"halo..." View meletakkan tangan di dadanya, rasa cemas tak kunjung reda "halo, Joong... apa kau mendengarku?"
"Ahh iya, ini bukan Joong... aku adalah Michael rekan kerjanya"
Sebelum lama bungkam, View kebingungan namun suara berat lelaki diseberang telepon kembali menyandarkannya.
"Tiba-tiba saja kami lembur malam ini, dan dia ketiduran di ruangan istirahat"
"Baiklah, terima kasih telah mengangkat telepon suamiku. Aku jadi lebih lega sekarang"
Panggilan berhenti disana, View terdiam.
"Seberapa sibuk, sampai dia melewatkan ulang tahun orang yang dicintainya?" Nada suara wanita itu sendu, Jam dinding jelas menandakan sebentar lagi lewat jam 00:00, rasanya tak masuk akal. Selama bertahun-tahun mereka bersama, sang suami tak pernah melewatkan hari ini dia setiap tahunnya.
.
.
.
.
."Apa kau pernah berharap aku kembali?"
Joong merasa hati kecilnya berdegup lebih cepat saat melihat ekspresi dan suara dari bibir lelaki manis yang kini memeluknya nyaman diatas bed cover sebuah hotel. Dia tahu ada sesuatu yang buruk jika dia tetap melanjutkan kerinduan, namun disisi lain dia berharap bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tak pernah sehari pun, aku tak menyebut namamu..." kata Joong dengan sejumput kehangatan dalam suaranya.
Dunk merasa Jantungnya berdegup kencang hingga memberanikan diri menatap mata lelaki tampan penuh harapan "apa aku terlambat?" dengan penuh kekecewaan, mata mungil berair tiba-tiba dan isakan menggantung di bibir si manis.
Waktu berhenti, keputusan tak masuk akal berputar bertahun-tahun yang lalu. Tak ada yang perlu disesali, segalanya telah terjadi. Joong tak bisa berbohong bahwa kehadiran Dunk begitu menggetarkan, ia masih dengan hati yang tak tergoyahkan, ia memutuskan untuk memainkan permainan ini. "Berikan tanganmu..."
Kedua lelaki itu menautkan jemari, rasa hangat menyergap. Keduanya menempel membuat udara tipis tak bisa menyela mereka sedikitpun, tatapan terkunci dengan segala harapan tanpa sesal.
Pelan-pelan, ia mendekatkan wajahnya kepada sosok manis, mencoba menghapus apa yang telah Dunk alami dengan cara yang penuh arti "tak ada yang bisa menghentikan perasaanku Dunk, terkubur dalam peti mati aku masih membawa hatiku dengan namamu terukir disana" bisik Joong dengan nada rendah, rahasia dan penuh gairah "sedikitpun, aku tak pernah menggeser posisimu..."
Terdengar desiran nafas yang menggairahkan saat Dunk meremas bahu Joong, pandangan itu memancarkan gairah dan kerinduan semakin intens. Sosok manis yang menggoda tak pernah berubah, Joong dengan sabar menunggu kata-kata selanjutnya yang akan meluncur dari bibir mungil itu. Meski tak bisa menahan diri untuk mencuri sedikit kesenangan dari momen ini.
"Joong... apa kau menginginkanku?" suara Dunk menggema dengan rayuan tersembunyi. Mata lentik penuh keingintahuan dan permintaan tak tampak. Perlahan dengan lembut mengendus tengkuk lelaki tegap, mencari kenyamanan lebih dalam. bisikan yang rendah, tak lupa meniupkan sedikit aroma manis. "Joong..."
Tak dapat mengelak, Bibir Joong menyuguhkan senyuman yang penuh pesona saat merasakan tangan lembut menyentuh lehernya. jemari itu meluncur perlahan ke tangan si manis, melingkarkan jari-jarinya di sekitar pergelangan Dunk. "Ini pertama kali, izinkan aku menghilangkan rasa rinduku" Bisikan lembut keluar, tanda hasrat terpendam yang semakin menguasai sanubarinya.
Tubuh mereka semakin dekat, mengalirkan begitu banyak keinginan dan keinginan. Tangan kekar yang sedikit nakal menembus ke punggung ramping, menarik Dunk lebih dekat lagi. Mereka bisa merasakan jantung masing-masing berdegup keras, hampir melompat ke dalam dada.
.
.
.
.
.
.
.To be continued
Next 18+, mohon pengertiannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]
Mystery / Thriller"Kita belum cukup seharian bersama, tapi kau tau apa yang ajaib?" Dunk mengerjap, merasakan nafas lelaki tampan itu menerpa wajahnya. "Dari ribuan malam gelap dengan hujan deras di kota, ini adalah malam pertama semuanya menjadi hangat meski hujan...