Sejak kepergian Riandi dan Nadine pergi jogging, Hanin berdiam diri di balkon kamarnya. Yang di lakukan olehnya adalah diam dan melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan, rasanya isi kepalanya ingin pecah karena menyimpan banyak tanya dalam benak.
Hanin menggigit kuku. Saat subuh tadi ia tidak sengaja melihat kebersamaan Nadine dan Riandi. Meski samar-samar terdengar, Nadine mengatakan jika madunya itu sangat mencintai Riandi.
Logikanya, tidak mungkin 'kan kita menyukai seseorang teramat dalam dalam waktu singkat? Semuanya pun butuh waktu. Apalagi jika Nadine dan Riandi baru menikah beberapa waktu lalu.
Dan juga Nadine pun baru pindah ke rumah di depannya, selama tinggal di sini, Nadine tidak pernah bertemu Riandi. Setahu Hanin, saat Riandi menyuruh Nadine ke rumah, itu pertemuan pertama mereka.
Tapi jika di perhatikan, sepertinya dua orang itu sudah kenal lama. Hanin memijat pelipisnya karena merasa pusing. Di sisi lain, ia pun heran dengan perubahan sikap Nadine yang ramah padanya. Lebih mengejutkan lagi, Nadine memilih memakai kerudung pagi ini.
Tidak heran sih, justru itu bagus, karena Nadine mulai berubah.
"Apa mereka mantan ya? Apa mereka dua orang yang belum selesai dengan masa lalu? Kalau pun iya, tentu saja aku nggak mau diam saja. Aku nggak mau jadi penghalang di antara dua orang yang masih menyimpan rasa."
Hanin memejamkan mata. Hal yang paling Hanin takutkan itu Riandi mencintai perempuan lain, meski Riandi kerap menunjukan cintanya pada Hanin.
Tidak mau berpikir panjang, Hanin memutuskan untuk segera turun ke lantai bawah. Sepertinya sebentar lagi Riandi akan pulang. Hanin juga sangat penasaran, apakah suami dan madunya itu bersenang-senang pagi ini? Hmm, entahlah.
Dengan perasaan berkecamuk, Hanin membawa langkahnya ke arah tangga. Ketika melewati kamar Nadine, Hanin menghentikan langkah karena pintu kamar Nadine terbuka.
Apa Nadine selalu lupa mengunci pintu? Beberapa kali Hanin melihat jika pintu kamar madunya itu terbuka.
Hanin melirik kanan dan ke kiri. Rasanya ia ingin masuk ke dalam. Karena penasaran, siapa tahu ia menemukan sesuatu yang bisa menjawab rasa penasarannya. Meski menyelinap ke kamar orang itu tidak baik, di sisi lain Hanin sangat penasaran.
Dengan ragu Hanin langsung membuka pintu. Netra matanya menelisik setiap sudut ruangan. Hanin meremas knop pintu ketika melihat foto pernikahan Riandi dan Nadine dalam ukuran besar. Mereka sangat bahagia di sana.
Cocok, itu pendapat Hanin ketika melihat foto Riandi dan madunya. Nadine cantik dan Riandi tampan, keduanya terlihat serasa. Jika di bandingkan dengannya, Hanin seperti adik Riandi karena ia bertubuh mungil.
"Astagfirullahaladzim nggak boleh minder. Harus bersyukur," guman Hanin pada dirinya sendiri.
Menenangkan hati sejenak, Hanin memasuki kamar dan berjalan ke arah nakas. Siapa tahu ada sesuatu di sana. Ia tidak niat mencuri atau apa pun, hanya mencari sesuatu saja, mumpung madunya belum pulang.
Wanita berjilbab maroon itu berjongkok, tangannyanya membuka nakas satu persatu. Hasilnya nihil, ia tidak menemukan apa pun di sana. Mungkin barang Nadine tersimpan di rumahnya sendiri.
Merasa sia-sia mencari, Hanin memutuskan untuk pergi dari kamar ini, di takutkan ketahuan oleh madunya.
Saat berbalik badan, tiba-tiba saja ada sebuah foto jatuh. Hanin menoleh, ia berjongkok untuk memungutnya.
Mata Hanin melebar saat melihat foto dua orang berbeda jenis kelamin itu memakai seragam SMA. Mereka Riandi dan Nadine, dalam foto itu, Riandi memeluk bahu Nadine dan mencium pipinya. Hanin membekap mulut saking kagetnya dengan apa yang dia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)
RomanceHanin harus menerima kenyataan pahit saat kehilangan anak yang di kandungnya, akibat kecelakaan itu Hanin di nyatakan tidak bisa memiliki keturunan lagi. Sebulan setelah insiden itu terjadi, Riandi datang bersama seorang wanita di hadapan keluarga d...