Mantel coklat panjang dengan rambut yang cukup rapi serta langkah teratur yang begitu tenang menyamai ruangan Presdir Hendry, sosok Joong dengan harap-harap cemas mengetuk kayu persegi itu. Sekilas dia menoleh ke segala arah, ini terbilang masih cukup pagi namun Presdir Hendry adalah orang yang disiplin.
Untuk sesaat ketika pintu terbuka dia menatap wajah cukup tua yang tersenyum menyambut kedatangannya, pikiran-pikiran rasional dan pengorbanan kelam akan segera membuka jalan untuk mencapai nya.
Ketika dia dan Presdir Hendry duduk berhadapan kekhawatiran berlompatan dalam benaknya, dan itu nyaris lari terbirit-birit. "Aku akan ke Thailand besok, membawa Istriku dan Jean..."
Setelah paham maksud kedatangan pria itu, Presdir Hendry nyaris tak bereaksi "Adikmu akan menikah besok, kenapa tak bisa menunggu sedikit lebih lama?"
Suara serak itu terdengar dari seberang meja dengan nada cukup kecewa, Joong menunduk tanda menyesal "produk utama dari cabang perusahaan akan launching besok, jika aku terlambat maka banyak yang akan kecewa. Tuan Henry, aku sudah mengirimkan kado terbaik untuk Rachel. Percayalah, aku selalu mendoakan kebahagiaan untuk mereka"
Sekali lagi, lelaki paruh baya itu nampak enggan. Apakah Joong bahkan kuat melihat rangkaian acara sakral di hari itu? Ketika merasakan dirinya telah kalah tak berdaya, apakah kekalahan yang ia peroleh akan memuncak pada hari dimana cincin berlian bertaut di jari manis adik angkatnya?
Seharusnya dia tak menyalahkan siapapun, harus percaya bahwa dia tak akan bisa menahan gelombang pasang selamanya. Dan salahnya sudah terlalu banyak untuk memahami rasa sakit yang perlahan tumbuh dalam relung hatinya, karena memang sudah begitulah sepatutnya. Takdir ini sudah menentukan, bahkan pada siapapun dia tak bisa menolak kenyataan bahwa telah berbuat salah.
Tak tau berapa lama suasana hening timbul di antara mereka, Presdir Hendry hanya mengulurkan tangan menepuk bahunya.
"Joong pergilah, hingga semua rasa kalut dalam hatimu berakhir jangan pernah kembali menemui ku. Aku bukan ayah kandung mu nak, tapi aku tau kau sedang dalam keadaan tak baik"
Suaranya bagai merangkak tak dapat terucap, berusaha tetap menahan tangis hebat di bawah bayang-bayang. Di tengah rasa gundah memanglah apik merintih menangis sejadi-jadinya, namun ia cegah dengan maksud kebingungan tak semakin besar dan merajalela.
"Tuan Henry, berjanjilah untuk tetap sehat..." Joong mengangkat bahu menahannya agar tak bergetar "dan aku mohon pastikan kau masih berdiri tegap saat aku kembali dari Thailand"
.
.
.
.
."Apa kau gugup? Wajahmu seperti Bebek" Phuwin mengemas kata semangatnya dengan jenaka
"Aku masih tak percaya akan menikah"
"Kau tau kan? Terkadang beberapa orang benar-benar berjalan di atas pijakan yang tak pernah mereka inginkan, tapi cukup menyenangkan menjalani sisa hidup dalam tantangan" jelas Phuwin "satu langkah lagi, Mungkin tuhan akan membuatmu paham, bahwa kebahagiaan itu tak lama lagi"
Dunk membuka kue kering dan meletakkan satu di atas kertas khusus untuk mengindari remah-remah nya berjatuhan "bagaimana jika ternyata itu masih sepuluh langkah?"
"Sial..." Phuwin menggiring kebahagiaan, jari kelingkingnya bertengger meminta balasan pada Dunk "kau hanya perlu tenang dan berjanji, jaga Rachel hingga akhir hidupnya"
"Apa aku akan menyakitinya, Phu?"
Benar juga, siapapun bebas untuk pergi meski telah mengikat janji suci. Lepas seperti balon tak terikat, yang akhirnya tertiup angin kesana-kemari. Rasa takut tiba-tiba menyusup dalam hati Dunk, inikah harga dari keputusannya untuk tetap melanjutkan?
Dan takdir apa yang sebenarnya tuhan siapkan untuknya?
"Dia tau semua tentang hatimu, dia berhenti jika ingin mengakhiri. Namun pada intinya Rachel tak meminta hatimu, dia hanya ingin berada di sisimu" nafas Phuwin tercekat, dengan susah payah akhirnya mengeluarkan kata-kata tentang rasa prihatinnya "dia akan berterima kasih, kau telah bersedia menjadi orang baik menawarkan kebahagiaan untuknya"
.
.
.
.
.
.
.To be continued
Jangan lupa follow dan ninggalin jejak 💛💛💛💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]
Mystery / Thriller"Kita belum cukup seharian bersama, tapi kau tau apa yang ajaib?" Dunk mengerjap, merasakan nafas lelaki tampan itu menerpa wajahnya. "Dari ribuan malam gelap dengan hujan deras di kota, ini adalah malam pertama semuanya menjadi hangat meski hujan...