••22••

85 46 33
                                    

"Gimana kalau aku bawa anak aku ke rumah ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana kalau aku bawa anak aku ke rumah ini?"

Sang istri dan kedua anaknya sontak menatap sosok kepala rumah tangga ini, Hardi berharap istri dan kedua anaknya bisa menerima Zeeya, Hardi berencana ingin membawa Zeeya tinggal bareng.

Dimana Mita? begitulah kira-kira pertanyaan di kepala Hardi. Pasalnya dulu Hardi pergi, Mita masih tinggal bersama putrinya, tapi sekarang Zeeya hanya sendiri.

Sebelumnya Hardi sudah menceritakan semuanya di depan istri, tapi belum ada respon, dan malam ini Hardi akan mengulangi pertanyaannya lagi, semoga saja mereka bisa menerima, karena hanya ini yang bisa Hardi lakukan untuk menebus kesalahannya pada Zeeya.

"Aku sebagai istri kamu hanya bisa nurut apa yang menjadi keputusan kamu, tapi aku nggak mau tanggung kalau Mita berulah lagi."

Senyum Hardi mengembang, "kamu bener mau nerima anak aku Ren?"

Rena memegang tangan suaminya, "aku aja bisa nerima kamu mas, berati aku juga harus nerima anak kamu."

Hardi merengkuh tubuh Rena, "makasih sayang makasih, mas hanya ingin menebus semuanya sama Zeeya."

Rena melepaskan pelukannya, "tapi gimana sama Mita?"

"Mita udah nggak sama Zeeya Ren, makanya aku mau ajak Zeeya tinggal sama kita, karena ibu nya itu meninggalkan Zeeya sendiri, aku nggak tega, setiap kali aku lihat Zeeya kerja sendiri buat makan sama sekolah." Jelasnya.

Hati Rena tersentuh hebat. Apa Mita nya tidak punya rasa empati kepada anaknya sendiri? awalnya Rena juga marah sama Hardi karena dia egois meninggalkan anaknya begitu saja, tapi syukurlah Hardi sudah sadar.

"Mas? Zeeya beneran kerja sendiri? dia masih sekolah kan?"

"Iya Zeeya masih kelas 11,"

Hardi memalingkan wajahnya, kini menatap dua bocah yang tengah bermain. Usia mereka hanya beda 2 tahun saja, bocah perempuan lebih tua daripada laki-laki.

"Rubi, Reza, sini sayang Ayah mau ngomong"

Keduanya pun meletakkan mainannya, lalu menghampiri ayahnya, "kenapa Ayah?" tanya Rubi.

Hardi memegang pundak kedua bocah tersebut, "kalian mau kakak nggak?"

Keduanya loading sangat lama, apalagi bocah berumur 3 tahun, Reza, bocah itu menerjapkan matanya dengan gerakan cepat, "tatak?" beo nya.

"Kakak Eja. Kakak. K-a-k-a-k, dibaca kakak. Bukan tatak, kamu kira katak" cibir Rubi mengoreksi ucapan Reza.

"Apaan cih, tamu nda di ajak ya!" balas Reza.

Rena hanya geleng-geleng saja, memang keduanya saling jahil satu sama lain, apalagi Rubi- sang kakak itu tidak mau mengalah sedikitpun dari Reza. "Rubi, Eja jangan mulai ayah mau ngomong"

"Iya Bunda"

"Ayah ulangi ya, kalian mau punya kakak?"

Reza mengangguk lucu, "mau mau canti ngga?"

ZEEGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang