Menyesal

812 54 2
                                    

Nyatanya sikap yang keras mampu melemah juga
Rantai yang kuat bisa terputus pula
Sadarku disaat akhir
Kala melihat rintihan dua malaikat yang pernah ku anggap penghianat
Kini tersisa sesal
Pada raga yang tak lagi bugar
Dan dengan senyum yang mulai memudar
(Rony)

Pagi-pagi sekali Rony sudah berada tepat didepan rumah Salma dengan motor kesayangannya.

"Ron, lu ngapain pagi-pagi nangkring disini?"

"Jemput elu." Jawab Rony dengan singkat, padat dan jelas.

"Hah, tumben."

"Udah ayok buruan naik."

"Lah terus si Paul gimana?"

"Suruh berangkat sendiri. Dia kan ada motor sama mobil."

"Sumpah lu nggak jelas banget Ron hari ini. "

"Udah buruan. Apa mau gue gendong?"

Plakkkk. Salma memukul punggung Rony. "Sembarangan aja lu."

"Sal, lu bisa nggak sih kalo refleks jangan mukul gua. Sakit tauk."

"Nyenyenye. Bodo amat. Lu ngeselin sih."

"Ngeselin apa gemesin?"

"Dih, apaan sih Ron? Udah ah lu tunggu bentar gue ambil tas."

"Hmmm."

Setelah berpamitan dengan Paul dan mengambil tasnya, Salma buru-buru keluar untuk berangkat ke kampus bersama Rony. Paul hanya bisa mengintip dari balik jendela menyaksikan adiknya pergi bersama Rony.

Kringg. Ponsel Rony bergetar kencang. Salma bahkan bisa mendengarnya.

"Ron, nepi dulu deh. HP lu tu bunyi terus daritadi."

Rony menepikan motornya dan melihat panggilan yang masuk di ponselnya. Ternyata telepon dari Via.

"Via, kenapa ya?"

"Siapa Ron?"

Rony tidak menjawab pertanyaan Salma dan langsung menjauh untuk menerima telepon dari Via.

"Halo, kenapa Vi?"

"Hiks, hiks, hiks. Kakkk..."

"Vi, kenapa? Jangan bikin kakak khawatir."

"Papa kak, papa. Hiks, hiks, hiks."

"Vii. Tenang, ini kenapa sebenernya?"

"Papa masuk rumah sakit. Se...serangan jantung. Kak, please dateng kesini. Via nggak tau harus apa."

"Apa? Serangan jantung?"

"Iya kak. Kakak buruan kesini. Hiks, hiks, hiks."

"Kamu tenang Vi, abis ini kakak langsung kesana. Kamu tunggu ya."

"I....iya kak. Cepetan Via takut."

Rony mematikan ponselnya dan bergegas kembali pada Salma.

"Ron, siapa?"

"Bukan siapa-siapa. Ayo, gua anter lu ke kampus. Gua ada urusan lain."

"Karna telpon tadi?"

"Hmmmm." Rony mengangguk.

"Kalo gitu lu pergi aja. Gue bisa ke kampus sendiri." Salma merasa ada sesuatu terjadi pada Rony karena raut wajahnya yang tiba-tiba berubah.

"Udah naik. Gue nggak ada waktu. Gua nggak mau lu kenapa-napa dijalan." Rony menarik tangan Salma dan memaksanya untuk naik ke atas motor.

Teka Teki Salma | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang