Hanin Syahira, perempuan yang kini berusia 21 tahun itu kini sedang mengandung 8 bulan. Perempuan berjilbab navy itu sedang membersihkan area rumahnya. Karena di kediaman Hanin, hanya ada 3 orang ART saja. Berhubung keduanya sibuk, Hanin memilih untuk membantu bersih-bersih.
Padahal sang suami sudah melarang Hanin untuk melakukan hal-hal berat, takut berpengaruh pada bayinya. Hanin tahu, tapi ia hanya ingin melakukan kegiatan kecil saja agar dirinya tidak bosan.
Di usia kandungannya yang menginjak 8 bulan, suaminya bertambah posesif. Bahkan yang tadinya sibuk bekerja, kini jadi sering pulang awal untuk menemani sang istri.
Malam ini ada acara makan-makan keluarganya. Berarti akan ada banyak pihak keluarga keduanya yang akan datang. Hanin tidak mau rumahnya kotor saat kedatangan tamu istimewa.
Baru beberapa menit menyapu lantai, ia sudah merasa cape saja. Mungkin ini efek wanita hamil jadi gampang lelah.
Ketika sebuah mobil terparkir di garasi rumahnya, Hanin tersenyum senang ketika melihat sang suami turuh dengan stelan jas kerjanya.
Riandi mengulas senyum saat melihat Hanin yang sedang di depan rumah.
"Assalamualaikum sayang, Mas pulang."
"Waalaikumsalam, syukurlah kamu pulang tepat waktu, Mas."
Hanin meraih tangan Riandi untuk ia salami dan di cium dengan takzim. Hanin memejamkan mata saat merasakan kecupan mendarat di kening Hanin.
Riandi berjongkok, mensejajarkan wajahnya dengan perut buncit istrinya. Telapak tangannya mengusap lembut perut itu dan membenamkan ciuman hangat.
"Hai baby, Papa udah pulang nih. Kamu kangen Papa nggak?" seolah tahu jika Riandi yang menyapa.
Tiba-tiba perut Hanin bergerak, bayi di dalam kandungannya mendendang-nendang. Sontak Hanin dan Riandi tertawa pelan.
"Baby kangen Papa," sahut Hanin dengan suara meniru anak kecil.
Riandi mengulas senyum, ia menarik Hanin ke dalam pelukannya. Karena Hanin sedang hamil, aktivitas pelukannya selalu saja ada yang menghalangi. "Baby-nya atau Mamanya yang kangen Papa?"
"Dua-duanya, Mas."
Wanita berjilbab Navi itu tersipu malu. Hanin selalu saja menggunakan Baby untuk mengungkapkan apa yang ia segan untuk mengungkapkannya, jadi Riandi tidak mudah terpedaya.
Melihat sapu di tangan Hanin, lantas Riandi menarik hidung mancung istrinya itu. "Mas bilang apa ke kamu? Jangan ngerjain aktivitas berat-berat, kasihan Baby-nya."
"Habisnya aku bosen Mas diem mulu. Dari pagi nggak ada aktivitas." Hanin mengerucutkan bibirnya ke depan. Biasanya ia selalu mengerjakan pekerjaan rumah, tapi semenjak hamil ia tidak di perbolehkan.
"Kamu bosen?" Riandi bertanya dan Hanin mengangguk sebagai jawaban.
Di saat orang lain sibuk dengan kegiataannya, Hanin justru bingung ingin melakukan apa.
"Kalau bosen ikut ke kamar, udah lama Mas gak nyapa si Baby." Lontaran kata frontal dari mulut suaminya itu membuat wajah Hanin jadi merah malu.
Hanin itu panikan, padahal Dokter bilang tidak apa-apa jika berhubungan. Karena tidak mau memaksa Hanin, Riandi pun rela berpuasa sampai Hanin mau memberikan hak batinnya lagi.
Berhubung langit masih sore, Riandi langsung menarik tangan Hanin dengan pelan. Di tarik oleh tangan kokok suaminya, Hanin hanya bisa menghela nafas pasrah saja dan mengikuti kemana sang suami akan membawa.
Hingga pada akhirnya, Riandi membawa Hanin ke dalam kamar mereka. Tempat dimana mereka sering menghabiskan waktu di sini, hingga tumbuh benih di dalam rahimnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)
RomanceHanin harus menerima kenyataan pahit saat kehilangan anak yang di kandungnya, akibat kecelakaan itu Hanin di nyatakan tidak bisa memiliki keturunan lagi. Sebulan setelah insiden itu terjadi, Riandi datang bersama seorang wanita di hadapan keluarga d...