Nightmare

1.5K 64 0
                                    

Mimpi buruk itu datang lagi.

Menggali luka lama yang begitu dalam kusembunyikan.

Namun kali ini berbeda,

Dia datang.

Menggengam erat tanganku yang gemetar.

Memeluk tubuhku yang kedinginan.

Aku merasa aman.

(Salma)

Perlahan Rony meregangkan pelukannya.

"Sal, udah?" tanyanya lembut.

Sejujurnya hati dan pikiran Salma masih tidak baik-baik saja. Memori mengerikan itu masih terekam jelas dan terus terputar di kepalanya.

"Lu duduk di belakang ya sama Novia. Kita pulang sekarang."

"Nggak. Gua disini aja, repot kalo harus mindahin gua ke belakang."

"Beneran nggak papa?"

"Iya."

"Yaudah kita jalan."

Mereka kembali tanpa percakapan apapun. Rony masih sesekali memperhatikan Salma yang duduk disampingnya. Ia takut kalau Salma belum benar-benar dalam keadaan baik. Nampak Salma sedang melamun sambil melihat keluar jendela. Rony tidak tahu harus berbuat apa, Novia pun sama. Seumur-umur baru kali ini ia melihat Salma murung. Biasanya Salma selalu menunjukkan sisi ceria dan menyenangkannya.

---

"Sal, ayo turun." Rony membantu Salma untuk keluar dari mobil. Salma pun mengulurkan tangannya agar dapat digapai oleh Rony. "Sal tangan lu dingin banget."

"Ron gua pengen cepet istirahat." Salma memasang wajah datar. Wajah yang belum pernah Rony lihat selama ini.

Kringggg..

"Non Salma. Non Salma kenapa?" Buk Mar membukakan pintu dengan mata ngantuknya.

"Nggak papa buk. Cuma jatuh tadi."

"Ya Allah, kok sampek kaya gini sih non? terus den Paul mana non, kok nggak bareng pulangnya?"

"Dia masih nganterin temennya buk. Nanti juga pulang. Yaudah kita antar Salma dulu ke atas ya buk. " Novia mencoba menghentikan kekepoan buk Mar. Ya meskipun orang tua itu sebenarnya sedang khawatir, namun Novia tak ingin membuat Salma semakin tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyan yang diutarakannya.

"Ron aku bikin teh anget dulu ya. Kau bisa kan bawa Salma ke atas?"

"Iya udah sana."

Rony memapah Salma sampai ke depan tangga.

"E... Sal, boleh aku gendong?" Rony nampak ragu-ragu untuk menanyakannya.

"Modus lu ya. Nggak." Salma menolak dengan tegas.

"Lu nggak sadar apa menolak sadar si Sal? tangan lu dingin, kaki sama badan lu masih gemeter. Gua tau lu nggak sanggup. Kenapa masih ditahan?"

Salma menatap lekat wajah Rony. Memang betul apa yang barusan Rony katakan. Rasanya saat ini Salma hanya ingin menjatuhkan tubuhnya, ia tak ingin bergerak lagi.

"Udah sini naik. Mau nggak mau gua nggak peduli." Rony meminta Salma untuk naik ke punggungnya. Dan pada akhirnya Salma hanya bisa menurut.

Kini posisi Salma dan Rony sudah tidak ada jarak lagi. Saking dekatnya Salma sampai bisa mencium jelas wangi rambut dan parfum yang Rony pakai. Sungguh nyaman, Salma tidak akan melupakannya.

Teka Teki Salma | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang