Begitu terbangun dari tidurnya, Hanin langsung terperanjat dan langsung duduk. Ia kaget karena kesiangan. Selesai sholat subuh tadi, keduanya melanjutkan ritual kisah cinta hingga tertidur hingga kesiangan seperti ini.
"Allahu akbar!" pekik Hanin.
Merasakan pergerakan di sampingnya, Riandi yang masih tidur pun langsung mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia menghela napas sambil mengeratkan tangannya yang melingkar di perut sang istri.
"Ada apa? Kenapa pagi-pagi malah berteriak?" tanya Riandi, ia menggeliat sambil merebahkan dirinya di paha Hanin sebagai bantalan.
Jika Hanin panik karena kesiangan, namun berbeda dengan Riandi yang tampak biasa-biasa saja. Padahal ini bukan hari libur, tentu saja Riandi seharusnya bekerja.
"Hanin kebablasan tidur, Mas. Cepetan bangun. Udah kesiangan, kamu harus berangkat kerja," Hanin berteriak heboh. Riandi meringis sambil menutup telinganya kala mendengar suara melengking istri pertamanya.
"Santai, heboh banget. Jangan teriak sayang. Nanti orang-orang ngira kita lagi..." Riandi menjeda ucapannya dan tersenyum smirk ke arah Hanin. Hanin paham, wajahnya langsung memerah malu.
Hanin mesem-mesem dan mencubit perutnya. "Mesum!"
Riandi tertawa, senang sekali rasanya menggoda sang istri di pagi hari. Apalagi sikap cerewet dan manjanya Hanin yang selama ini sangat Riandi rindukan, rasanya hari ini Riandi teramat senang.
Tangan kekar Riandi menarik selimut yang menutupi tubuh polos Hanin, tapi dengan cepat Hanin menahan sekuat tenaga. Takut pergulatan panas mereka terulang lagi, Hanin tidak sanggup melayani, badannya masih lemas karena tenaganya sudah terkuras.
"Mas ih, diem deh, modus banget narik-narik segala!" cibir Hanin.
Riandi kembali tertawa. Ya ampun...Hanin sangat menggemaskan sekali jika malu-malu begini.
"Tapi kamu suka, 'kan?" Riandi menggoda Hanin dan mendusel-duselnya kepalanya di perut Hanin.
Bukannya menjawab, Hanin justru tersipu. Selama 4 hari ini Hanin sangat menunggu dan mendambakan sentuhan sang suami. Begitu hari itu tiba, tentu saja Hanin juga merasakan senang.
"Lucu banget sih istriku. Jadi pengen lagi."
"Heh! Udah ah, ayo bangun."
"Ada yang bangun, tapi bukan raga," kekeh Riandi, detik itu juga Hanin melayangkan bantal ke wajah mesum Riandi.
"HUAAAAA!!! MAS RIAN MESUM!! TOLONGGG!!"
Karena takut di serang kembali, Hanin buru-buru turun dari ranjang dan lari ke arah kamar mandi.
Riandi di buat tercengang melihat Hanin lari tanpa membawa selimut. Astagfirullah, pemandangan tadi sangat meningkatkan hormon libidonya.
Tapi ia menahannya, tak tega melihat sang istri kewalahan. Mungkin ia akan melakukannya nanti, toh mulai 4 hari ke depan ia bermalam dengan Hanin. Masih banyak waktu untuk bersenang-senang.
Saking asiknya tertawa, Riandi tersentak saat mengingat Nadine. Ya Allah, saking menikmati momen bersama Hanin, ia lupa dengan Nadine.
"Maafkan aku, aku lupa memberitahumu."
Yang di maksud Riandi adalah hari ini dirinya tidak masuk kerja, dia hanya memberitahu Rayyan saja untuk menggantikannya di kantor. Tapi ia juga menyuruh Rayyan agar mengantarkan Nadine dengan selamat.
Ia meraih benda pipih di nakas, untuk mengirimkan pesan pada Rayyan dan juga Nadine.
Riandi: Bagaimana? Kamu mengantarkan istriku dengan selamat, 'kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)
RomanceHanin harus menerima kenyataan pahit saat kehilangan anak yang di kandungnya, akibat kecelakaan itu Hanin di nyatakan tidak bisa memiliki keturunan lagi. Sebulan setelah insiden itu terjadi, Riandi datang bersama seorang wanita di hadapan keluarga d...