan rasa malu yang entah sudah dimana letaknya.

"Saya memutuskan mengakui hal itu kepada orang tua angkat saya, namun kakak angkat saya malah menggiring opini lain yang pada akhirnya saya difitnah sengaja menjebak atau menyerahkan diri secara sukarela kepadanya. Hingga pada akhirnya saya diusir dari rumah dalam keadaan hamil." Lanjutku.

"Saya akhirnya melahirkan mereka, bayi kembar yang saya kandung. Karena saya yakin dengan keahlian saya dibidang design dan menjahit, saya mencoba membuka usaha kecil-kecilan dirumah kontrakan agar bisa sambil merawat kedua buah hati saya. Kepercayaan diri saya ternyata berpengaruh terhadap apa yang saya hasilkan. Perlahan langganan mulai banyak dan ramai, saya memutuskan menyewa sebuah ruko khusus untuk menjual pakaian. Saya juga mempekerjakan satu orang untuk membantu saya menjahit pakaian."

"Alhamdulillah usaha saya semakin banyak peminat, saya memutuskan menjadikan ruko yang awalnya biasa menjadi butik. Saat anak-anak berumur sekitar empat tahun, saya memutuskan kembali mengejar gelar yang dulu saya impikan. Saya ingin memperluas dan mendalami bidang yang saya kuasai lebih jauh lagi. Saya mengorbankan waktu yang seharusnya saya habiskan bersama anak-anak untuk belajar di kampus ini. Sekarang izinkan saya yang bertanya pada kalian yang terhormat diruangan ini, dimana letak salah saya?" Kataku mengakhiri kalimat panjang tadi dengan pertanyaan.

Semua orang diruangan hanya diam, ada yang berpikir dalam, ada juga yang menghela nafas setelah mendengar ceritaku.

"Apa perempuan dengan masa lalu seperti itu dilarang kuliah dan mewujudkan impiannya? Jika bisa memilih, saya juga nggak mau hamil diluar nikah. Atau mungkin kalau saya jahat dengan alasan peduli pada masa depan, saya sudah membunuh anak-anak tak berdosa itu sejak dulu." Tambahku menatap Dosen perempuan yang tadi tampak menatapku tak suka.

"Saya juga tidak pernah berpikiran menipu pihak kampus atau menipu orang-orang disekeliling saya. Menurut saya, masa lalu saya itu cukup memalukan sehingga saya tidak perlu menceritakannya kepada siapapun."

Bersama Cahaya Bintang (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang