"Rachel, menikahlah denganku"
Gadis bersurai cukup panjang itu sedikit termangu, udara di luar cukup hangat. Terasa angin berhembus sepoi, mereka tepat diatas Red Sky berkilauan dalam cahaya matahari. Musim panas telah datang dengan sedikit pendahuluan, seperti tumpukan kepulan asap menjadi awan. Mereka saling merelai dan meninggalkan, tak akan pernah lagi menjadi keanehan yang menjadi-jadi.
Suara tepukan tangan berpencar, seisi restoran menatap mereka dengan penuh penuh harap. "Dunk, ini serius?"
"Tentu saja... Menikahlah denganku"
"Dunk..." Rasanya nama itu tidak pernah jauh dari mulutnya, untuk saat yang singkat Rachel menganggukkan kepala serentak dengan jemarinya yang perlahan menerima cincin berlian pemberian lelaki itu. Gemuruh suara tepuk tangan menghantarkan kebahagiaan keduanya, satu orang yang akan menjadi inti menggerakkan hidup masing-masing.
Menuai janji, satu persatu akan peduli. keyakinan bahwa takdir akan mendatangkan nasib baik sesudahnya. Di atas semua kenyamanan dan rasa aman yang di berikan Dunk padanya, sifat gila terus berkelana membawa angannya menolak pengaruh. Keyakinannya benar-benar hanya pada satu individu, senyum manis di rahang tegas serta mata indah yang selalu menyamainya. Rachel memekik bahagia, melontarkan pelukan erat tanda syukur yang tak terkira.
"Ayah, Aunty Rachel akan menikah?"
Joong menganggukkan kepala, menepuk-nepuk pundak sang anak "Jean juga akan begitu saat dewasa nanti, mendapatkan pria baik dan memulai cerita hidup kalian"
Saat putrinya lahir beberapa tahun yang lalu, rasanya sesuai dengan harapan yang dia gantungkan untuk kebahagiaan orang yang di cintainya di ujung sana. Bukankah ada semacam perasaan terluka setiap kali dia memikirkan bahwa lelaki manis itu tak akan melepaskan diri dari jalan hidupnya, dan akhirnya mereka sudah lelah. Sebagaimana mereka berusaha menautkan tangan, dan mulai menyerah pada tahun-tahun terakhir.
Joong menemukan dirinya tak berdaya, memandangi sepasang kekasih yang sebentar lagi akan meresmikan hubungan mereka saling memeluk memadu kasih. Bertanya-tanya bagaimana rasanya jika saja yang menunduk disana adalah dirinya, pikiran itu memenuhi otak dengan rasa pening yang aneh.
"Apa kau merasa terluka, Joong?"
"View hentikan..."
Manik wanita itu mencekam "dia mendapatkan putri Presdir, seorang pewaris dari perusahaan yang sedang kau usahakan. Pada akhirnya Dunk akan ada diatas mu, dan kau hanya babu keluarga mereka"
Joong sudah tau, istrinya akan bersikap seperti ini saat Dunk mulai mendeklarasikan diri menjadi menantu Presdir Hendry. Dia akan memandang rendah padanya karena menganggap gadis semata wayang itu sudah memiliki seseorang disampingnya, tapi dia mungkin saja akan iri pada Dunk atau mungkin Rachel.
Joong mencoba abai pada dirinya, melupakan siapa dia sebenarnya. Selama dia masih bisa menanggung sebagian besar dari kesakitan ini, dia akan berjalan bersama lelaki paruh baya yang begitu memperhatikan nya. suatu hari, saat Presdir Hendry berkata tak membutuhkannya lagi, dia akan baru melangkah pergi.
"Aku bukan penjilat.. View"
"Persetan... Tangani ini, aku tak mau Dunk itu melengserkan kita hanya karena cemburu padaku. Sudah jelas kan? Semua pertunjukan menjijikkan ini hanya aku dan kamu yang tau, dia seorang gay" decih wanita itu, matanya menatap tajam "Jean, ayo kita pulang—
—aku akan pulang bersama kalian" sela Joong mengeratkan pelukan pada buah hatinya.
"Kembali lah ke perusahaan, kau butuh banyak waktu untuk menghentikan langkah Pelacur itu"
Joong melihat istrinya dan sang anak berlalu dengan ekspresi masam, selama beberapa detik tidak terdengar apapun kecuali bincang-bincang ringan dari pada pengunjung restoran. Dia mencoba meneguhkan hati berjalan ke arah Rachel yang terus tersenyum, niat ingin memberi ucapan selamat saja hingga gadis muda itu memeluknya cekikikan.
"Joong, aku akan menikah..."
.
.
.
.
.
.
.To be continued
Jangan lupa follow dan ninggalin jejak 💛💛💛💛💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisle Of Pain [Joongdunk]18+[END]
Mystère / Thriller"Kita belum cukup seharian bersama, tapi kau tau apa yang ajaib?" Dunk mengerjap, merasakan nafas lelaki tampan itu menerpa wajahnya. "Dari ribuan malam gelap dengan hujan deras di kota, ini adalah malam pertama semuanya menjadi hangat meski hujan...