"Awhhh!" Hanin meringis, ia berpegangan pada kursi saat merasakan sakit pada perutnya lagi. Karena hal ini, Mama Tari dan Nadine pun ikut menoleh.
Mama Tari yang khawatir lantas menyusul Hanin dan mendudukan menantunya di kursi. "Kenapa sayang? Perutmu sakit lagi?" tanyanya.
Hanin mengangguk. Matanya sudah berkaca-kaca. Rasa sakit di perutnya selalu saja terasa, apalagi jika Hanin kecapean.
"Hanin nggak papa. Mama lanjut masak aja, Ma," kata Hanin.
Namun Mama Tari menolak. Ia lebih memilih untuk menemani Hanin, sehingga Nadine menunduk lesu, kegiatan di ajari mertuanya jadi terhenti.
Bukan maksdunya Hanin mengalihkan atensi Mama Tari, hanya saja rasa sakit di perutnya tiba-tiba datang lagi.
"Mama mau jaga kamu. Sebaiknya kita ke rumah sakit aja sayang, kita periksa, di khawatirkan perutmu kenapa-kenapa," saran Mama Tari.
Hanin sih mau-mau saja, dia juga penasaran, sebenarnya apa yang membuat perutnya sering kali merasa sakit. Tapi ini masih pagi buta, Hanin tidak mau merepotkan orang-orang. Apalagi ini waktunya sarapan.
Nadine langsung tersentak kala Mama Tari mengajak Hanin ke rumah sakit, bahkan pisau yang sedang ia pegang jadi jatuh ke lantai.
Suara itu membuat Hanin dan Mama Tari kaget. "Bukannya lanjut masak malah bengong!"
"M-maaf Ma."
Nadine langsung mengambil pisau itu dan melanjutkan memotong sayurannya.
"Siapa sih dokter yang selalu periksa kamu? Dokter itu bilang apa? Kamu udah beberapa kali di periksa, kok hasilnya sama aja?" Mama Tari menggerutu kesal. Biasanya jika sakit karena jahitan pasti tidak akan sering terasa.
Mama Tari khawatir jika Hanin mengidap penyakit serius, yang menyebabkan perutnya selalu sakit. Mama Tari berharap semoga Hanin baik-baik saja.
"Nin, kok diem aja? Riandi sering nganter kamu kontrol, 'kan? Siapa dokternya?" bibir Hanin terkatup, tidak enak jika menyebut nama Nadine di saat Mama Tari sedang kesal. Di takutkan Mama Tari akan melampiaskan kekesalannya pada Nadine.
"Ada apa, Ma? Kenapa terlihat khawatir sekali?" Riandi bertanya ketika sampai di meja makan.
Rayyan mengikutinya di samping. Saat akan turun ke bawah, Riandi dan Rayyan terheran-heran dengan suara Mama Tari yang terdengar sampai ke lantai atas.
Karena penasaran, mereka pun turun ke bawah dan lanjut ngobrol di meja makan.
Lalu pandangan Riandi terhenti melihat Hanin yang duduk, sambil meringis kesakitan dan matanya pun berkaca-kaca.
Seketika saja Riandi jadi ikut khawatir, ia langsung menghampiri dan memeluk istrinya. "Kamu kenapa? Apa yang terjadi? Kamu baik-baik aja?"
"Mana mungkin baik-baik aja, Rian. Hanin, istri kamu kesakitan lagi," jelas Mama Tari.
"Mas, aku nggak apa kok, jangan khawatir," ucap Hanin menenangkan Riandi yang memeluknya erat.
"Bawa ke rumah sakit aja. Takut kenapa-kenapa lagi nantinya," sahut Rayyan, ia tidak tega melihat wajah Hanin yang menahan sakit.
Riandi menegang di tempatnya.
"Kak, kok malah diem sih? Cepetan bawa Hanin ke rumah sakit," lanjut Rayyan.
"Kalau bisa pindah rumah sakit aja, ke rumah sakit yang lebih elit. Kamu sering bawa dia ke dokter mana sih? Kok hasilnya gini aja? Padahal udah lama loh ini," cerocos Mama Tari.
"Aku sering membawanya ke rumah sakit tempat Nadine bekerja, Ma. Dia juga yang selalu memeriksa Hanin. Memangnya kenapa?" tanya Riandi. Mama Tari jadi tersulut emosi, ia langsung membalik badan menatap Nadine yang tengah menatap ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)
RomanceHanin harus menerima kenyataan pahit saat kehilangan anak yang di kandungnya, akibat kecelakaan itu Hanin di nyatakan tidak bisa memiliki keturunan lagi. Sebulan setelah insiden itu terjadi, Riandi datang bersama seorang wanita di hadapan keluarga d...