"Permaisuri menyuruhmu?" Yohan menatap pelayan perempuan di hadapannya dengan satu alis terangkat dan ekspresi yang menunjukkan kalau ia saat ini merasa terganggu atas kehadiran tak diundang dari Hestia.
"Iya, Yang Mulia." Hestia menjawab dengan kepala tertunduk. "Permaisuri bilang anda minta di bawakan teh Chamomile."
"Dia bilang begitu?" mata Yohan nampak menyipit sesaat. "Dimana dia?"
"Tadi Yang Mulia Permaisuri sedang dalam perjalanan menuju kamar peristirahatan, Yang Mulia." Sahut Hestia pelan.
Tanpa menunggu pertanyaan Yohan, Hestia segera menjelaskan. "Ibu Suri yang meminta Permaisuri dibawa ke Kamar Peristirahatan."
"Oh."
Respon yang menyebalkan bukan? Entah bagaimana ada seseorang yang jatuh cinta pada Yohan. Tunggu, pria itu bahkan sangat buruk dalam menyatakan cintanya pada salah satu dari banyaknya dialog novel.
"Keluarlah." Titahnya pada Hestia.
Tanpa bertanya atau membantah, Hestia bergegas pamit selepas membungkuk hormat pada Yohan. Dia mengerti posisinya dan sangat menghormati majikannya terlebih ia baru bekerja selama dua bulan di istana.
"Memberi hormat kepada Yang Mulia, saya permisi. " Ucapnya lalu berbalik pergi.
Sementara itu diluar sana Lana sedang mengintip, matanya mengekor ke arah Hestia pergi setelah keluar dari ruangan Yohan. Gadis itu tidak menunjukkan ekspresi apapun. Lana tidak bisa menebak apa yang telah terjadi di dalam. Mungkin sesuatu yang romantis?
Puk!
"HAI HALOOO!" refleks Lana memekik heboh kalah terkejut usai mendapati tepukan di bahunya.
Gadis itu sampai meloncat dan berbalik untuk memeriksa siapa yang baru saja menepuk bahunya dan mendapati Yohan berdiri tepat di belakangnya, Lana melangkah mundur saat mereka dalam posisi berhadap-hadapan.
"Jangan bunuh aku!" seru Lana refleks untuk kali kedua langsung memeluk kepalanya sendiri.
Sementara Yohan hanya menaikan satu alisnya sebagai bentuk respon bingung atas tingkah Lana. Mengapa gadis itu sama sekali tidak seperti yang diceritakan oleh orang-orang? Apanya yang pemalu dan pendiam? Bagian mananya dari tingkah gadis itu yang dapat disebut bijaksana?
Yohan tak merasa begitu sejauh ini.
"Aku tak minta dibawakan teh." Ujar Yohan datar, "jangan sembarangan menyuruh pelayan masuk ke kamar. Aku tak menyukainya."
"Ehm..." Lana meringis dengan kedua tangan yang sudah berpindah posisi jadi saling menaut di depan dada. "Maaf soal itu, aku tadi hanya... iseng."
"Jangan lakukan lagi." Yohan mempertegas kalau ia tak suka dibawakan sesuatu yang bukan permintaan darinya sendiri.
"Maaf." Lana kembali mengulangi kata yang sama, dia merinding saat Yohan menatapnya tajam seolah ingin membunuhnya melalui kalimat dingin dari bibirnya.
"Ya, ingatlah itu." Ucap Yohan sekali lagi.
Lana menatap kepergian pria itu dengan mata disipitkan lalu menghela nafas tak habis pikir. Ia heran bisa-bisanya ada manusia yang seperti itu sampai rasanya Lana bingung harus bersikap seperti apa pada suaminya itu.
"Haruskah ku acuhkan?" Lana bergumam, menanyai dirinya sendiri sembari membayangkan masa depan yang akan terjadi jika dia memutuskan untuk menjalankan kewajibannya sebagai istri saat di depan orang lain saja.
Toh, ujung-ujungnya yang akan dapat cinta Yohan adalah Hestia. Mengapa Lana harus repot?
"Baiklah, lupakan saja." Putus Lana kemudian setelah cukup lama berpikir dan memilih untuk menjadi istri Yohan saat ada orang lain yang melihat, jika hanya berdua sebisa mungkin ia akan menjaga jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lana's Lullaby
FantasyDalam novelnya Hestia Avolire disebut-sebut sebagai perempuan paling beruntung karena telah membuat Kaisar sedingin Yohan Haze jatuh cinta sampai ke tingkat obsesi parah. Tetapi, pernahkah kalian berpikir tentang Lana? Perempuan yang sedari awal dip...