Trauma

1.9K 77 0
                                    

Sekuat tenaga aku bertahan,

Sekeras apapun aku melawan,

Rasa itu tidak pernah hilang.

Justru semakin larut dan membuatku tenggelam.

Ternyata dinding yang kubangun belum seberapa kokoh,

Menghalangi panasnya bara yang masih menganga di luar sana.

(Salma)

Dengan tubuh yang basah kuyup akibat diguyur hujan, Paul tergesa-gesa masuk kedalam rumah untuk mencari keberadaan Salma. "Mak, Caca." Paul panik dan terus memanggil nama Salma. Matanya berkelana di seluruh pojok rumah namun tidak terlihat keberadaan adiknya.

"Ca. Lu di kamar?" Paul mendengar ada suara aliran kran yang cukup deras dari dalam kamar Salma. Tanpa menunggu jawaban dari sang pemilik kamar, Paul membuka pintu kamar Salma yang ternyata tidak dikunci. Nampak pintu kamar mandi sedang terbuka dan lampunya menyala. Tanpa pikir panjang Paul langsung menghampirinya.

"Ca." Paul melihat Salma sedang duduk di pojok kamar mandi sambil memeluk erat kedua kakinya dengan tubuh gemetaran.

Salma yang mendengar suara Paul didepannya langsung menegakkan kepalanya. Terlihat ada raut wajah ketakutan yang tergambar jelas disana.

Paul yang melihat kondisi Salma seperti itu langsung duduk dan memeluknya. Ia juga mematikan kran air disampingnya yang sudah hampir membanjiri seluruh isi kamar mandi.

"Powl." Ucap Salma lirih sambil memeluk erat tubuh Paul yang basah kuyup.

"Iya Ca, Paul disini. Maaf ya lama." Paul membalas pelukan Salma dengan lebih erat. Ia mencoba menenangkan diri Salma yang sudah bergetar kedinginan. Terasa sekali di dadanya saat jantung Salma berdegup begitu kencang. Suaranya parau, matanya juga sembab dan merah.

Hujan mulai mereda, gelegar suara petir dan guntur pun sudah berhenti. Paul mencoba melepaskan pelukan Salma secara perlahan.

"Ca, udah ya. Hujannya udah berhenti." Paul memegang wajah Salma dengan kedua tangannya. Dihapusnya sisa-sisa air mata yang menetes di pipinya.

Salma mencoba untuk membuka matanya sambil menata perlahan napas dan jantungnya yang masih bergerak secara tidak normal.

"Powl, lu kehujanan?" tanya Salma dengan suara bindengnya dan perasaan yang mulai tenang.

"Iya tadi buru-buru pulang."

"Sorry ya Powl."

"Paul nggak papa Ca. Udah lu mandi sana, biar aku tunggu disini. Bajumu juga basah itu." Ucap Paul sambil menunjuk baju Salma yang ikut basah karena memeluknya. Salma hanya mengangguk dan buru-buru mengambil handuk serta baju ganti yang akan ia bawa ke kamar mandi.

Hampir dua puluh menit Salma berada di dalam kamar mandi dan akhirnya yang ditunggu keluar juga.

"Mak, lu mandi apa bertapa sih? lama banget. Aku sampek merinding nungguin." Paul melipat kedua tangannya untuk menghangatkan tubuh.

"Ya maaf Powl. Gua kan cewek, lama dikit wajar lah. Yaudah sana gantian mandi lu, gua udah nggak papa."

"Yaudah Paul mandi dulu." Paul bergegas pergi dari kamar Salma menuju ke kamarnya sendiri.

Mereka berdua sama-sama tidak ingin membahas masalah tadi. Sejak awal Salma sudah berpesan kepada Paul bahwa ketika rasa traumanya bangkit, ia hanya perlu ditenangkan dan dihibur. Bukan mengungkit-ungkit akar masalah yang justru akan membuatnya semakin larut.

Teka Teki Salma | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang