Rahasia Lama

849 60 3
                                    

Aku mulai menyadari bahwa perasaan ini bukanlah perasaan biasa.

Aku tidak menemukannya pada orang lain.

Aku tidak merasakannya pada orang lain.

Hanya kamu.

Hanya denganmu aku menemukan dan melihatnya.

(Salma)

"Ya bisa Mak."

"Ya ceritain dong. Gimana bisa ini gitar dari Rony?!"

"Jadi gini. Dulu waktu kita ulang tahun, gue sebenernya lupa buat beliin lu hadiah. Rony yang ngingetin gue. Dan ya gue ngide aja buat beliin lu gitar, tapi pas dijalan kita ditabrak orang. Dan gitar yang gue beli rusak. Jadinya Rony gantiin gitar gue yang rusak pake gitar kesayangannya yang masih bagus. Sebenernya gue udah berusaha nolak karena nggak enak sama dia. Tapi dianya kekeh banget pengen kasih ke elu. Dia cuma titip aja gitarnya dijaga baik-baik, karena itu adalah hadiah terindah dari mamanya. Ya seperti yang gue sampein ke elu dulu waktu gue kasih gitar ini, supaya lu jaga baik-baik."

"Powl, udah selama itu dan lu baru bilang ke gue sekarang?"

"Ya mau gimana orang itu Rony yang minta. Lagian lu juga suka kan sama gitarnya. Jadi gue yakin Rony pasti nggak nyesel ngasih ke elu."

"Nggak, gue harus tanya sendiri ke dia."

"Buat apa si Mak? Lagian juga udah lama banget." 

"Ya aneh aja. Masa dia ngasih gua gitar kesayangannya, padahal kita juga dulu nggak pernah deket. Gua kenal dia aja kagak."

"Yaudah si. Namanya isi hati orang kita nggak pernah tau."

"Ya tetep aja aneh."

"Udah ah gua mau keluar."

"Mau kemana lu?"

"Jemput Nabila."

"Weh, lu udah jadian Powl? kok nggak pernah cerita sik."

"Kepo lu." Paul berlalu tanpa menggubris Salma yang tengah penasaran tingkat akut.

Salma hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah kembarannya itu. Tak disangka Paul yang anti perempuan bisa sedekat itu dengan Nabila sejak pertama kali ketemu.

***

"Hiks, hiks, hiks." Bunga menangis sesegukan dipinggir jalan.  Rony yang tengah berkendara tak sengaja melihatnya, ia pun menepikan motornya dan mencoba melihat apa yang terjadi.

"Bung. Lu ngapain disini?" Sapa Rony.

"Rony." Tanpa adanya aba-aba Bunga langsung berdiri dan memeluk Rony dengan erat. Dengan situasi ini, Rony tak bisa berkutik. Apalagi melihat Bunga yang menangis tak terkontrol.

"Bung. Lu kenapa?" Tanya Rony sambil mencoba melepaskan tangan Bunga yang melingkar di tubuhnya.

"Kenapa semua orang jahat sama gue Ron? apa gue nggak boleh bahagia?"

"Bung. Lu ngomong apa sih?"

Bunga melepaskan pelukannya dan menatap Rony dengan tatapan tajam. "Emang bener kan yang gua bilang? lu ninggalin gue, mama ninggalin gue, papa kasar sama gue. Terus siapa yang ada di pihak gue? nggak ada Ron, nggak ada. Kalian semua cuma pengen dimengerti tanpa mau mengerti perasaan gue juga."

"Bung, lu salah."

"Salah? salah gue dimana? lu emang nggak pernah ngerti perasaan gue."

"Sorry Bung. Tapi, untuk semua yang udah terjadi diantara kita, itu nggak akan pernah bisa diulang. Dan perasaan gue juga udah beda. Lu nggak bisa menganggap orang  jahat hanya karena mereka nggak bisa memenuhi ekspektasi elu, termasuk orang tua lu sendiri. Lu bahkan nggak ngerti juga kan apa yang mereka jalanin dan rasain sejak dulu sampai sekarang? mungkin aja apa yang lu pikirin itu nggak seperti kondisi aslinya."

Teka Teki Salma | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang