Teman Lama

1.7K 67 0
                                    

Kamu adalah salah satu manusia paling berharga yang aku miliki sampai saat ini.

Hadirmu tidak membuatku lelah ataupun risih.

Meski kadang tuturmu sangat jujur, namun itu yang membuatmu berbeda.

Tetap disini ya,

Jangan kemana-mana.

(Salma)

Ponsel Salma bergetar, pertanda ada panggilan masuk, disana tertulis jelas nama Novia. Salma pun langsung mengangkat teleponnya.

"Halo Nop."

"Sal, Udah di rumah kau?"

"E iya Nop sorry gua lupa ngabarin. Ini udah dirumah, kemaren nyampeknya agak sorean."

"Gitu nggak ngabarin dari kemaren. Terus kek apa, kapan kita nongki?"

"Namanya juga capek Nop abis perjalanan jauh. Nanti ajalah ya kita nongki-nongkinya, rumah gua masih berantakan. Pusing banget gua ngeliat rumah sendiri kaya rumah hantu, udah kotor horor lagi."

"Hahaha. Siapa suruh kau tinggal lama-lama itu rumah. Btw mau kubantuin beres-beres nggak? biar besok aku kesana, kangen betul aku sama mu Sal."

"Yaudah deh sini aja lu Nop. Lumayan juga gua dapet pembantu gratis. Hahaha."

"Wah mulai ngajak berantem kau Sal."

"Sabar lah Nop. Becanda aku, hahaha."

"Yaudah ku matiin dulu ya telponnya, mau keluar cari makan. Besok aku kesana."

"Tsiap bosstz."

Sepanjang hari ini Salma sibuk menata barang- barangnya yang kemarin belum sempat ia bongkar dari dalam koper. Sedangkan Paul sibuk membenahi motornya yang rusak. Motor itu sudah lama sekali kehilangan sosok pemiliknya. Hingga beberapa bagian mulai berkarat dan rusak. Meski sanggup untuk membeli motor baru, Paul enggan untuk melakukannya karena motor ini adalah motor kesayangannya. Motor ini adalah salah satu hadiah dari almarhum mamanya yang paling berarti untuk Paul.

Meski anak-anaknya begitu mandiri, bukan berarti papa Paul akan membiarkannya. Ia sudah membelikan mobil baru untuk dipakai mereka berdua yang akan dikirim hari ini, mungkin besok siang sudah sampai rumah.

Matahari mulai bergulir cepat ke arah barat, panas terik yang sedari tadi membuat Salma mengeluh kini mulai mereda. Diganti oleh hembusan angin lembut yang membelai kulitnya.

Melihat matahari yang belum sepenuhnya tenggelam, Salma memutuskan untuk pergi keluar mencari udara segar sambil jogging. Suasana sore ini begitu indah, warna langit yang mulai berubah jingga membuat banyak pasang mata terhipnotis melihatnya.

Salma berlari-lari kecil menyusuri pinggir danau di belakang rumahnya sambil mendengarkan lagu kesukaannya lewat earphone. Karena lupa membawa air minum, ia pun mampir ke minimarket terdekat untuk membeli sebotol air putih.

Pandangan Salma terhenti pada sesosok laki-laki seumurannya yang sedang duduk di depan minimarket sambil menikmati mie instan. Hal ini mungkin terlihat biasa saja, namun yang membuat Salma terpaku menyaksikan laki-laki itu adalah karena didepannya sudah ada beberapa tumpuk paper bowl bekas mie instan lainnya. Yang kemungkinan laki-laki ini sudah duduk di depan minimarket sejak tadi dan menikmati setumpuk mie instan sendirian.

Merasa ada yang memperhatikan, laki-laki itu pun menoleh kearah Salma dengan tatapan sinis. Ia memang tidak berkata apa-apa, tetapi Salma tahu betul bahwa tatapan yang diterimanya merupakan bentuk kode dimana Salma harus berhenti melihatnya. Ia pun dengan terburu-buru masuk ke dalam minimarket dan mengambil satu air mineral untuk langsung dibayar.

Teka Teki Salma | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang