8

811 49 0
                                    

Setelah beberapa hari menunggu, dalam naungan kegelisahan bercampur khawatir. Joong duduk tegap menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang di haturkan padanya, cukup serius saat menjelaskan tentang Dunk dibantu oleh View selaku perawat yang bertanggung jawab atas pemulihannya.

"Jika malam itu, terduga atas nama Dunk dibawa oleh orang-orang tak dikenal. Kenapa kami tak menemukan jejak apapun?"

Pertanyaan itu membuatnya bungkam, Joong bahkan hanya diam tanpa menerka jawaban sama sekali.

"Anda tau kan, hari itu Joong pingsan dan tidak sadarkan diri saat Dunk dibawa pergi. Bagaimana dia bisa tau apa yang terjadi selanjutnya?" Oceh View

Petugas itu menghela nafas, mencoret beberapa kalimat diatas kertas keterangan. Mata itu memicing pada Joong, penuh ketidakpuasan "aku akan mengusahakannya, bahkan saat aku tau kau dan Dunk itu tak memiliki hubungan apapun..."

"Kami sempat tinggal bersama beberapa hari" jawab Joong

"Lantas, menurutmu bisakah menjadi hal yang penting?" Pria itu nampak gusar, hingga mengubah posisi duduk dan kembali menatapnya "tuan Joong, beberapa hari yang lalu bahkan petugas di daerah itu mengatakan kau menculiknya"

"Aku tidak menculiknya, dia datang sendiri kerumahku meminta perlindungan"

"Berlindung dari siapa? Seharusnya kau yang melindungi dirimu"

Joong memasang wajah datar, hingga tatapannya bertemu dengan petugas itu tak beralih "singkat saja, dimana Dunk berada? Bohong sekali jika kau tak memeriksa dia dirumah keluarganya? Sebenarnya dimana Dunk?"

"Jangan berpura-pura dungu..." Akhirnya, lelaki itu mendekatinya "seharusnya aku yang bertanya, dimana Dunk?"

View berusaha merelai ketegangan itu, namun lebih dulu Joong menyingkirkan tubuhnya di antara kedua lelaki tegap "apa kau bahkan tak tau, dimana Dunk berada? LALU MENGAPA MENYUDUTKANKU DENGAN PERTANYAAN ITU? AKU HANYA BERBARING DISINI SEMINGGU LEBIH, MANA KU TAHU DIMANA DUNK?" Joong tau suaranya meninggi, bahkan nafasnya tak beraturan menekan rasa kesal.

"Sial, kurasa... Aku benar-benar kehilangan dia..."

Tak tau jelas kemana arah pembicaraan mereka lagi, Joong menyergitkan dahi kemudian menggunakan satu tangan mengguncang sosok lelaki itu "a-apa maksud mu? Dunk benar-benar hilang?"

"Kupikir kau aman sekarang, jangan mencari tahu lagi tentang lelaki itu. Detektif akan mulai melibatkan mu dengan urusan panjang, jika kau merasa tak ada sangkut pautnya dengan tindak kriminal mereka. Kau harus berhenti..."

Joong meremang, ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya begitu keras kepala sekarang. "Tapi aku harus menemui Dunk, aku harus menemuinya..."

Petugas itu duduk di kursi tepat samping ranjang inap "sekarang katakan padaku, dimana kau akan meminta otoritas di negeri orang?"

Kenyataan pahit, untuk terakhir kali bahkan View menutup mulut dengan tangannya. Wanita itu syok, bahkan saat Joong mulai diam tanpa pemberontakan. Seakan tenaga mereka habis, hanya untuk mencari titik terang dari permasalahan yang bahkan tak tau jelas seberat apa.

Hingga akhirnya tak ada yang berbicara lagi, kebisuan tak berarti berakhir pria tegap berdiri menepuk bahunya. "Kurasa, jalan hidup mu masih panjang. Jangan habiskan waktumu, kami baru saja menetapkan pria yang kau cari sebagai tersangka utama kasus pembunuhan dan perdagangan obat-obatan terlarang dengan pasal berlapis" Bahkan, saat pintu ruang inap dibuka. Petugas itu masih sempat berbalik menatap Joong dengan prihatin "percayalah, Australia bukan negara kecil. Bahkan jika kau bersusah payah mengejarnya kesana, kau tak memiliki otoritas apapun untuk mencarinya"

Tak meragukan lagi, kini merasakan semacam keraguan menjalar dalam benaknya. Air matanya menitik saat mengingat seperti apa aroma manis mengguncang hatinya, tepat di tempat tengkuk menyatu dengan cekungan rapuh tulang tengkorak, getaran tangisan itu menjelaskan bahwa dia gundah, bersedih, dan jatuh. "Dunk tak akan meninggalkanku, aku yakin"

.
.
.
.
.
.
.

To be continued


Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang