Begitu sampai di rumah sakit, dengan berat hati Riandi meletakkan tubuh Hanin di atas brankar. Jantungnya berdenyut sakit, bak di sayat belati tajam kala melihat kondisi Hanin sudah tak berdaya dan berlumuran darah.
Ketika Riandi akan masuk ke ruang UGD, dua orang suster menahannya. Riandi mengalah dan memundurkan langkahnya. Di depan ruangan UGD, Riandi terduduk lemas di lantai sambil menangis tersedu-sedu.
Kejadian tadi bagaikan mimpi buruk yang ia alami. Ia takut jika istri dan anaknya kenapa-kenapa. Semua orang yang menyusul termenung di depan ruangan Hanin.
Mereka juga sama sedihnya dengan Riandi. Apalagi kejadian tadi tampak jelas di depan mata mereka.
"Ya Allah, Riandi sabar sayang. Hanin kita bakalan baik-baik saja, Nak," lirih Mama Tari seraya memeluk tubuh putra sulungnya.
Rayyan terpaku melihat kakaknya menangia sejadi-jadi di hadapannya. Setahu dia, Riandi itu sosok dingin dan kuat. Baru tumbuh bersama sejak kecil, baru pertama kali melihat kakaknya rapuh seperti ini.
Biasanya Riandi paling bisa menahan apa yang di rasa. Mungkin kejadian yang menimpa orang yang di cintainya membuat Riandi hancur berkeping-keping. Bukan hanya Hanin yang celaka, tetapi bayi yang ada dalam kandungannya juga.
Rayyan pun ngilu ketika perut bunci Hanin membentur lantai dengan keras, apalagi jatuh di ketinggian 5 meter.
"Sabar Kak, biarkan Dokter yang memeriksa Hanin," ucap Rayyan angkat suara.
Namun Riandi tidak mendengarkan perkataan orang-orang, ia hanya bisa menangis di depan ruang itu.
"Tenanglah Nak Riandi, Ayah yakin Hanin dan bayinya bakalan baik-baik saja," ujar Ayah Zaffar. Dalam hati ia merasa hancur melihat kondisi putrinya yang tak berdaya.
1 jam lamanya Hanin di periksa, seorang Dokter keluar ruangan. "Dengan keluarganya pasien?"
"Saya suaminya, Dok! Katakan! Apa yang terjadi dengan istriku!" ketus Riandi dengan selidik.
"Karena benturan keras di perut pasien, kami menyarankan untuk segera melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan Ibu dan bayinya. Jika anda setuju, tolong tandatangani ini," jelas Dokter. Dengan cepat Riandi menandatangani surat tersebut.
"Lakukan yang terbaik! Pastikan istri dan anakku baik-baik saja!"
Dokter pun mengangguk. "Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Kalian harap tenang dan jangan membuat keributan. Kami akan segera memindahkan pasien ke ruang operasi," ujar Dokter itu dan langsung masuk ke dalam.
Di luar ruangan, semua keluarga di buat histeris ketika sang suster mendorong brankar Hanin yang tak sadarkan diri. Dengan berbalutkan pakaian hijau dan di pindahkan ke ruangan operasi.
Setibanya di ruang operasi, Riandi menangis kencang saat sang istri di operasi. Karena Riandi memberontak masuk, jadi mereka mengizinkan Riandi untuk masuk.
Tibalah seorang Dokter perempuan lengkap dengan pakaian medisnya itu terdiam ketika melihat pria yang di kenalinya.
"Riandi?" panggil Dokter itu.
Riandi mengangkat kepala, alisnya terangkat saat melihat Dokter itu. "Nadine?"
Dokter Nadine tersenyum dan mengangguk. "Mengapa kamu ada di sini? Hanin istrimu?"
Riandi mengangguk. Ia bingung, mengapa Nadine tahu jika Hanin istrinya.
"Bukan waktunya mengobrol! Lakukan tugasmu dengan benar!" kelakar Riandi.
Sangat sulit di percaya jika Dokter yang bertugas mengoperasi Hanin adalah mantan pacarnya dulu.
Selama beberapa jam lamanya melakukan opraso caesar, akhirnya bayi dalam perut Hanin sudah keluar. Riandi lega melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)
RomanceHanin harus menerima kenyataan pahit saat kehilangan anak yang di kandungnya, akibat kecelakaan itu Hanin di nyatakan tidak bisa memiliki keturunan lagi. Sebulan setelah insiden itu terjadi, Riandi datang bersama seorang wanita di hadapan keluarga d...