Joong tak bisa tidur seharian, sejak dimulainya persiapan tahun baru di kota ini dia jadi semakin sibuk menyelesaikan rentetan pekerjaan. Jane akan meminta waktu bermain di macam-macam wahana, maka tak akan sempat lagi memegang berkas kantor murahan untuk di tangani.
Malam ini dia menyusuri hilir sungai Chao Phraya, dalam keramaian dia berjalan sendirian. Sempat menyebrangi alun-alun dan hulu sungai, meskipun suara kesibukan terus terdengar jelas disekitaran.
Menoleh ke hilir sungai, dia bisa melihat kerlap kerlip api unggun. Sosok-sosok yang menari terpantul dalam cahaya oranye, Joong melirik jam tangan dan menghela nafas panjang. Dia sudah berjalan-jalan selama satu jam, lelaki tampan itu berbalik arah. Tidak bermaksud melintasi Chao Phraya, tetapi menyebrangi alun-alun sekali lagi akan menambah setengah jam perjalanan pulang.
Dan akhirnya dia sudah merasa bosan, pusing, dan kehabisan tenaga. Lebih buruk lagi kombinasi udara dingin dan insomnia telah membangunkan rasa lapar luar biasa yang dia tau tak akan terpuaskan hanya dengan cemilan kopi dan roti hangat dijajakan para Pedagang sekitar.
Bau asap kayu bakar dan sesuatu yang menggiurkan mungkin saja sarden panggang, disusul aroma tajam dan pahit cokelat marshmellow berembus di depan Joong. Dia bisa melihat sosok manis di sisi air sungai mengalir, mantel coklat panjang dan rambut legam memberi tampilan selaras di antara cahaya api.
Sekilas dia memperhatikan lebih detail, kobaran api sedang kebiru-biruan. Di antara jemari pria itu menerangi wajah manisnya, jelas itu adalah Dunk.
Untuk sesaat dia terpaku ngeri, se gila itukah dia? Rasa rindu yang bahkan meluap tanpa arah terus mengganggunya. Hingga pikiran-pikiran tak rasional mengganggu, Joong terduduk di posisinya menenteng tas kerja kumuh hampir tak layak pakai.
Sepatu tebalnya terbenam dalam lumpur, Joong menyimak dalam diam penuh isakan pilu yang pelan. Perasannya sangat ganjil, karena perasaan rindu benar-benar berlompatan dalam benaknya.
sosok manis itu berbalik, sontak saja membulatkan mata karena kehadirannya. Joong nyaris lari terbirit-birit, terjungkal dalam lumpur disekitaran sungai. Dia benar-benar gila, atau ini memang nyata?
"Joong?"
Dia tertawa sekarang, tercekat karena histeris. Tiba-tiba perutnya sakit, dan Joong menekan tangan ke atas untuk mencegah rasa nyeri. Apa ini benar-benar sungguhan? Seolah dia mendengar hal-hal—melihat hal-hal, yang tidak nyata.
"Kau baik-baik saja?"
Sial, lututnya nyaris lumpuh "Dunk? Apa itu kau?"
"Iya.. ini aku.."
Wajah tegas itu terbuka, gembira luar biasa. Suara pekikan nya terdengar sangat jelas, tawa renyah itu muncul seirama dengan langkahnya semakin mendekat pada Dunk. Begitu memikat, bersemangat dengan harapan dan rasa rindu.
"Aku rindu..."
Dan malam itu tiba-tiba terasa sangat sepi, sangat dingin dan sangat kosong.
Kalau saja hari itu, di bawah kanopi lusuh mereka tak bertemu. Apa perasaan rindu itu akan menjadi ganjil? Dan karena itu, mereka sadar tak ada yang aman dari kesialan. Tidak seorangpun, bahkan keduanya.
"Ini sudah larut, kenapa kau ada disini? Apa istri mu tak marah?"
"Humm, ini sudah sangat larut, kenapa kau malah piknik disini sendirian? Apa Rachel tak merengek?"
Sepuluh detik kemudian Dunk belum bicara, dia menatap lekat pria itu. Penampilan acak-acakan, serta dasi yang tak beraturan, juga wajah kusut penuh tekanan. Apa itu pantas untuk menggambarkannya sebagai direktur utama pemegang cabang perusahaan terkenal?
"Humm? Rachel?" Dunk bertanya sendiri, nampak wajahnya kebingungan "apa kau masih memegang anak perusahaan milih Presdir Henry?"
"Dia ayah angkat mu, tak sopan sekali memanggil namanya se formal itu" rasa sendu setengah gembira, Joong tersenyum bodoh mempermainkan rumput dibawahnya "aku berhenti, bahkan melarikan diri dari Presdir Hendry" dia melirik Dunk, seolah-olah ingin mengatakan hal lain "bagaimana keadaan Rachel? Apa dia ikut denganmu ke sini?"
.
.
.
.
.
.
.To be continued
Jangan lupa follow dan ninggalin jejak 💛💛💛💛💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]
Misteri / Thriller"Kita belum cukup seharian bersama, tapi kau tau apa yang ajaib?" Dunk mengerjap, merasakan nafas lelaki tampan itu menerpa wajahnya. "Dari ribuan malam gelap dengan hujan deras di kota, ini adalah malam pertama semuanya menjadi hangat meski hujan...