Karena dokter menunggu jawaban dari Riandi, Riandi akhirnya mengangguk setuju. Demi kesehatan Hanin, ia akan melakukan yang terbaik untuk istrinya.
Setelah mendapatkan persetujuan dari suami pasien, dokter dan suster izin pamit keluar untuk menyiapkan operasi.
Riandi menatap sendu punggung Hanin yang bergetar, sedari tadi Hanin enggan untuk menatapnya. Apa Hanin sudah tahu kebenarannya?
Kebenaran yang selama ini selalu berusaha Riandi tutup-tutupi.
Saat Riandi akan mendekat, Rayyan mendorong kasar tubuh Riandi hingga pria itu tersungkur ke lantai.
Diamnya Riandi membuat Rayyan paham, jika memang Riandi yang memasang IUD di rahim Hanin.
Hanin terkejut saat melihat Riandi dan Rayyan bertengkar. Ia ingin melerai, tapi apalah daya, tubuhnya sangat lemas untuk bergerak.
Bugh!
Rayyan melayangkan bogeman keras di rahang Riandi, hingga sudut bibir Riandi berdarah.
"Bajingann lo! Kenapa lo bisa melakukan hal ini, Kak? Kenapa?!" sentak Rayyan.
Merasa kecewa dengan Riandi, padahal ia sempat menyangkal jika tidak mungkin sang kakak yang melakukannya. Tapi ia sadar, jika orang yang di percaya juga tidak di prediksi tidak akan mengecewakan.
Seperti Riandi sekarang, tindakannya membuat Rayyan dan Hanin sangat kecewa. Entah bagaimana reaksi keluarga mereka saat mengetahui hal ini, sudah di pastikan mereka akan bertindak demikian—seperti yang Rayyan lakukan.
Selama Rayyan memukul, Riandi hanya diam saja dan tidak melawan. Mungkin ini balasan atas tindakannya, bahkan jika di pikir, ini bukan balasan yang setimpal.
"Gue udah percaya ke lo. Lo kaka gue, lo panutan gue sejak kecil. Kenapa lo jadi gini sekarang hah?! Jawab Kak!!"
"Kak Ray...udah Kak udah...jangan membuat keributan..." lirih Hanin. Rayyan yang sudah tersulut emosi tidak langsung melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju sang kakak.
"Diem Hanin! Bajingan ini memang harus di kasih pelajaran! Gara-gara tindakannya yang gegabah, kamu yang kena imbas. Kamu yang menjadi bahan cacian Oma Tita!"
"Aku mohon Kak, tenanglah..."
Tapi, mengingat ini rumah sakit. Rayyan melepaskan dengan perlahan. Tatapan matanya tampak tak bersahabat saat berhadapan dengan Riandi.
Dengan sekuat tenaga, Riandi bangkit dengan tubuh limbung. Langkahnya berjalan untuk mendekati Hanin.
Saat netranya bertemu dengan netra Hanin. Hati Riandi mencelos. Sebab, tidak ada cinta yang bisa ia lihat di matanya istrinya, hanya kecewa dan kemarahan yang ada di mata Hanin.
"Jadi benar, kamu yang memasangkan IUD di rahimku?" Hanin yang tadinya berbaring, kini berusaha untuk duduk.
Ia meringis kesakitan, karena perutnya terasa nyeri. Riandi yang akan membantu pun urung, lantaran tangannya di tepis kasar oleh Hanin.
"Dari diammu aku bisa menyimpulkan, jika memang kamu yang memasangnya," tanyanya lagi.
Kepala Riandi menunduk, perasaan bersalah kini mulai menggerogiti hatinya. Kendati demikian, Riandi mengangguk, membuat Hanin terkekeh sinis.
"M-maaf...m-maafkan Mas, Hanin..." lirih Riandi, tidak berani menatap wajah Hanin yang enggan untuk melihat kehadirannya.
Jika terus menyangkal sudah tidak ada gunanya lagi. Apalagi sudah ketahuan seperti ini, sudah sepatutnya jujur saja, bukan?
"Kenapa kamu melakukan ini Riandi?! Kenapa kamu tega padaku?!" bentak Hanin dengan emosi yang meluap-luap.
"Maaf...maaf...aku cinta kamu Hanin, aku sangat cinta kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)
RomanceHanin harus menerima kenyataan pahit saat kehilangan anak yang di kandungnya, akibat kecelakaan itu Hanin di nyatakan tidak bisa memiliki keturunan lagi. Sebulan setelah insiden itu terjadi, Riandi datang bersama seorang wanita di hadapan keluarga d...