Jika Rasa

1.3K 64 2
                                    

Jika rasa ini memang benar, maka tunjukkan aku keyakinannya.

Jika rasa ini memang nyata, maka tunjukkan aku kepercayaannya.

(Rony)

"Makasih ya kak, lagi-lagi harus ngrepotin kakak."

"Nggak papa Nab, aku nggak ngerasa di repotin."

"Kemarin waktu makan-makan juga jadinya kak Paul yang bayarin bukan Nabila. Padahal kan Nabila yang mau traktir, Nabila jadi nggak enak."

"Udah nggak usah dipikirin. Lagian pantang buat aku dibayarin, lain kali kamu traktir Salma aja. Kalo makan sama aku biar jadi tanggungan aku Nab."

Nabila tersenyum malu. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba tersipu, ia seolah kagum dengan sosok Paul yang perhatian dan sangat dewasa sebagai laki-laki.

"Gimana tangan kamu Nab, masih nyeri?"

"Masih kak, tapi udah nggak kayak tadi."

"Lain kali kalo ada kotak-kotak misterius lagi jangan dibuka Nab, langsung kamu buang aja. Apalagi kalo nggak tau pengirimnya siapa."

"Habisnya Nabila penasaran kak, kali ini apa yang dia kirim. Kemaren-kemaren nggak sampek gini. Nabila juga nggak nyangka kalo isinya silet semua. Mana ditutup pake serabut, Nabila ya nggak liat."

"Ya pokoknya lain kali jangan lagi kamu buka. Kalo emang perlu kamu telpon aku buat nyingkirin benda-benda itu, jangan kamu sentuh."

Nabila mengangguk, ia cukup mengerti apa yang disampaikan oleh Paul. Lain kali ia tak akan sembarangan membuka kotak apapun yang dikirimkan sembarangan didepan rumahnya tanpa permisi.

"Kak."

"Hmmm."

"Nabila kok jadi takut ya pulang ke rumah."

"Gimana kalo malam ini kamu nginep dirumahku Nab?" Paul mengalihkan pandangannya pada Nabila. Hanya beberapa detik sebelum ia kembali menatap jalan untuk menyeimbangkan posisi mobilnya.

"Tapi besok Nabila harus sekolah kak. Nggak papa deh Nabila pulang aja."

"Beneran Nab?"

"Iya kak."

"Pokoknya kalo ada apa-apa lagi kamu telpon aku ya Nab."

"Makasih kak Paul."

"Sama-sama Nab. Lagian kamu di Jakarta juga sendirian, Abi sama Umi kan di Aceh. Siapa lagi yang jagain kamu?"

Nabila terdiam, ia tak tahu harus menanggapi seperti apa. Pasalnya Nabila baru mengenal Paul belum lama ini, namun rasanya sudah begitu dekat sekali.

"O iya kak, kak Salma gimana ya tadi? hp kak Paul kan mati, lupa bawa cas lagi. Nanti kak Salma khawatir lagi dirumah."

"Nggak papa Nab aman. Habis ini aku juga pulang kok. Nggak usah dipikirin."

Sepuluh menit kemudian mobil Paul berhenti dirumah berpagar warna cokelat. Ia telah sampai di depan rumah Nabila.

"Nab ini beneran nggak papa aku tinggal?"

"Nggak papa kok kak."

Tiba-tiba sekelebat bayangan muncul di ujung tembok rumah Nabila. Terlihat sosok itu sedang mengawasi interaksi antara Paul dan Nabila, kebetulan sekali Paul tak sengaja melihatnya.

"Nab itu apa?" Sadar Paul tengal melihatnya sosok itu kemudian menyembunyikan kepalanya dibalik tembok. "Bentar Nab."

"Kak tunggu." Nabila mengikuti Paul dengan berjalan dibelakangnya.

Teka Teki Salma | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang