27

442 36 5
                                    

Brak...

Dunk membulatkan matanya, entah mengapa merasa tak masuk akal dengan perilaku lelaki yang baru saja menghempaskan tubuhnya ke dinding. "Kau gila?"

"Kau yang gila..."

Bersungut-sungut, Dunk meraba saku saat benda persegi didalam sana bergetar. Layar ponsel menampilkan panggilan dari Rachel, dia menghela nafas panjang. "Apa alasanmu menarikku kemari?"

"Aku melihatmu mencium Rachel, di depan—

—lalu, apa masalahmu?"

Joong memberi jeda untuk bernafas, meski hatinya mencelos tak ada lagi pilihan selain mengutarakan keresahannya "apa kau bahkan serius pada Rachel?"

"Itu tergantung"

"Dunk—

—humm?" Salah satu lengan bergerak menaikkannya di atas bahu Joong, wajah sumringah terkesan menantang membuat suasana di tengah-tengah mereka tak kondusif "aku melakukan apapun sesuka hatiku, mencintai siapapun yang ku mau, dan meninggalkan mereka jika aku tak membutuhkannya lagi"

Ada sesuatu yang salah, atau memang mereka tak pernah benar dalam menggumamkan isi hati masing-masing. Joong berhenti, sangat jelas dia berusaha mengendalikan diri. "Dunk, hentikan ini..."

"Terlalu cepat untuk menyerah"

"DUNK, HENTIKAN SEMUA INI... KAU TAK PERLU MEMBUANG TENAGA HANYA KARENA DENDAM PADAKU" dengan cepat kata-kata itu berhamburan darinya, dia memelankan suara sejenak "Jangan mengacaukan kehidupan ku lagi, aku mohon... mari berpisah secara baik-baik"

Senyuman tipis diantara bibir manis yang terkatup rapat menandakan ketidaksetujuan "apa kau merasa begitu penting?"

"LALU APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?" amarahnya memuncak, sangat besar "MEMANFAATKAN RACHEL HANYA UNTUK MEMBUATKU TERTEKAN DI POSISI INI?"

Ekspresi menderita tak pernah bisa hilang dari keduanya, siapapun bisa melihat, memandang melewati bayangan suram yang mengaburkan perasaan. Mereka saling menatap, kosong diam tanpa harapan.

Tangan Dunk yang terkepal dilesakkan ke tulang dada lelaki tegap itu, dengan wajah menderita mulutnya mencebik seolah menuduh "kau membuatku seperti ini, kau meninggalkanku sendirian dan kau masih meminta ketentraman?"

"Dunk—

—jangan pernah berharap aku meninggalkan hidupmu" suara lirih itu mirip rintihan "karena kau belum mendapatkan rasa sakit yang sepadan"

Saat dia meninggalkan lelaki di ujung sana, kepalanya menunduk seakan berjalan di tengah badai. Rasanya tak akan ada yang bisa mengerti, pilu hingga rumitnya lekungan ini. Dengan pelan-pelan Dunk menghampiri Rachel yang masih meneguk sampanye kemudian melingkarkan lengannya pada tengkuk gadis itu, tatapan Dunk melembut. Menyamai wanita itu penuh kelembutan dan perhatian, dia mengusap wajah Rachel "aku mencintaimu...."

Seandainya sejak awal dia berani mengambil langkah, seandainya saja...

Joong membuang nafas dengan geraman yang masih sanggup ia tahan, dia merasa dirinya meremang setiap Dunk menyentuh Rachel didepan matanya. Dalam kegelapan yang remang-remang dia terlihat pucat, mengusak wajah dengan kasar kemudian meninggalkan pemandangan itu.

Dengan kerah terangkat setengah acuh tak acuh Joong menerobos para tamu undangan yang menikmati pesta, dia berusaha menemukan sang istri berencana membawa keluarganya kembali bahkan sebelum acara ini selesai.

Empat orang anak berlari-larian bersama anaknya, View juga ada disitu menjaga sang buah hati selama acara berlangsung. "View... kita pulang"

"Ada apa? Kita bahkan belum sampai di penghujung acara"

"Kita pulang sekarang, cepat ambil Jean. Aku menunggumu di tempat parkir" belum sempat melangkah pergi, View menahan lengannya.

"Apa yang salah? Kita juga belum berpamitan pada Rachel"

"Aku lelah"

Wanita itu tak berkutik lagi, Joong tau View tak akan tega membuatnya lama disana jika ia kelelahan. Sang istri akhirnya mengangguk dan segera mengambil Jean, dia berlalu lebih dulu.

Saat memasuki mobil, View nampak sudah berbenah dan menyiapkan Jean untuk pulang. Sang istri sigap mengusap bahunya saat dia bahkan hanya termangu bersandar di kursi pengemudi, lagi dan lagi, dia tak pernah berhenti menyakiti.

"Apa masih lelah?"

Joong mendongak, menatap wajah cantik penuh kekhawatiran yang terpusat padanya. Sebuncah cinta untuk dirinya menusuk dengan tiba-tiba, membuatnya lengah tak tau arah. Orang asing kecil, tak pernah bisa tenang, tak pernah bisa diam.

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jngan lupa tinggalin jejak 💛💛💛

Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang