40. Mengajukan Gugatan Cerai

3.7K 78 2
                                    

Kedatangan Oma Tita ke sini membuat Hanin dan Riandi terheran-heran. Dari mana Oma Tita tahu jika keduanya ada di sini? Ah, mungkin Rayyan atau Mama Tari yang memberitahu.

Riandi melangkah, mendekati sang Oma. Wanita itu sontak berdiri dari duduknya saat melihat Riandi melangkah dengan gontai, di bantu oleh Ayah Zaffar.

"Apa yang terjadi denganmu, Riandi?!" Oma Tita bertanya, sembari menghampiri Riandi dan memegang lengan cucunya.

Sudah malas rasanya bertemu dengan wanita di hadapannya ini, tapi bagaimana pun juga Oma Tita masih neneknya. "Tidak apa. Ada apa Oma ke sini?"

"Duduk dulu," titah Ayah Zaffar dan di angguki Riandi.

Keempat orang beda usia itu duduk di ruangan keluarga. Di tempat duduknya, Hanin merasa tidak nyaman. Ingin pergi ke kamar, rasanya tidak sopan, karena Oma Tita tamu yang berkunjung.

Setiap kali berhadapan dengan Oma Tita, memori waktu lalu selalu terngiang-ngiang di dalam benaknya.

"Apa yang terjadi dengan Riandi, Nak Zaffar?" karena belum puas dengan jawaban Riandi, Oma Tita kembali bertanya pada besannya.

"Riandi di temukan pingsan di depan rumah, kami sudah memeriksanya kemarin. Dokter bilang, Riandi hanya kecapean dan stres saja," jawab Ayah Zaffar seadanya.

Oma Tita menatap khawatir pada cucu kesayangannya. "Kenapa bisa seperti ini, Riandi?"

"Oma, aku tidak apa."

Menghela napas pasrah, pandangan Oma Tita menatap ke arah wanita berjilbab maroon. Seketika perasaan bersalah menghantam dirinya. Apalagi melihat Hanin yang enggan untuk menatapnya, menantunya itu hanya diam dan menunduk.

Tidak apalah, ia mengerti alasan Hanin begitu. Kedatangannya yang tiba-tiba mungkin membuat mereka kaget, mungkin juga Hanin masih belum siap untuk bertemu dengannya.

"Hanin, bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Oma Tita kepada Hanin.

Hanin hanya bisa diam, nada bicara Oma Tita lebih lembut dari biasanya. Biasanya wanita paruh baya itu selalu bicara dengan nada tinggi.

Soal perlakuan mereka, Hanin tidak bisa melupakan kejadian menyakitkan dalam hidupnya.

Demi Tuhan ... Hanin sangat sakit hati oleh mereka.

"B-baik," Hanin meremas jilbabnya, tangannya gemetar menahan tangis.

Jika saja boleh buat, ia ingin sekali wanita paruh baya itu pergi dari sini. Kehadirannya hanya mampu mengungkit luka yang ia rasakan.

"Kedatangan Oma ke sini karena sesuatu hal, maaf jika kedatangan Oma mendadak. Hanin ... maafkan atas segala kesalahan-kesalahan Oma padamu, Nak. Maafkan atas keegoisan Oma dan sikap Oma padamu. Apakah ada maaf bagi wanita jahat seperti Oma ini?" lirih Oma Tita.

Terlambat, semua penjelasan yang mereka berikan tidak akan mengubah keputusan Hanin. So, untuk apa mereka bersikap seperti itu? Kemarin-kemarin kemana saja mereka ini.

Dengan perasaan campur aduk, Hanin menahan air matanya agar tidak keluar. Akan terlalu lemah jika menangis di hadapan semua orang.

"Aku sudah memaafkan Oma," balas Hanin.

Hati Oma Tita lega mendengarnya. Ia sangat menyesal, karena baru menyadari jika menantunya itu sangat baik hati.

"Terimakasih sudah memaafkan Oma. Kamu mau 'kan kembali ke Jakarta dan kumpul bersama kami lagi?"

Ayah Zaffar menatap Hanin yang tengah menatapnya juga, seolah meminta pendapat.

"Maaf, tidak bisa. Siang ini aku akan datang ke pengadilan, untuk mengajukan gugatan cerai kami. Riandi pun sudah sepakat jika kami bercerai saja," ujar Hanin.

Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang