35. Memberikan Ruang

1.3K 48 4
                                    

Dengan kepala tertunduk dan bibir mengatup rapat Riandi jadi diam, tentu saja ia sangat merasa jika dirinya memang bersalah.

Apalagi Hanin sampai terang-terangan mengatakan ketidaksukaannya itu di depan mata. Sudah lama sekali Hanin ingin membicarakan ini pada Riandi, tapi kalimatnya hanya bisa tertahan di tenggorkan.

Tempo lalu, ia tidak bisa membicarakan apa yang ingin ia sampaikan. Terlalu egois jika Hanin berkata seperti itu, bahwa ia tidak suka jika berbagi hal sama dengan wanita lain. Apalagi Riandi adalah suami dengan dua istri, akan sangat tidak adil untuk sang madu jika ia bicara hal ini pada suaminya.

Meski cinta Riandi hanya untuk Hanin dan bahkan Hanin di perlakukan lebih istimewah oleh suaminya, ia tidak mau semena-mena, takutnya dzalim tanpa di sadari. Risiko punya dua istri, harus membagi dengan seadil-adilnya.

Itu dulu, sebelum Hanin tidak tahu tentang apa yang Riandi dan Nadine lakukan. Ia tidak menyangka jika Nadine akan berbuat seperti ini padanya. Hanya karena Nadine mencintai Riandi, sang madu rela melakukan berbagai cara.

Ia benar-benar marah dan kecewa dengan perbuatan mereka berdua. Ternyata wanita yang terlihat baik seperti Nadine saja rela melakukan hal nekat, hanya karena terobsesi dengan pria.

Naudzubillah, membayangkan Nadine membuat Hanin jadi semakin sakit hati.

Untungnya Riandi menceraikan Nadine, dengan begitu, Nadine tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak nantinya. Dan ia juga tidak perlu sungkan lagi mengatakan apa yang ia rasakan. Termasuk, ia tidak suka dan tidak rela berbagi dengan wanita lain.

"Mas terpaksa saat itu," cicit Riandi, terdengar lirih di indera pendengaran Hanin.

Hanin tersenyum kecut. Terpaksa atau sukarela, toh tidak ada bedanya, intinya Riandi sudah menyentuh wanita lain 'kan.

"Intinya kamu sudah menyentuh wanita lain selain aku dan aku tidak sudi di sentuh olehmu. Ada apa denganmu Riandi? Biasanya kamu selalu bersikap bijak dalam mengambil keputusan, kenapa dalam hal ini kamu terlihat seperti seorang pengecut. Kamu bahkan di tipu oleh Nadine dengan dalih untuk membantuku, padahal hal itu justru yang membahayakanku. Kamu terlalu gegabah, tidak memikirkan apa konsekuensinya," papar Hanin.

Tangan Riandi berusaha menggenggam tangan Hanin, tapi Hanin menarik tangannya. Melihat wajah Riandi, membuat hati Hanin semakin sakit, bagaikan ada belati tajam menusuk hatinya.

"Mas tahu, Mas salah dan Mas benar-benar menyesal. Tolong berikan Mas kesempatan untuk memperbaiki kesalahan Mas."

"Dengan cara apa kamu memperbaikinya? Ribuan cara pun tidak akan bisa mengobati luka di hatiku ini, Riandi. Aku selalu percaya padamu, kenapa masalah sebesar ini kamu tidak memberitahuku? Jangankan memberitahu, meminta izinku saja tidak. Bahkan kamu sudah merusak kepercayaanku, Riandi," Hanin menarik napas dalam-dalam, menetralkan emosinya

"Dari awal, sebelum menikah dan saat kamu beserta keluargamu datang untuk melamarku. Saat itu kita di beri kesempatan untuk menyampaikan keinginan masing-masing. Kamu tidak ingat? Aku pernah bilang jika aku tidak mau di poligami dan kamu menyetujui hal itu. Tapi kenapa? Kenapa kamu mengingkarinya dan malah merusak kepercayaanku?" dengan suara bergetar hendak akan menangis, Hanin menahan air mata agar tidak keluar.

"Mengapa kamu melakukan hal ini padaku, Riandi? Kenapa? Aku bukanlah wanita kuat, yang ikhlas berbagi suami dengan wanita lain. Hatiku sangat sakit, sakit sekali ketika tahu jika kamu ingin berpoligami. Bahkan saat itu, kamu tidak memberitahuku ketika akan menikah lagi. Jika aku tidak menemukan surat izin itu, apa kamu akan terus-menerus menyembunyikan hal itu padaku?"

Speechless, Riandi hanya mampu diam dengam seribu penyesalahan yang dia rasakan. Kata-kata yang Hanin lontarkan berhasil membuatnya kalah telak.

Dia layaknya seorang pengecut yang kebingungan menghadapi ini, padahal ini semua atas ulahnya.

Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang