••16••

100 60 29
                                    

"Neng Jeeya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Neng Jeeya!"

Emang kadang ya, kalau udah sama orang tua itu nama kita bisa berubah. Zeeya, jadi Jeeya, Zeeya hanya tersenyum manis mendengar nama panggilan itu.

"Ini Mbok plastiknya,"

"Neng Jeeya, itu di dalam di layani ya, Mbok mau nyiapin buat yang di sana," kata Mbok Jum.

Zeeya mengangguk, "baik Mbok."

Alhamdulillah banget warung Mbok Jum bisa ramai setiap hari, hanya ada Zeeya dan Mbok Jum yang melayani pelanggan-pelanggan. Mbok Jum masih mempunyai suami, namun suaminya sering sakit-sakitan, mungkin karena faktor usia. Kadang, Mbok Jum juga mengeluh kecapekan.

Kaki Zeeya mendekati pelanggan yang di tunjukkan oleh Mbok Jum tadi, ada sepasang suami istri dan dua anak. Keluarga Cemara bukan?

"Permisi buk, mau pesan apa?"

Sepasang suami istri itu berbalik badan, sang suami melihat lekat Zeeya, dari atas sampai bawah. Tidak asing.

"A-ayah?" ucap Zeeya pelan.

Di campur rasa kaget, Zeeya bisa melihat ayahnya tengah makan di warung tempat Zeeya bekerja, tenyata ayahnya sudah memiliki keluarga baru.

Hardi-ayah Zeeya. Hardi juga kaget melihat anaknya menjadi pegawai warung tempat ia dan anak istrinya makan. Hardi hanya diam tak mampu berbicara.

Zeeya meneguk ludahnya sendiri, Zeeya langsung mengalihkan pandangannya ke sang istri, "Dek, saya pesan nasi gorengnya 4, sama es jeruk ya, nasi gorengnya yang 2 nggak pedes, soalnya buat anak-anak saya,"

Jari jemari Zeeya memegang sebuah bolpoint, menulis semua pesanan istri ayahnya.

Ayah udah bahagia, pantes nggak nyari Zeeya, batin Zeeya sembari menahan sesak di dadanya, dan jangan lupakan senyum getir di bibirnya.

"Saya ulangi ya Bu, nasi goreng 4 yang 2 nggak pedes, sama es jeruk 4 ya Bu? bener?" tanya ulang Zeeya, kemudian dibalas anggukan oleh sang ibu.

"Benar, kalo bisa secepatnya ya dek, kasihan suami saya lapar," ucap istri ayahnya.

Sudut bibir Zeeya kelu, rasanya sesak untuk bisa tersenyum, namun ini menjadi peraturan yang dibuat oleh Mbok Jum, kalau melayani pelanggan harus senyum.

"Baik Bu, secepatnya saya buatin." Ucap Zeeya kaku.

Hardi masih menatap sang anak lekat. Tak ada sepatah kata pun yang keluar. Zeeya sudah beranjak pergi dari sana, namun samar-samar Zeeya masih bisa mendengar perbincangan mereka.

"Ayaaah, nanti beliin aku Barbie ya" ujar anak perempuan.

"Atu uga atu uga," sahut anak laki-laki, lebih muda daripada anak perempuan.

"Ish, mana boleh anak cowok main Barbie, cowok mainnya bola dong,"

"Ya nda papa dong, ya kan yah?"

Zeeya menoleh kebelakang sebentar, Hardi mengelus pucuk rambut anak laki-laki dan perempuan secara bergantian.

ZEEGAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang