30. IUD Di Rahim Hanin

1.9K 82 12
                                    

Rayyan meletakan tubuh mungil Hanin di bangku belakang, ia menaiki mobil dengan tergesa dan mengendarai mobil di atas kecepatan rata-rata.

Meski ia sedang di landa rasa khawatir dan panik, memperhatikan laju kendara tentu saja hal penting, demi keselamatan saat berkendara.

Dengan tangan yang dingin, Rayyan bergumam seraya matanya sesekali menoleh ke arah spion untuk melihat wajah pucat Hanin yang tak sadarkan diri.

"Sabarlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit," gumam Rayyan.

Tidak butuh waktu lama bagi Rayyan untuk sampai di sebuah rumah sakit di kota Jakarta, ia bisa datang dengan keadaan selamat.

Rayyan bergegas turun, lalu masuk ke dalam untuk meminta bantuan kepada para suster agar membawa Hanin ke dalam. Rayyan hanya bisa menghela napas panjang kala para suster memindahkan tubuh Hanin ke dalam brankar.

Para suster membawa Hanin di sepanjang lorong, di ikuti oleh Rayyan yang berlari kecil untuk mengimbangi langkah para suster yang menangani.

Begitu sampai di depan ruangan, Rayyan menghentikan langkah kala sang suster menahan tubuh Rayyan agar menunggu di luar saja.

"Mohon maaf, anda harus menunggu di luar, soal pasien biar kami yang akan mengurus," ucap salah satu suster tersebut, lalu menutup pintu.

Di depan ruangan Hanin, Rayyan mondar-mandir. Resah dan gelisah melihat wajah pucat kakak iparnya itu. Rayyan terduduk di kursi, ia mengusap wajahnya dengan kasar.

Rentetan kejadian yang menimpa Hanin tadi, Rayyan jadi ikut sedih. Tidak terbayang jika ada di posisi Hanin saat itu. Dan Rayyan akui, bahwa sikap Oma Tita sudah sangat keterlaluan.

Beruntung Hanin melawan, hingga Oma Tita tidak berkata pedas lagi.

Sedangkan di sisi lain. Di sepanjang jalanan ibu kota,  Riandi kembali melanjutkan perjalanan untuk melakukan pencarian Hanin.

Entah sudah berapa lama dan sejauh mana  ia mencari, ia belum menemukan keberadaan Hanin juga sampai detik ini.

Seharunya Hanin masih ada di sekitaran lingkungan tempat tinggal. Sebab, sang istri berlari, sementara dirinya menggunakan mobil.

Pikiran Riandi kalang kabut, merasa gelisah dengan kondisi istrinya. Dalam benak, Riandi terus saja di pusingkan oleh isi kepalanya.

Apakah Hanin baik-baik saja?

Kemana pergi istrinya itu?

Berbagai pertanyaan bermunculan di dalam benaknya. Tapi ini bukan waktunya berpikir, ia harus segera menemukan keberadaan Hanin.

Hatinya tidak tenang, feeling-nya mengatakan jika Hanin sedang tidak baik-baik saja.

"Astagfirullahaladzim. Feeling itu emang kuat, tapi tidak boleh percaya, siapa tau hanya perasaanku saja," gumam Riandi.

Riandi mengusap wajah kasar, air matanya keluar begitu saja secara tiba-tiba. Tidak bisa di bohong, jika Riandi semakin khawatir dengan Kondisi Hanin.

Kenapa hatinya merasa tidak enak dari tadi.

Apa terjadi sesuatu dengan Hanin?

Sebisa mungkin, Riandi menepis pikiran yang tidak-tidak. Ia yakin jika Haninnya itu akan baik-baik saja, Riandi yakin itu.

"Kamu dimana sayang? Please, jangan buat Mas khawatir. Mas nggak mau kamu jauh-jauh dari Mas..." lirihnya sambil berderai air mata.

Ia menepi kembali, untuk mengusap air matanya. Setelah berdiam cukup lama, Riandi memutuskan untuk kembali. Saat akan menancap pedal gas, suara dering ponsel membuat atensi Riandi beralih.

Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang