OSPEK Hari Pertama

1.5K 62 0
                                    

Dia yang seringkali kuanggap menyebalkan, ternyata adalah manusia yang sangat pengertian.

Dia yang seringkali kuanggap dingin, ternyata adalah manusia yang begitu hangat.

Dan dia adalah dia dengan segala keunikannya.

(Salma)

"Powl ayok buruan udah siang ini. Mampus kita kalau sampek telat."

"Iya Mak bentar." Paul sedang sibuk menali sepatunya. "Ayok gas."

Salma dan Paul tiba di kampus pukul 06.45 pagi, kurang lima belas menit lagi mereka akan terlambat. Namun untung saja Paul bisa diandalkan untuk menyalip puluhan kendaraan yang melaju di depan mereka, sehingga mereka masih selamat dan cepat sampai tujuan. Tepat pukul 7 pagi OSPEK pun segera dimulai, terlihat beberapa kakak tingkat mereka memasuki lapangan. Namun pandangan Salma terhenti pada salah satu pria yang sangat ia kenal.

"Shalom, selamat pagi semuanya. Saya Jefri Alrik Bjorn, ketua panitia OSPEK tahun ini. Sebelumnya saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan semua karena baru bisa hadir di hadapan kalian hari ini dikarenakan kemarin saya ada rapat dadakan dengan UKM, sehingga saya tidak bisa hadir. Saya tidak ingin menyampaikan panjang lebar sambutan pada pagi hari ini, intinya saya hanya berpesan kepada rekan-rekan, mohon ikuti OSPEK ini dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai kalian banyak mencari pelanggaran yang nantinya akan mempengaruhi posisi kalian di kampus ini. Karena siapapun yang tidak lulus OSPEK tahun ini akan saya pastikan akan mengulang di tahun depan. Dan kalian bisa pikir sendiri akibatnya jika kalian harus mengulang OSPEK tahun depan. Jelas, proses kelulusan kalian akan tertunda. Jadi ikuti kegiatan OSPEK ini dengan sebaik-baiknya." Pada akhir kalimat yang ia ucapkan, Al secara tidak sengaja melihat kearah Salma yang kebetulan berada di barisan depan hingga mata mereka berdua saling bertemu.

'Mampus gua' Salma berbicara sendiri dalam hatinya. Kali ini kondisinya cukup terancam, ia tak mungkin bisa mengelak lagi. Mendengar posisi Al yang ternyata adalah ketua OSPEK, Salma semakin merasa khawatir. Ternyata selama satu tahun ini Al tidak muncul di hadapannya adalah karena ia kuliah di kampus impian Salma lebih dulu. 'Apa dia sengaja?' Salma kembali bergelut dengan pikiran-pikiran jeleknya.

Paul yang kini berada tepat di belakang Salma sadar akan situasi ini. Ia pun mencoba menepuk-nepuk pundak Salma untuk meyakinkannya bahwa tidak ada hal apapun yang akan terjadi.

Agenda pertama pada kegiatan inti OSPEK hari ini adalah pemeriksaan kelengkapan dan barang-barang yang dibawa oleh mahasiswa baru. Masing-masing kelompok diperiksa oleh satu kakak tingkat. Dan tentu saja Al dengan senang hati masuk ke kelompok Salma. Ia dengan sengaja mencari-cari kesalahan Salma.

"Kamu denger nggak waktu pembekalan kemarin?" bentak Al pada Salma.

Salma hanya diam membisu, ia bingung apa yang sudah dilakukannya hingga Al marah seperti itu.

"Liat sepatu kamu." Salma pun menengok ke arah sepatunya, namun ia masih tidak mengerti apa yang salah dengan sepatunya.

"Sepatu kamu ada coraknya. Kemarin yang dibilang kakak-kakaknya gimana? pakai sepatu hitam kan, ini kenapa ada corak putihnya?"

"Tapi ini kan........." Belum sempat Salma menyelesaikan ucapannya Al sudah buru-buru memotongnya.

"Mau bantah kamu ya?"

"Sorry bro. Ini sepatu Salma udah dominan hitam lo. Nggak ada aturan juga kemarin harus pakai sepatu formal yang full hitam." Paul mencoba membela Salma.

"Nggak sopan kamu ya bra bro bra bro. Disini kita-kita yang berdiri didepan adalah kakak-kakak kalian. Jangan mentang-mentang kamu kenal sama saya terus kamu bisa seenaknya. Dan satu lagi, yang buat aturan disini adalah kita bukan kamu. Jadi nggak ada hak untuk kamu kasih pembelaan atas apapun yang kita anggap salah."

Teka Teki Salma | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang