27. Saling Mengancam

792 24 3
                                    

Riandi berjongkok di hadapan Hanin yang enggan untuk menatapnya. Pikiran Riandi jadi kalang kabut kala Hanin berpikir demikian.

Agar tidak menjadi kesalahpahaman, Riandi ingin menjelaskan kepada sang istri agar tidak mengira seperti itu.

Hanin menarik tangan saat Riandi akan menggenggam tangannya. Menghela napas, Riandi menatap Hanin dengan tangisan mereda.

"Mas emang cinta sama Nadine, tapi itu dulu sayang, sebelum Mas kenal kamu. Mas nikahin dia karena desakan Oma Tita, bukan karena Mas masih cinta dia. Cuma kamu yang Mas cinta. Semenjak menikah, kamulah cinta Mas," papar Riandi, suaranya terdengar parau kala di dengar Hanin.

Sejujurnya Hanin percaya pada Riandi. Dari semenjak menikah sampai sekarang, Riandi selalu saja menunjukan rasa cintanya setiap hari. Bahkan di saat punya dua istri pun, Hanin merasa jika dirinya istri satu-satunya.

Masa lalu memanglah masa lampau, tidak seharusnya harus di ungkit, karena itu hanyalah waktu yang sudah berlalu. Tapi tetap saja, yang namanya cemburu tidak bisa di sembunyikan oleh Hanin.

Apalagi tadi Hanin melihat foto kebersamaan mereka tampak mesra. Zaman SMA memang masa indah, seperti apa yang di katakan orang. Mungkin hal itu juga berlaku pada Riandi dan Nadine, dimana pada masa itu kedua insan beda jenis itu sedang kasmaran.

Sebelum menikah, banyak yang Hanin tidak tahu dari Riandi, karena keduanya menikah atas dasar perjodohan. Jadi belum ada waktu mengenal, makanya dia tidak tahu jika selama ini Riandi dan Nadine pernah menjalin hubungan di masa lalu.

Hanin tersenyum getir. Susah payah dia menatap wajah sendu Riandi yang masih menatapnya. "Cinta? Apa arti cinta itu jika kamu memilih untuk mendua? Kamu pikir aku percaya cintamu?" selorohnya.

Jika memang cinta, mana mungkin Riandi menduakannya. Apalagi saat itu Riandi memutuskan poligami diam-diam dan tidak berbicara ini dengannya. Walau Hanin menerima, tidak ada wanita yang benar-benar kuat di hadapkan dengan poligami. Hanin sadar, bahwa ia bukanlah Aisyah Radiyallahu anha yang sabar di poligami.

Padahal Riandi sudah mengatakan baik-baik padanya dan saat itu Hanin juga menyetujuinya. Namun entahlah, rasanya Hanin sedang mengalami pengkhianatan oleh suaminya. Tidak terpikir dalam benak jika Riandi memutuskan untuk menikah lagi, karena dirinya tidak mempunyai anak.

Padahal masih ada cara lain bagi Hanin agar bisa memiliki keturunan, seperti program kehamilan misalnya. Jika iti sudah keputusan Riandi, Hanin bisa apa selain menerima dengan lapang dada, meski ini tidak segampang yang di pikirkan.

Apalagi mempunyai madu yang gampang cemburuan, sampai-sampai Hanin di kira menjadi penyebab, padahal dirinya adalah korban.

"Dengar Hanin...Mas memang memiliki istri lain selain kamu. Tapi satu hal yang perlu kamu, hanya kamu yang Mas cinta, bukan Nadine maupun perempuan lain. Mas terpaksa lakuin ini atas desakan Oma Tita, demi menyelamatkan pernikahan kita, agar Oma Tita tidak mendesakmu memiliki anak," ujar Riandi.

"Dan membiarkan aku jadi bahan gunjingan karena aku tidak memiliki keturunan? Mas...aku juga gak mau di posisi seperti ini, aku juga mau menjadi wanita pada umumnya yang bisa memiliki anak. Tapi...apalah dayaku Mas? Aku harus menerima kenyataan jika diriku tidak bisa lagi memiliki keturunan," isak Hanin. Bagaikan di tusuk belati yang tajam hatinya saat kini. Ia tidak bisa melanjutkan perkataannya dan kembali terisak.

Riandi tidak tahan lagi untuk memeluk Hanin, ia menarik tubuh Hanin ke dalam pelukannya. Detik itu juga tangisan Hanin membuncah di dalam pelukan Riandi. Empat tahun ini, Riandi belum pernah mendengar Hanin menangis histeris seperti ini.

"Mas cinta kamu, selamanya cinta kamu," bisik Riandi. Hanin bergeming, lalu kembali menangis.

Usapan lembut di punggungnya membuat Hanin merasa nyaman, hatinya agak tenangan saat Riandi menenangkannya dengan pelukan dan usapan lembut. Hanin membalas pelukan Riandi, memeluk leher dan membenamkan kepalanya di leher Riandi.

Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang