Setelah beberapa jam menempuh perjalanan, akhirnya Riandi sampai di Jakarta dengan sia-sia. Karena Hanin tidak pulang bersama dengannya. Hampa, itu yang di rasakan Riandi kala menginjakan kaki di rumahnya.
Suasana rumah begitu hening. Biasanya selalu ada Hanin yang menyambut di depan pintu saat dirinya datang, tapi sekarang, hal itu mungkin tidak akan pernah Riandi rasakan lagi. Sebab, Hanin memilih untuk mengakhiri hubungan ini.
Riandi mendudukan bokongnya di sofa sembari mengurut pelipisnya yang terasa pusing. Akhir-akhir ini, dirinya kurang istirahat karena menjaga Hanin di rumah sakit.
Belum lagi ia harus menyelesaikan urusannya di kantor, benar-benar sangat melelahkan. Hingga tubuhnya jadi lemah akibat terlalu di forsir.
Kala membuka mata, Riandi kembali menghela napas panjang. Tersiksa rasanya jika terlalu lama berjauhan dengan istrinya.
"Mas rindu kamu, Hanin ... tolong maafkan semua kesalahan, Mas."
Air matanya kembali menetes. Mungkin orang-orang akan mencap dirinya sebagai pria lemah karena menangis, biarkan saja, ia tidak perduli dengan pendapat orang-orang.
Suara dering ponsel membuat Riandi membuyarkan lamunan, ia merogoh benda pipih itu di dalam sakunya.
Saat di lihat, rupanya itu nomer Ayahnya Nadine. Mungkin pria itu sudah mengurus perceraian mereka terlebih dahulu, semoga saja.
"Bagaimana? Apa perceraiannya sudah anda urus?"
"Ya, saya sudah mengurusnya. Surat penceraiannya akan saya kirim nanti malam, anak buah saya yang akan mengantarkannya."
"Baik, terimakasih atas bantuannya."
Sambungan telpon di matikan, Riandi hampir lupa jika Ayahnya Nadine bukanlah orang sembarangan. Pria paruh baya itu punya jabatan dan kekuasaan, akan mudah baginya jika sudah menggunakan uang.
Itu bagus, karena proses perceraiannya dengan Nadine tidak mengulur waktu lama. Yang harus Riandi pikirkan sekarang, bagaimana caranya agar pernikahannya dengan Hanin tidak berakhir.
Ia sudah tidak perduli lagi dengan Nadine, karena sekarang Nadine bukanlah tanggung jawabanya lagi. Entah dimana wanita itu berada, Riandi harap Nadine tidak menunjukan lagi batang hidungnya.
Wanita itu memang licik dab berbahaya, yang rela melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.
Riandi menyesal, sudah percaya pada Nadine begitu saja. Akibatnya, bukannya melindungi Hanin, ia malah menyakiti istrinya itu.
Allah ... Riandi sangat menyesal.
Apakah ada pintu maaf dan kesempatan untuknya?
"Aku harus berusaha memperbaiki kesalahanku, meski terdengar mustahil, semoga Hanin berubah pikiran nantinya."
***
Di kediaman sang Ayah, Nadine langsung di bawa ke ruangan bawah tanah oleh orang suruhan Ayahnya. Tempat ini seperti neraka, yang benar-benar sangat menyiksanya.
Jika orang lain, mungkin akan mendambakan kehidupan mewah yang bergelimang harta. Tapi Nadine justru sebaliknya, ia lebih baik hidup sebatang kara dari pada terus di jadikan boneka oleh Ayahnya sendiri.
Seorang Ayah yang seharusnya menjadi pelindung, justru malah menghancurkan hidupnya.
Jika ada orang bilang, jika Ayah adalah cinta pertama seorang anak perempuan. Maka Nadine akan berteriak jika Ayah adalah sumber patah hatinya.
Pria paruh baya itu yang sudah menghancurkan hidupnya, bahkan sudah melenyapkan seseorang yang Nadine sayangi. Ibunya, semenjak kejadian itu, kebencian Nadine pada Ayahnya semakin besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Madu Dari Suamiku (TAMAT)
RomanceHanin harus menerima kenyataan pahit saat kehilangan anak yang di kandungnya, akibat kecelakaan itu Hanin di nyatakan tidak bisa memiliki keturunan lagi. Sebulan setelah insiden itu terjadi, Riandi datang bersama seorang wanita di hadapan keluarga d...