03. Riandi Dilema

1.6K 38 0
                                    

Mama Tari membantu Oma Tita duduk di sofa. Wanita paruh baya itu tampak shock mendengar berita ini. Yang membuat Mama Tari heran itu—siapa yang sudah memberikan informasi pada Oma Tita, apalagi memberi informasi dengan tidak detail.

Mama Tari sengaja tidak memberitahu Oma Tita terlebih dahulu, supaya wanita paruh baya itu tidak membuat keributan di rumah. Apalagi Mama Tari tahu jika Oma Tita kurang menyukai Hanin, karena gadis itu susah memiliki keturunan.

Tidak jarang Ibunya itu datang kemari dan selalu membahas cucu, bahkan memaksa Hanin untuk segera hamil. Di kondisi Hanin yang seperti ini, Mama Tari tidak mau jika Hanin akan semakin down nantinya. Apalagi Oma Tita itu jika ngomong suka sasambar.

Rayyan yang ikut panik pun lantas membawa segelas air dari dapur dan memberikannya pada Oma Tita.

Setelah minum, Oma Tita sedikit tenang. "Kok bisa meninggal? Si Hanin bagaimana sih? Becus jadi Ibu atau nggak? Masa jagain kandungan aja nggak bisa!" tanyanya beruntun.

Rayyan dan Mama Tari hanya bisa menghela nafas pasrah. "Hanin jatuh dari tangga, Ma. Dia tergelincir," balas Mama Tari.

"Emang pasalnya nggak becus aja si Hanin tuh! Bisa-bisanya dia nggak hati-hati jaga kandungan. Lihat sekarang, cucu yang Mama nantikan udah nggak ada," isak Oma Tita.

"Namanya musibah Oma, nggak ada yang tahu. Oma jangan nyalain Hanin, lagian bukan sepenuhnya salah dia," ujar Rayyan menenangkan. Agar Oma Tita memelankan nada bicaranya. Jika Riandi dan Hanin tahu, mereka berdua akan tersinggung nantinya.

Mendengar Rayyan yang sudah mulai menimpal itu membuat Oma Tita kesal. Oma Tita tahu jika Rayyan juga mencintai Hanin.

"Apa kamu bela-belain dia?! Kamu masih suka gadis mandul seperti dia?!" ketus Oma Tita.

Mama Tari yang sedari tadi menahan amarah agar tidak meledak, rasanya tidak bisa. Celotehan yang Ibunya lontarkan sudah keterlaluan.

"SUDAH MAH SUDAH!" jerit Mama Tari, ia menatap tajam ke arah Ibunya yang semakin geram. "Mengertilah, Ma. Rian sama Hanin baru aja kehilangan anak mereka. Mereka masih terluka, jika Mama ke sini hanya untuk memperburuk keadaan, lebih baik Mama mertua pulang aja."

"Kamu udah berani ngusir saya?!" sentak Oma Tita. Mama Tari mengangguk. Lagi pula kehadiran Oma Tita di sini juga untuk apa? Yang ada malah memperkeruh keadaan.

Dari zaman Mama Tari menikah dengan suaminya dulu selalu seperti itu. Selalu menuntut soal anak dan juga ingin mempunyai anak laki-laki. Lahirlah Riandi dan Rayyan, dua putra yang berhasil membungkam mulut pedas sang Ibu mertua.

Tapi ini tidak adil jika terjadi pada Riandi dan Hanin. Kehilangan anak juga bukan kemauan mereka, tidak sepatutnya Oma Tita terus menerus menyalahkan Hanin atas kejadian ini.

"Mama harusnya ngerti. Mama seorang wanita juga seorang Ibu, nggak ada orangtua yang mau anaknya meninggal. Mau sekuat apa pun menjaga, kalau udah takdirnya begini ya harus bagaimana lagi, Ma?" ujar Mama Tari yang berhasil membuat Oma Tita lantas terdiam. Ia jadi kelimpungan dan kalah telak.

"Halah! Sudahlah Tari kamu itu kenapa belain dia terus! Harusnya dari dulu saya nggak setuju cucuku Riandi menikah dengan Hanin," sarkasnya.

"Aku harap Oma nggak usah ikut campur urusan rumah tanggaku! Kenapa Oma selalu menyalahkan istriku?" suara berat seseorang membuat atensi ketiga orang yang duduk di ruang tamu itu menoleh.

Mereka terkejut melihat Riandi yang sedang bergeming dengan bulir air mata. Mereka tidak tahu jika ada kehadiran Riandi di sini.

Karena sudah ketahuan, tidak ada celah bagi Oma Tita untuk mengelak.

Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang