••15••

113 62 28
                                    

Seperti pesan yang di tulis di kertas jelek siang tadi, malam ini malam yang tunggu-tunggu oleh Leon dan teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti pesan yang di tulis di kertas jelek siang tadi, malam ini malam yang tunggu-tunggu oleh Leon dan teman-temannya. Afgan juga ikut andil di dalam sana. Karena bagi Afgan, mereka semua sudah memberi banyak pelajaran bagi Afgan.

Malam ini tepat pukul 10.00 WIB, mereka sudah berkumpul di arena balap.

Leon sudah siap di atas motor hitam, helmnya full face, mengenakan jaket dan celana hitam. Begitu pula dengan lawannya. Arkan, pria itu mungkin seumuran dengan Afgan dan Elang. Arkan juga mengenakan baju dan celana hitam, yang membedakan antara meraka hanyalah warna motornya, Arkan duduk di atas motor berwarna merah.

Suara riuh dari sisi kanan dan kiri arena, perempuan berbaju minim berada tepat di tengah-tengah Leon dan Arkan.

Arkan tersenyum licik, Arkan melirik Leon dengan sudut pandangnya, "jangan harap lo bisa ngalahin gue gitu aja. Leon!" tekan Arkan sambil menatap Leon tajam.

Leon berdecih, lalu memalingkan wajahnya, "bukankah kalimat itu cocok untuk anda Tuan Arkan yang terhormat."

"Liat aja ntar, malam ini lo akan kalah" ucap Arkan begitu yakin.

Leon mengedikan bahunya acuh, "oke"

Dalam hitungan mundur dari, "lima, empat, tiga," suara instruksi dari cewek berbaju minim itu.

Mereka berdua saling menatap tajam. Sebelum hitungan itu selesai.

"Dua...satu," kain yang di pegang oleh cewek itu berhasil dia lempar ke atas.

Suara bising dari knalpot motor Leon dan Arkan bersautan satu sama lain. Berbeda hal dengan Afgan, Elang, dan Ravin berada di kanan jalan.

Suara bersautan, mendukung Leon, mereka bukan geng motor seperti Arkan dan teman-temannya, mereka hanya berteman biasa, emang suka ngumpul aja sih di warung Teh Sri.

"Vin, Lang. Sebenarnya kalian itu geng motor?"

"Bukan." Jawab Ravin.

"Terus ini apa namanya kalo bukan geng motor, biasanya geng motor kan kayak gini," papar Afgan kebingungan.

"Kita hanya teman biasa, berbincang di warung Teh Sri, banyak menghabiskan waktu di sana, lalu lama-kelamaan kita jadi nyaman dan saling menganggap bahwa kita itu saudara tidak sedarah. Lo paham maksud gue?" tanya Elang.

Afgan mengangguk, "oh. Terus si Arkan-arkan itu?"

"Arkan dan teman-temannya itu baru bisa lo sebut sebagai geng motor, karena musuhnya dimana-mana." Ucap ravin menambahi.

Brum

Brum

Brum

Tepukan tangan meriah dari cowok-cowok di samping kanan dan kiri Elang dan Afgan. Ternyata motor yang dikendarai oleh Leon yang sampai duluan di garis finis. Semuanya menghampiri Leon yang mengucapkan selamat, begitu juga dengan Afgan.

ZEEGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang