34. Menemuinya Diam-Diam

1.4K 48 2
                                    

Selama beberapa menit, terjadi keheningan antara anak dan Ayah itu. Ayah Zaffar membiarkan Hanin yang sibuk dengan pikirannya. Karena ia tahu, bahwa Hanin kini sedang dilematis.

Sebagai Ayah, Ayah Zaffar hanya bisa mendukung dan memberi kekuatan pada Hanin, tentang keputusan putri semata wayangnya itu.

Ada banyak hal yang menjadi sebuah solusi bagi rumah tangga anaknya. Ia harap, Hanin memikirkan matang-matang keputusannya. Meski memang kesalahan Riandi sulit untuk di maafkan.

"Ibu mertuamu juga ada di depan. Kamu ingin bertemu dengannya tidak?" tanya Ayah Zaffar memecah keheningan, karena sedari tadi Hanin hanya diam membisu.

Atensi Hanin beralih menatap wajah merah sang Ayah, lalu mengangguk mengiyakan sebagai jawaban.

Seulas senyum terukir di bibir sang Ayah, sebelum melenggang pergi, Ayah Zaffar mengusap puncak kepala putrinya dengan sayang.

Kala membuka pintu ruangan, Ayah Zaffar terperangah saat melihat Riandi tiba-tiba menghadangnya di depan pintu.

Ia yakin, jika Riandi ingin masuk ke dalam ruangan. Apalagi melihat wajahnya yang memelas.

"Bagaimana dengan kondisi Hanin, Ayah?" tanyanya dengan tatapan fokus ke dalam ruangan.

"Tentu baik, putriku adalah wanita yang kuat," balas Ayah Zaffar seadanya.

"Bolehkah aku masuk ke dalam? Aku ingin melihat keadaan istriku."

Terdiam beberapa saat, Ayah Zaffar tak langsung menjawab pertanyaan menantunya. Meski dalam lubuk hati, ia juga tidak tega melihat Riandi yang khawatir dengan kondisi istrinya.

"Untuk saat ini, Hanin masih belum mau bertemu denganmu. Hanin hanya ingin bertemu dengan Ibu mertuanya."

Setelah mengatakan itu, Ayah Zaffar menutup pintu seraya berjalan melewati Riandi yang masih diam di tempat.

Keinginannya untuk melihat keadaan Hanin pupus, karena ia masih belum di izinkan masuk.

Ayah Zaffar menghampiri Mama Tari yang sedang duduk dan menangis, di tenangkan oleh Rayyan yang setia menemani sang Ibu.

Menyadari kehadiran Ayah Zaffar, Mama Tari menghapus air mata dan menengadahkan kepala. "Bagaimana dengan keadaan menantuku?"

"Kondisi Hanin sudah membaik dan dia ingin bertemu denganmu."

Rasa khawatir yang di rasakan Mama Tari hilang, terganti dengan rasa senang karena Hanin ingin menemuinya. Mama Tari yang sedari tadi menangis pun menunjukan senyuman manis di wajah cantiknya yang sudah tidak lagi muda.

Rayyan menepuk pundak sang Ibu, merasa lega karena Mama Tari akhirnya tersenyum juga. Sebagai anak, Rayyan tidak tega melihat Ibunya bersedih seperti ini.

"Tuh, katanya Hanin mau ketemu Mama. Udah jangan nangis lagi. Nanti Hanin khawatir lihat mata Mama yang sembab ini," ucap Rayyan.

Mama Tari terkekeh pelan. "Yaudah, kalau gitu Mama mau cuci muka sama make up dulu. Supaya nggak kelihatan habis nangis."

Rayyan dan Ayah Zaffar hanya bisa tertawa melihat tingkah Mama Tari seperti itu.

"Iya, lebih baik make up aja biar nambah cantik. Jangan lupa pakai bedak 7 lapisan, biar kinclong," celetuk Rayyan dan mendapat cubitan dari Ibunya.

Sementara di sisi lain, seorang wanita paruh baya juga bernapas lega mendengar kabar jika kondisi Hanin sudah membaik. Sayangnya ia tidak bisa melihatnya.

Kehadirannya tidak di anggap, bahkan sedari tadi saja ia di abaikan oleh keluarganya sendiri.

Mungkin ini balasan atas sikapnya yang keterlaluan. Maksud kedatangan Oma Tita ke sini untuk menemui Hanin dan meminta maaf kepadanya. Semoga saja, Hanin sudi memaafkan semua kesalahannya.

Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang