"ayo berpisah...."
"VIEW..."
"JAUH SEBELUM KAU MENEMUKAN DUNK, KAU TAK PERNAH MENCINTAIKU. LALU SAAT SEKARANG DUNK KEMBALI, KAU BERHARAP AKU PERCAYA PADA JANJIMU UNTUK MENCINTAI KELUARGA KITA?"
Joong melirik istrinya dengan suram, wajahnya berantakan "tenangkan dirimu View, pikiran Jean dan tahun-tahun panjang membangun rumah tangga kita"
"AKU BENCI DUNK, AKU BENCI...." View berteriak histeris, suasana dikamar mereka yang remang menciptakan ketegangan.
Joong memandang sang istri, memeluk erat meski cara berdiri wanita itu kaku dan bermusuhan. Dia mencoba bersuara tenang. "Jangan meninggalkan ku, aku mohon..."
"Apa alasannya?" Wanita itu terisak "aku seperti orang yang terpenjara, tanpa alasan... kau menginginkanku tanpa alasan..." suara itu semakin melengking, dan Joong merasa istrinya menangis kuat "kenapa selalu saja dia? Kenapa Joong? Kapan ini berakhir?" Tuntutnya "kenapa aku tak pernah—" dada view berguncang-guncang
"View, aku berusaha..." Langit pun tahu isi hatinya, namun egois. Dunk selalu mengisi semua ruang kosong itu, meski dia harus terluka dan buta.
"Apa kau bahkan sadar, tak pernah berhasil melupakannya?"
Joong tersenyum, tanpa merasa getir menuntun istrinya berbaring di tempat tidur. Dengan perlakuan yang sangat lembut, dia menyamai rambut panjang membelai penuh perhatian "tidurlah, aku mohon... biarkan aku mencari tempat terbaik untuk keluarga kecil kita. Bahkan jika harus melukai diriku sendiri, aku akan melakukan itu demi kau dan Jean"
Air mata membanjiri kelopak mata keduanya, sangat letih View memalingkan wajah dan menutup malam itu dengan tangisan pilu.
Pria tegap berperawakan tampan disana nampak sudah kacau, kemeja putih dan dasi hitam yang masih melingkar sedikit tertarik ia lepaskan sepenuhnya. Langkahnya pelan meninggalkan kamar, menggulung sedikit lengan baju dia beranjak mendekati pintu utama.
Dia masih tetap bungkam sepanjang malam ini. "Tolong! Apa yang akan kulakukan tanpa kalian?"
Dengan rasional tanpa menuduh, Joong mengeluarkan sebatang rokok dari kantongnya. Entah mengapa suasana senyap ini justru membuatnya sangat marah, dan dia bisa mendengar semacam suara dengung di kepala.
Harus mengaku bahwa dia tak bisa menyingkirkan kekhawatiran yang membuat ini semakin rumit, rasa skit menyerbunya berkali-kali.
Dia bersandar di tiang, meraup udara dan menginjak batang rokok tanpa harga diri. Cinta, ambisi, kesakitan, pamor, jabatan, serta keluarga dan pencitraan yang harus ia pertahankan. Hanya embusan nafas kemarahan yang penuh air mata, dia melesakkan tangan di dada menekan semua kesakitan itu.
Tangannya mencengkram kuat, terus menangis dalam gelap. "Aku tak bisa menjanjikan apapun, seharusnya aku tak menjanjikan apapun..."
.
.
.
.
.Dunk membuka jendela kamar, malam semakin larut. Dia duduk bersila di atas ranjang, memejamkan mata dan bernafas perlahan.
Menumpuk luka, membawa tumpukan kisah pilu yang tak ada habisnya. Beberapa orang berlalu-lalang melintas dalam hidupnya, berpindah-pindah mencicipi romansa indah yang hanya membuat hatinya menolak.
Sejak hari dimana dia memulai untuk menerobos masuk dalam hidup Joong kembali, dengan peran yang berbeda, malam-malam nya tak pernah tenang. Seringkali dia turun dari tempat tidur saat baru saja menaikinya, berharap bisa terlelap dalam halaman-halaman buku, atau dalam kegelapan ruangan. Namun dia semakin gelisah, Dunk mulai sadar dia tak akan pernah terlelap nyaman sampai dimana segalanya Telah tuntas.
"Aku belum menemukan cara menghilangkan rindu ku"
Hanya lelaki itu saja, yang menatapnya di bawah langit hujan semesta gelap pada malam itu. Kanopi lusuh yang meneteskan air bahkan terasa hangat, aroma penggorengan dari wajan tembaga serta sup kaldu ayam menjadi sajian pertama, Pembuka cerita yang sampai kini tak bisa hilang dari ingatannya.
Dunk mencoba berbaring dengan tenang, dan berharap bisa terjaga malam ini. Matanya mengamati bentuk sinar bulan yang terang, begitu merindukan.
.
.
.
.
.
.
.To be continued
Jangan lupa ninggalin jejak 💛💛💛
![](https://img.wattpad.com/cover/347244147-288-k539686.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]
Misterio / Suspenso"Kita belum cukup seharian bersama, tapi kau tau apa yang ajaib?" Dunk mengerjap, merasakan nafas lelaki tampan itu menerpa wajahnya. "Dari ribuan malam gelap dengan hujan deras di kota, ini adalah malam pertama semuanya menjadi hangat meski hujan...