Di tepi ruangan, hari mulai gelap. Sosok yang sejak tadi ditungguinya tak juga muncul, Dunk menghela nafas panjang berkali-kali. Mencoba menyandarkan kepala di permukaan jendela, cuaca tak bersahabat seperti biasa. Lagi dan lagi, hujan kembali turun meski tak sederas hari-hari sebelumnya.
Sup hangat di atas meja mengepulkan asap, dia bergerak gelisah. Terlebih saat derap langkah buru-buru berteduh di bawah kalopi lusuh, dia cekatan membuka pintu menyambut sosok lelaki tampan yang juga menatapnya teduh.
"Apa kau menunggu ku?"
Dengan anggukan lucu, dia nampak khawatir. Memeluk lengan Joong cepat seolah takut ditinggalkan lagi, dia mendongak "apakah Joong merindukanku?"
"Aku baru keluar beberapa jam yang lalu, tapi aku sudah merindukanmu"
Joong sedikit menunduk, membenarkan posisi rambut legam si manis. Matanya menelisik lebih jauh pada netra kelam itu, dia mencium kening Dunk menenangkan. "Aku akan berganti baju, tunggu sebentar yah..."
"Humm, cepatlah. Lalu kita makan..."
Langkahnya menandakan setuju, lelaki tampan itu membuka pintu kamar dan bergegas ke arah lemari. Pandangan kosong kini fokus ke arah jendela kamar, awan berarak mengumpul di satu tempat. Tak pernah terlintas akan sejauh ini, berkali-kali jatuh dan tersungkur menikmati hiruk-pikuk takdir dia merasakan kekosongan dalam hati.
Titik terbaik dalam hidup mengudara ke atas nirwana, kini tiap hembusan nafasnya bahkan memiliki arti dan tujuan. Darimana? Darimana datangnya keajaiban yang bahkan tak pernah dia mimpikan.
"Dunk...." Ucapnya mengalun pelan, suara dobrakan langsung membuyarkan lamunannya. Berlari kencang tak peduli pada baju yang masih setengah terpakai, dia mengepalkan tangan dengan nafas berat. "Apa yang kalian lakukan?..."
Dua orang lelaki, yang dia tau jelas berseragam kepolisian menatapnya tajam. "Kau penculik, tak kusangka warga sipil kesepian berani mengganggu ketenteraman penduduk sekitar sini"
Ada Nada kecewa dari pria itu, Joong tak terlalu sering menyapa para petugas di daerah ini. Tapi kadang dia disapa hangat, baru kali ini dia mendapatkan gertakan. "Tapi, aku tak menculiknya"
"Joong tidak menculik Dunk, Joong tidak jahat..."
Sosok manisnya meronta, namun kedua petugas itu masih setia memegangi tangan Dunk "aku mohon, selesaikan ini dengan baik. Jika memang butuh keterangan, Dunk mungkin jauh lebih paham"
Tak ambil pusing, pria disana menggeleng cepat. Tak manusiawi menyeret Dunk bahkan terseok di depan pintu sembari satu tangan mereka mengarahkan senjata api pada Joong, hingga dia tak bergerak sedikitpun.
"Jangan pernah menemuinya lagi, apa kau mau berurusan dengan kami?"
"Bisakah kalian lebih lembut? Jika ingin mengembalikan Dunk pada keluarganya silahkan. Tapi perlakukan dia dengan baik" Joong tak terima, sedikit demi sedikit melangkah mendekat
"Berhenti disitu, dia bukan hak mu."
"Jika dia bukan hak ku bukan berarti kalian bisa seenaknya menyeret dia pergi dari rumahku"
"KELUARGANYA MENCARINYA, APA KAU TULI?"
Joong tersulut emosi, dia menendang pintu hingga kedua pria berseragam itu meneduh di bawah kanopi lusuh. Matanya memerah, dia tak gentar sama sekali. "Jika memang keluarganya mencarinya, kenapa dia tak senang? Apa kau tak berfikir ada yang salah? BAGAIMANA JIKA DUNK KU TAK SUKA? BAGAIMANA JIKA DIA TERLUKA?"
"Apa kau sadar dengan tindakanmu? Dia sakit jiwa, sialan... Orang tuanya berusaha mengurungnya karena dia membuat cerita tak masuk akal pada masyarakat sekitar. Bersosialisasi lah, agar kau tau kondisi orang-orang disekitar mu. Merepotkan saja"
Dunk terhenyak, meronta kuat berusaha meraih tubuh Joong yang mematung. Namun naas, kedua lelaki itu lebih kuat dibanding dirinya. Sialan, sosok tampan dengan chemistry luar biasa, dia telah kehilangan. "Aku tak mau, Joong... Aku tak mau meninggalkan Joong...."
.
.
.
.
.
.
.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]
Mister / Thriller"Kita belum cukup seharian bersama, tapi kau tau apa yang ajaib?" Dunk mengerjap, merasakan nafas lelaki tampan itu menerpa wajahnya. "Dari ribuan malam gelap dengan hujan deras di kota, ini adalah malam pertama semuanya menjadi hangat meski hujan...