Kupikir hari itu, saat gelas berdenting dan kaca bertebaran diatas lantai adalah kali terakhir aku melihatmu. Mengira tuhan telah menciptakan melodi takdir yang menggantung di udara, aku menyatakan bahwa kau telah pergi untuk selamanya. Tak ada kebenaran sedikitpun melainkan harapan, Namun kini mata cokelat hadir berkilau dengan kejutan yang terjadi sesaat dari ketidaksenian nya.
"Apa yang Joong pikirkan?"
Dia tersenyum melirik ke arah bibir Dunk, seolah meminta izin untuk merasakannya. Dia dengan perlahan menjulurkan lidah, melumuri salivanya dengan lembut, menggoda, seolah-olah menantikan balasan dari si manis. "Ini bukan sekedar ciuman, tapi kerinduan" bisik Joong, suara seraknya yang begitu merangsang ke telinga Dunk "Aku rasa aku akan menjadi sangat puas jika aku bisa menyentuhmu dengan lebih dari sekadar ciuman"
Dunk ikut menjilati bibir Joong dengan tawa kecil "rasanya manis... eugh..."
Dia tersenyum dalam kemenangan kecil, menyadari bahwa suasana semakin panas. melihat ke dalam mata Dunk dengan penuh keinginan dan sedikit senyuman nakal. "Bukan hanya bibirku yang manis" bisik Joong dengan suara serak. "Apa kamu bisa merasakan gairah yang tumbuh di dalamku? Semuanya jauh lebih manis" Dia melanjutkan dengan lebih berani kali ini, mengayunkan punggung Dunk dengan lembut, mendekapnya dengan erat, merasakan kontak fisik mereka semakin intens.
"Joong, apa kita bisa? Melakukannya? Apa itu tak akan menjadi masalah?" Cicit sosok manis itu nampak segan
"Jikapun ini menimbulkan masalah, aku yang salah" percabangan jemari mengubah keinginan yang awalnya hidup lurus tanpa hambatan kini berubah total, keyakinan malam ini bahwa malaikatnya telah kembali, mengubah seluruh persepsi nya tentang hidup. "Aku menginginkanmu, bukan hanya untuk malam ini"
Dunk terhenyak sebentar, posisi intim mereka begitu hebat mendatangkan getaran hebat menggelitik hati. Dia memeluk Joong dengan erat, mengantarkan perasaan mereka menuju tempat yang lebih tenang. Pikiran-pikiran kacau melintas, menciptakan citra-citra erotis yang membuat denyut nadi keduanya semakin cepat.
Joong mulai lembut mencium leher dan menepuk pundak Dunk, menjadikan setiap sentuhan sebagai mimpi yang menjadi nyata. Melalui sutra yang terasa di ujung jarinya, dia dengan teliti meraba-raba tubuh si manis, meremas dengan sedikit keinginan yang tak tersembunyi. "Dalam dekapan ini, dalam hilangnya kendali, akan ku tunjukkan padamu bagaimana rasanya menahan perasaan sejak bertahun-tahun yang lalu" gumam Joong dengan suara serak. "Apa kau bisa menyerahkan dirimu sepenuhnya padaku?"
Tak ada jawaban lagi, kedua bibir itu bertautan lembut menciptakan bunyi kecipak yang sangat kentara. Udara dingin sirna, terganti dengan tuangan cinta menuju gairah, menghiasi setiap sentuhan demi sentuhan lembut.
"Biarkan aku memenuhi tubuhmu dengan cairan hangat" gumam Joong di telinga si manis dengan semangat dan nafasnya yang berat. "Biarkan aku menjelajahi setiap inci kulitmu, membangkitkan kenikmatan yang tak terhingga dalam dirimu"
Dia melanjutkan perjalanannya dengan lembut, mencium dan menenangkan setiap lekukan tubuh Dunk dengan penuh kasih. Dia tahu betapa indahnya cinta yang disebarkan di antara mereka.
ekstasi yang tak terlukiskan, terus menyusur perut Dunk dengan salam yang panas. Dengan kelembutan dan hasrat yang terpenuhi, Joong dan Dunk berada dalam keintiman yang melebihi segalanya. Satu sama lain, mereka menemukan kesenangan dan kasih sayang yang tak tergantikan.
"eughhh, Joong... itu eughhh"
tangannya terus menjelajahi tubuh lembut dengan akurasi yang semakin intens, gairah berkembang dalam denyutan-denyutan yang tak terkendali. Jemarinya begitu pas menutup kejantanan si manis, mengulir nya naik dan turun menciptakan erangan yang sukses membangkitkan hasrat lebih dalam.
"Eummhh... Joong... jangan disitu, geli..."
"Iya sayang, rasanya lengket sekali..." Mata sayu tampan terikat dalam kenikmatan yang tak terbatas. Sekilas, ekspresi penuh dengan pesona maskulin yang luar biasa. "Apa ini enak? Humm?"
"Eughh... ahh..."
Joong menggigit ciuman Dunk dengan gerakan yang tak teratur saat dia menurunkan celananya, tangan dengan penuh keinginan memegang pangkal penisnya yang keras. "Sekarang kamu sayang, lumuri ini dengan saliva lembutmu. jilatlah, Buat aku terengah-engah dalam gairahmu yang tak terduga," bisik Joong lagi dengan desahan yang hampir tak terdengar.
Lidah mungil itu mulai menjilat batang penis dengan tawa kecil sembari mengurutnya "rasanya seperti... eughhh, apa ini enak Joong?" Dunk terus menjulurkan lidah untuk menjilat ujung penis sang dominan "apa aku boleh memasukkannya ke dalam mulutku?"
.
.
.
.
.
.
.To be continued
Pemanasannya lamaan biar makin licin, kasian Dunk sakit nnti kalau gak licin🥺
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]
Misterio / Suspenso"Kita belum cukup seharian bersama, tapi kau tau apa yang ajaib?" Dunk mengerjap, merasakan nafas lelaki tampan itu menerpa wajahnya. "Dari ribuan malam gelap dengan hujan deras di kota, ini adalah malam pertama semuanya menjadi hangat meski hujan...